Cara Merawat Kuku Bayi

Pasti mom menerka-nerka, alasan mengapa kuku bayi lebih cepat tumbuh walau baru saja di gunting beberapa hari yang lalu?

Ternyata metabolisme tubuh bayi lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Karena itu, Bernard Cohen, MD, direktur dermatology pediatri pada Johns Hopkins Children’s Center, Baltimore, kepada Parents menjelaskan kuku bayi lebih cepat tumbuh dibandingkan orang dewasa.

Sebuah studi, kuku dewasa umumnya tumbuh 1.9-4.4 mm per bulan. Sedangkan bayi 3.36 mm perbulan.

Dalam riset ini juga ditemukan perbedaan pertumbuhan kuku bayi dengan berat badan rendah (BBLR) atau bayi prematur. Dengan pertumbuhan kukunya sedikit lebih lambat yaitu 2.55 mm perbulan.

 

Masalah kuku bayi

Kuku bayi dan anak dapat bermasalah apabila perawatan tidak baik sehingga terinfeksi virus dan bakteri.

Tipe dan masalah kuku pada bayi dan anak :

1. Beau line, atau garis beau.

Beau line merupakan harus lengkungan yang terlihat pada kuku. Garis ini umumnya berwarna putih yang melintang di tengah kuku. Pada bayi, biasanya terlihat saat lahir. Pada anak yang lebih besar dapat terlihat setelah demam tinggi. Garis ini merupakan tanda kekurangan seng.

2. Koilonychia (kuku sendok). Kuku ini memiliki tekstur yang lembut dan tampak terkelupas, karena kuku anak kecil yang tipis dan lembut. Mereka sering terjadi pada ibu jari dan jempol kaki. Jarang, koilonychias telah dikaitkan dengan kekurangan zat besi.

3. Onikolisis, kondisi ini, kuku menjadi terpisah dari dasar kuku. Pada anak-anak, ini biasanya karena trauma tetapi kadang-kadang dapat dilihat dengan penyakit autoimun.

4. Onikoschizia. Ujung kuku menjadi berjumbai dan terbelah dalam kondisi umum ini. Umumnya terlihat pada beberapa tahun pertama kehidupan, onikoschizia biasanya muncul pada ibu jari dan jempol kaki dan diduga disebabkan oleh trauma berulang, mengisap jempol, dan menggigit kuku.

5. Onikomadesis. Biasanya dalam kondisi ini, semua kuku akan terpisah dari dasar kuku di kutikula dan terkelupas sepenuhnya. Kuku yang rontok ini dapat dikaitkan dengan infeksi virus, terutama penyakit tangan, kaki, mulut, campak, dan penyakit Kawasaki, atau infeksi lain yang menyebabkan demam tinggi.

6. Paronikia. Ini karena infeksi yang terjadi pada atau di dekat tepi kuku. Gejalanya meliputi kemerahan, bengkak, dan area berisi nanah di sudut kuku.

7. Leukonikia. Terlihat sebagai bintik putih pada kuku, area ini diduga disebabkan oleh trauma ringan dan bukan merupakan tanda asupan vitamin atau mineral yang berlebihan seperti yang diyakini secara umum.

8. Onikomikosis. Infeksi jamur yang umum pada orang dewasa, kondisi ini jauh lebih jarang terjadi pada anak-anak dan sangat sulit diobati.

9. Lubang kuku. Lekukan kecil di dasar kuku mungkin merupakan temuan normal pada bayi dan anak kecil.

Well Very Family menjelaskan, akan ada kemungkinan kuku bayi tumbuh ke dalam. Pertumbuhan kuku seperti ini terkadang menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman. Kuku ke dalam juga dapat teriritasi dan infeksi. Segera konsultasikan pada dokter untuk penanganannya.

Cara Merawat Kuku Bayi

Kerena pertumbuhan kuku yang cepat, memotong kuku bayi seminggu dua kali dapat mencegah masalah kuku pada bayi. Seperti tumbuh ke dalam, kuku patah dan lainnya.

Kuku kaki lebih lama tumbuh dibandingkan kuku tangan. Mom dapat memotongnya sekali dalam satu atau dua Minggu.

Tips memotong kuku bayi

Agar mudah memotong kuku bayi, Mom dapat lakukan hal ini :

1. Pastikan potong kuku dengan gunting kuku yang bersih
2. Lakukan di tempat yang terang agar dapat melihat dengan jelas
3. Minta tolong pada orang lain apabila bayi terlalu aktif atau sering bergerak
4. Perlahan gunting tidak terlalu dekat dengan kulit bayi agar tidak luka saat dipotong
5. Gunting kuku kaki lurus untuk mencegah kuku tumbuh kedalam
6. Mom dapat bernyanyi atau bermain dengan bayi
7. Gunakan mainan agar bayi lebih tenang
8. Mom dapat memotongnya saat bayi tidur agar menghindari cedera pada jari bayi
9. Puji ketika kuku selesai dipotong

(Nyanya)

Sumber : Berbagai Sumber

Foto : baby center, research gate, springer link, Quora, health jade, Kompasiana, beauty jurnal,

Waspada Flu Singapura Pada Bayi dan Anak

Flu Singapura atau Hand Foot Mouth Desease (HFMD) adalah penyakit yang menular dan umum terjadi pada anak. Dalam situsnya IDAI menulis, penyakit ini umumnya gejala ringan namun dapat menyebabkan komplikasi berat.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention) (CDC), merilis tiga varian virus yang dapat mengakibatkan flu Singapura. Yaitu:

1. Coxsackievirus A16 (yang biasa mewabah di Amerika Serikat)

2. Coxsackievirus A6 untuk gejala ringan

3. Enterovirus 71 (EV-A71) yang biasa mewabah di Asia Timur dan Asia Tenggara. Varian ini yang sering dikaitkan dengan komplikasi encephalitis pada kasus berat.

Walau bergejala ringan, namun lesi di daerah mulut membuat anak sulit makan dan minum sehingga mudah dehidrasi dan nutrisi penting. Penderita dapat menularkan penyakit ini melalui cairan, lesi kulit yang pecah dan BAB. Rata-rata anak yang alami gejala ringan akan mengalami sakit selama tujuh sampai sepuluh hari.

Periode infeksi virus memiliki masa inkubasi selama tiga sampai enam hari. Saat itu, anak akan mengalami demam turun naik. Kemudian dapat muncul ruam atau bintik pada telapak kaki, tangan dan mulut.

Pada periode inkubasi umum terjadi kurang nafsu makan, anak lemas atau lebih rewel karena tidak nyaman, suara serak dan pusing berkala.

Hari kedua demam, lesi atau sariawan pada mulut muncul perlahan. Sedangkan ruam terjadi mulai hari kedua demam secara berkala.

Saat ini anak akan rewel dan kesakitan saat makan dan minum, ngiler, hanya mau minum air dingin. Lalu diikuti bintik merah di telapak tangan dan kaki.

Gejala dapat terjadi hal yang sama pada anak maupun dewasa. Namun situs NHS menyebutkan, dapat lebih buruk pada anak dan bayi dibawah usia lima tahun.

Siapapun dapat tertular kembali penyakit ini kapanpun. Penyakit ini bukan penyakit satu kali seumur hidup. Dan bukan bagian dari infeksi flu, walau dikenal sebagai flu Singapura.

Dilansir dari halaman situs IDAI, beberapa laporan menyebutkan kasus berat pada penyakit ini seperti meningitis (radang selaput otak) dan ensefalitis.

Pasien pada kasus berat tersebut harus dirawat intensif karena dapat mengakibatkan kematian. Beberapa penelitian menunjukkan HEV 71 merupakan strain tersering penyebab komplikasi berat.

Hasil laporan dari kasus lainnya menunjukkan penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi lain seperti lepasnya kuku jari tangan dan kaki, malnutrisi dan dehidrasi pada pasien.

 

Cara Penularan Flu Singapura 

CDC menjelaskan, penularan flu Singapura terjadi akibat kontak penderita dengan orang lain. Penularannya terjadi pada :

1. Sekresi hidung dan tenggorokan seperti air liur, lendir di hidung.

2. Cairan tubuh dari luka, lecet atau ruam

3. BAB

 

Cara penularan dapat terjadi apabila penderita kontak dengan oranglain dengan cara:

1. Kontak dengan droplet saat penderita bersin atau batuk

2. Menyentuh penderita atau melakukan kontak fisik lain seperti cium, memeluk, berjabat tangan, berbagi alat makan, makan dari makanan yang dilumatkan dalam mulut penderita, dan lainnya.

3. Menyentuh BAB penderita seperti saat mengganti popok

4. Tangan yang terinfeksi virus memegang bagian mata, hidung atau mulut.

5. Bersentuhan dengan objek atau benda yang terinfeksi virus. Seperti mainan, Playground, meja atau kursi, dan lainnya.

 

Penanganan flu Singapura.

Kapan harus temui dokter? Segera temui dokter apabila Mom melihat gejala awal flu Singapura seperti?

1. Anak tidak mau minum atau kurang cairan atau terdapat tanda dehidrasi pada anak.

2. Demam anak lebih dari tiga hari

3. Anak memiliki imunitas rendah

4. Gejala anak mulai berat

5. Tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari

6. Anak dengan usia sangat muda, terutama berusia dibawah enam bulan.

Kunjungi dokter untuk penanganan tepat pada anak. Mom dapat melakukan perawatan seperti:

1. Cobalah susui lebih sering

2. Berikan cairan atau ASIP dingin agar anak lebih nyaman

3. Gunakan parasetamol sebagai pereda demam

4. Pakai obat kumur atau spray yang diresepkan untuk mengobati luka mulut yang sakit

5. Observasi gejala pada anak dan jangan ragu larikan pada unit gawat darurat apabila terdapat sifat kedaruratan seperti kejang saat demam, dehidrasi dan lainnya.

 

Cara mencegah flu Singapura

Agar tidak terjadi penularan kembali dan pada orang lain baiknya melakukan :

1. Jaga kebersihan dengan rajin cuci tangan

2. Tidak menggunakan alat makan bersama

3. Gunakan masker saat bergejala

4. Cuci tangan setiap berkontak dengan pasien

5. Hindari anak memegang barang sembarang dan pegang mata hidung dan mulut dengan tangan kotor

6. Hindari tempat umum dan keramaian. Selalu gunakan disinfektan dan cuci tangan setiap menyentuh benda di muka publik

7. Makan makanan bergizi, rajin menjemur dibawah matahari pagi dan rutin mengkonsumsi buah serta suplemen vitamin

 

(Nyanya)

Sumber : berbagai sumber

Foto : People

 

 

ASI Penyebab Gigi Keropos? Benar tidak sih?

Banyak yang mengira penyebab keropos atau rusaknya gigi akibat terlalu sering menyusui atau menyusui di malam hari.

Namun, riset menunjukan penjelasan lain yang membuktikan tidak ditemukannya korelasi gigi dan rusaknya gigi pada anak.

Apa benar demikian? Simak ulasan dibawah ini.

Penyebab Gigi Bermasalah

Bakteri primitif yang menyebabkan sakit gigi adalah Streptococcus mutans (S. mutans, atau strep mutans). Bakteri ini menggunakan gula untuk memproduksi asam. Asam inilah yang menyebabkan masalah gigi. Bakteri ini ditemukan pada plak gigi dan menyebabkan kerusakan gigi.

Mutasi bakteri mengkombinasikan gula, air liur dan Ph level rendah pada air liur. Dengan berkembang sangat cepat.
Bukan kerena ASI, namun bakteri ini tertular dari air liur orangtua, pengasuh, dan orang lain yang terinfeksi mencium mulut bayi, berbagi alat makan, berbagi mainan yang terkontak dengan mulut, memberikan makanan yang dilumatkan dalam mulut, dan lainnya.

Dalam jurnalnya, Pen Brian Palmer, 2002, menjelaskan ASI tidak menyebabkan karies pada gigi. Bayi yang menyusui secara eksklusif tidak memiliki imunitas pada masalah gigi, beberapa faktor memiliki resiko merusak gigi bayi. Kerusakan gigi dikarenakan bakteri yang mengkontaminasi bayi dari orangtua, pengasuh dan sekitarnya.

ASI mengandung laktoferin, komponen dalam ASI ini bekerja membasmi bakteri penyebab kerusakan gigi.

Sebuah penelitian di Pediatric Dentistry, Erickson 1999, menggunakan gigi anak.yang diekstraksi untuk mempelajari dan menentukan perubahan pH pada plak gigi. Hasilnya disimpulkan ASI tidak bersifat kariogenik.

Para peneliti asal Finlandia, Alaluusua 1990, tidak dapat menemukan korelasi apapun antara karies dan menyusui pada anak yang menyusui lebih lama dari dua tahun (sampai 34 bulan)

Valaitis et al menyimpulkan, “Dalam tinjauan sistematis penelitian tentang karies anak usia dini, metodologi, variabel, definisi, dan faktor risiko belum dievaluasi secara konsisten.

Tidak ada hubungan yang konstan atau kuat antara menyusui dan perkembangan karies gigi. Tidak ada waktu yang tepat untuk berhenti menyusui, dan ibu harus didorong untuk menyusui selama mereka mau.” (Valaitis 2000).

 

Tinjauan lain pada tahun 2013 (Lavigne 2013), Mengungkapkan bahwa tidak ada bukti konklusif bahwa menyusui yang berkepanjangan meningkatkan risiko gigi berlubang pada anak usia dini.

Dua tinjauan sistematis baru-baru ini tentang menyusui dan kerusakan gigi (Tham et al 2015 & Cui et al 2017) menemukan bahwa menyusui hingga 12 bulan melindungi terhadap kerusakan gigi.

Namun, mereka juga menemukan peningkatan risiko kerusakan gigi saat menyusui berlanjut setelah 12 bulan. Tercatat bahwa hasil ini tidak memperhitungkan status sosial ekonomi dan asupan makanan/minuman manis. Faktor ini dipertimbangkan agar memudahkan mengetahui resiko kerusakan gigi.

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kerusakan Gigi

1. Konsumsi gula
Sering mengkonsumsi makanan dan minuman mengandung gula tinggi dapat merusak gigi (Ribeiro & Ribeiro 2004).

2. Streptococcus mutans

Bakteri ini masuk ke mulut bayi. Bayi yang terkontaminasi kontak bakteri dari orangtua, pengasuh dan orang sekitarnya dapat beresiko kerusakan gigi (Berkowitz 1996).

3. Air liur kurang

Kekurangan produksi air liur ternyata dapat membuat gigi rusak. Air liur berperan membantu membersihkan kandungan gula pada gigi. Sekaligus mencegah asam dalam mulut.

Dalam jurnalnya Bowen 1998 menulis, air liur berkurang saat tidur juga pada penderita asma, bayi prematur, diabetes dan penggunaan obat tertentu seperti beta 2 agonists, antihistamines, benzodiazepines and obat mual muntah (Ribeiro & Ribeiro 2004 & Palmer 2000).

4. Masalah kehamilan, penyakit fatal atau stress selama kehamilan (Ribeiro & Ribeiro 2004 & Palmer 2000).

5. Merokok saat hamil (Lida et al 2007)

6. Diet buruk atau pola makan yang tidak baik (Ribeiro & Ribeiro 2004 & Palmer 2000)

7. Kebersihan gigi yang buruk (Ribeiro & Ribeiro 2004 & Palmer 2000)

8. Genetik keluarga (Ribeiro & Ribeiro 2004)

9. Kondisi lain

Seperti Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), malnutrisi, asma, infeksi, penyakit kronis (Ribeiro & Ribeiro 2004).

Cara Merawat Gigi Bayi

Agar gigi bayi lebih sehat dan kuat, biasakan merawat gigi dengan baik secara teratur. Yaitu dengan :

1. Membersihkan gusi dan mulut bayi secara rutin dengan waslap dan air hangat sebelum gigi keluar
2. Membersihkan gigi ketika gigi bayi belum sampai empat buah, dengan waslap dan air hangat pagi hari, sesudah makan dan sebelum tidur
3. Membersihkan gigi dengan sikat khusus bayi dengan ukuran sesuai usia bayi. Tambahkan pasta gigi bayi seukuran beras setiap kali menggosoknya.
4. Mom dapat mengajarkan kumur saat bayi berusia 2 tahun dengan air matang
5. Cari alternatif makanan yang mengandung gula. Mom dapat gunakan gula alamiah seperti buah, kurma dan lainnya yang lebih sehat dan ramah terhadap gigi
7. Rutin memeriksakan gigi bayi ke dokter gigi
8. Tidak mencium mulut bayi, berbagi alat makan dan makanan, hindari kontak liur dengan orang dewasa serta tidak memberikan makanan yang dilumatkan pada mulut.

(Nyanya)
Sumber : berbagai sumber
Foto : The Independen

Tips Memilih Mainan Teether Yang Aman Untuk Bayi

Bayi mulai mengalami masa tumbuh gigi sejak usia empat sampai enam bulan. Pada masa ini mainan teether, popular digunakan sebagai alternatif yang dapat mengurangi rasa nyeri pada gusi akibat tumbuh gigi.

Walau demikian, banyak jenis mainan yang beredar terkadang membuat orangtua bingung memilih mainan terbaik untuk bayi. Dan perlu memperhatikan bahwa tidak semua mainan teether bayi aman digunakan lho!

 

Kandungan Teether Yang Berbahaya

Dilansir dalam CBC News, orangtua terkadang membeli mainan bayi yang berlabel aman dan bebas bahan kimia berbahaya pada bayi. Namun, kenyataannya label tersebut tidak menjamin 100% kandungan mainan tersebut aman.

Hasil penelitian di Amerika Serikat yang meneliti lima lusin mainan teether bayi, menemukan seluruh mainan tersebut positif mengandung Bisphenol-A (BPA) dan beberapa kandungan kimia berbahaya lainnya seperti endocrine.

Endocrine merupakan sistem kontrol kelenjar yang dapat mengontrol kelenjar tanpa saluran yang mengatur hormon. Bahan kimia berbahaya dapat menggangu sistem endocrine sehingga keseimbangan hormon tubuh terhambat. Yang nantinya mempengaruhi fungsi perkembangan, reproduksi, neurologi, imun bayi dan gangguan lainnya.

“Mainan yang mengandung gel atau air mengandung bahan pengawet paraben. Sehingga dapat menggangu sistem Endocrine.” jelas Kannan, peneliti New York State Department of Health dan Sekolah Kesehatan Masyarakat, State University of New York, Albany, Amerika Serikat, kepada CBC News.

Untuk menstimulasi keadaan mulut, peneliti merendam mainan dalam air selama satu jam. Dan menemukan bahwa kandungan BPA, beberapa bahan kimia paraben, antimikrobial seperti triklosan san triklokarban, pada hampir seluruh teether.

Penelitian yang di publikasikan di American Chemical Society, Jurnal Environmental Science and Technology, menemukan BPA dan kimia lain tetap ditemukan walau mainan tersebut berlabel bebas BPA atau tidak beracun (non toxic).

Hampir 90% mainan yang kami beli berlabel bebas BPA, namun Kannan menjelaskan menemukan hampir seluruh produk mengandung BPA. Dan kebanyakan yang mengandung BPA berlabel non-toxic. “Kami menemukan lebih dari 15 sampai 20 jenis kandungan kimia berbahaya pada mainan tersebut.”

Situs WebMD menambahkan, terdapat 59 jenis teether dibeli secara online dianalisa di Amerika Serikat, dan hasilnya terdapat 26 potensi kimia mengganggu sistem endocrine.

 

Jenis Mainan Yang Berbahaya Bagi Bayi

Terdapat jenis mainan gigitan yang tidak direkomendasikan aman digunakan pada bayi.

Salah satunya, mainan gigitan kalung amber. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan bayi tidak menggunakan perhiasan sama sekali. Dan Desember 2018, Food and Drug Administration (FDA) memperingatkan oranhtuda tidak memberikan kalung teether kepada bayi karena bahaya tercekik dan tersedak sangat tinggi.

Kasus kematian bayi akibat kalung ini dilaporkan setiap tahun. Seorang Ibu bahkan menuntut situs e-comercee Etsy, tahun 2019, setelah bayinya meninggal tercekik mainan tersebut saat tidur siang.

Situs FDA menambahkan bahaya penggunaan krim dan gel pereda nyeri pada gusi bayi. FDA peringatkan penggunaan pengobatan tropikal untuk meredakan rasa nyeri akibat tumbuh gigi, termasuk obat yang diresepkan atau krim dan gel OTC atau homeopathic teething tablet tetap memiliki resiko serius pada bayi.

Kandungan Benzocaine atau anastesi lokal digunakan sebagai bahan aktif pada krim dan gel produk seperti Anbesol, Baby Orajel, Cepacol, Chloraseptic, Hurricaine, Orabase, Orajel, dan Topex. Pengobatan ini berbahaya dan tidak efektif karena kandungannya akan larut dan tersapu air liur bayi didalam mulut.

Penggunaan obat ini dapat berbahaya karena dapat menyebabkan kondisi methemoglobinemia, yaitu kapasitas oksigen dalam sel darah merah berkurang.

Ditulis oleh situs The Tot, ada enam kandungan berbahaya yang perlu Mom hindari pada bayi. Yaitu PVC/vinyl, phthalates, BPA, latex, lead, antimony dan cadmium.

Keenam kandungan ini berbahaya bagi bayi namun umum ditemukan pada gigitan bayi.

 

Apakah teether dari kayu aman dan tidak berbahaya?

Walau terbuat dari bahan natural, ternyata bahan kayu dapat berbahaya bagi bayi.

Penelitian meyebutkan bahan kayu memiliki tingkat penurunan tertinggi “titer bakteri”. Dalam sebuah studi oleh Koch et al pada tahun 2002 membandingkan kelangsungan hidup bakteri pada kayu, plastik, dan baja. Namun mereka menemukan bakteri bertahan paling lama pada plastik diikuti oleh stainless steel.

dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A, dalam Kumparan Mom, menjelaskan sebelum memberikan mainan gigitan bayi berbahan kayu baiknya konsultasikan dahulu dengan dokter anak.

Bahan kayu sulit dibersihkan dengan sempurna. Banyak serat-serat yang membuat bahan kayu mudah menyerap air sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan bakteri.

Kelembaban yang disebabkan oleh air liur pada bayi juga dapat menumbuhkan jamur pada serat kayu.

Food and Drug Administration (FDA) tidak merekomendasikan teether kayu berbentuk beads karena memiliki potensi tersedak dan memasukannya dalam katagori hazard untuk bayi.

Bayi 7 bulan meninggal dunia setelah dilarikan ke UGD akibat tersedak teether kayu di Amerika Serikat.

Baru-baru ini Target menarik produk teether kayu Bebe au Lait, atas desakan badan Consumer Product Safety Commission (CPSC) Amerika Serikat.

 

Tips memilih mainan teether yang aman

1. Perhatikan bahan mainan yang digunakan. Apabila material mainan mudah terkelupas, lepas atau bocor lebih baik pilih alternatif mainan lain.

2. Situs healthline menulis, para ahli setuju untuk tidak memberikan anak teether beku dalam bentuk apapun. teether lebih baik didinginkan dalam kulkas dibandingkan dibekukan dalam freezer. Hal ini karena, tekstur beku yang keras dapat melukai gusi.

3. Tidak membeli teether berbentuk kalung, mutiara, bulatan bertali, yang dapat berbahaya bagi bayi. Baik tercekik saat digunakan, tersedak saat lepas atau copot. FDA menambahkan teether jenis ini daat melukai bahkan membuat mulut bayi terinfeksi.

4. Pilih berbahan 100% karet natural. Bahan ini umumnya termasuk bahan food grade yang aman bagi bayi dan mudah dibersihkan.

5. Tidak memilih mainan dengan baterai.

6. Perhatikan label pada kemasan. Dan pilih produk dengan merk terpercaya.

Selamat memilih teether Mom!

 

(Nyanya)

Sumber : berbagai sumber

Foto : My best

 

 

Baby Wearing : Sejuta Manfaat Rutin Gendong Bayi

Aktivitas menggendong kerap di larang untuk sering dilakukan orangtua. Hal ini terjadi dikarenakan khawatir bayi bau tangan.

Tapi? Benar enggak sih menggendong bikin bayi bau tangan?

Dalam situsnya Kominfo, meluruskan bahwa ungkapan bau tangan akibat sering menggendong bayi adalah mitos.

Faktanya, beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa anak yang sering berdekatan secara fisik dengan kedua orangtuanya memiliki perkembangan otak dan tubuh yang lebih baik.

Kontak fisik dengan anak sangatlah pentinh, untuk itu ahli merekomendasikan baby wearing atau kegiatan gendong lainnya agar terjadi kontak fisik semaksimal mungkin. Dengan harapan agar kualitas hidup, perkembangan otak, sosial dan kesehatan bayi lebih baik.

 

Apa Saja Manfaat Baby Wearing Berdasarkan Penelitan Para Ahli? 

1. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan menggunakan baby wearing sebagai media untuk mengurangi tangisan dan meningkatkan kedekatan dan keterikatan bayi dan orangtua.

2. Ahli bedah tulang Emily Dodwell, MD, MPH, dalam situs HSS Edu, mendiskusikan manfaat baby wearing untuk bayi dan manfaatnya pada perkembangan fisik.

Untuk posisi terbaik dengan resiko minim cedera, disarankan dengan posisi M atau posisi kodok. Dimana posisi kaki menekuk seperti dalam rahim ibu. Bayi berhadapan dengan perut dan dada ibu sehingga bayi merasakan dekapan saat di gendong oleh orangtuanya.

3. Bayi yang jarang disentuh akan mudah depresi dan anxiety. Perkembangan bayi juga dapat terhambat bahkan gagal tumbuh, bayi juga akan mengalami keterlambatan kemampuan, bersikap kasar dan kompulsif serta anti sosial.

Rutin melakukan sentuhan fisik mendorong perkembangan sistem fisiologis anak yang terlibat dalam pengaturan emosi dan respons stress.

4. Studi menemukan adanya korelasi pada anak yang lebih perhatian dan membantu orang lain dengan rutinitas pelukan anak kepada ibunya.

Sentuhan terkoneksi dengan perkembangan otak pada kemampuan sosial seseorang.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan sentuhan ibu selama bermain dikaitkan dengan konektivitas yang lebih besar di antara wilayah otak yang terkait dengan perilaku sosial di antara anak berusia 5 tahun.

Temuan ini menunjukkan bahwa sentuhan lembut dan memelihara, yang dirasakan oleh ujung saraf di bawah kulit, merangsang area otak yang terkait dengan perkembangan sosial dan emosional – “otak sosial” – dan memperkuat koneksi saraf tersebut.

5. Studi yang dilakukan pada sembilan puluh sembilan ibu yang menjadi responden dan ditemukan bayi yang sering digendong menangis lebih sedikit dari bayi tidak di gendong. Kemudian bayi yang sering digendong, malam hari lebih mudah tidur lelap dan 51% jarang menangis selama tidur.

6. Menggendong yang dilakukan pada bayi prematur terbukti meningkatkan keberhasilan harapan hidup bayi. Setiap melakukan gendongan teknik kangguru, berat badan dan ukuran bayi lebih cepat berkembang dibandingkan bayi yang tidak rutin digendong.

7. Hasil penelitian menemukan bayi yang rutin digendong dengan baby wearing lebih jarang gumoh, GERD, batuk dan masalah pernafasan lainnya. Penelitian ini juga mengungkapkan terdapat pengurangan gejala tersebut pada bayi yang sebelumnya sering mengalaminya.

8. Studi lain menjelaskan terjadinya peningkatan keberhasilan ASI pada ibu yang menggendong bayi dengan baby wearing. Ibu yang menggunakan baby wearing lebih memahami tanda kebutuhan bayi, sehingga lebih sering menyusui dengan baik di bandingkan yang jarang menggendong bayinya.

9. Bayi yang rutin di gendong menurunkan resiko depresi setelah melahirkan. Menolong keterikatan pada ibu dengan baby blues. Baik ibu dan ayah.

10. Rutin menggendong bayi juga dapat memelihara kesehatan bayi. Berbagai penelitian menemukan bayi yang sering digendong terhindar dari masalah kepala peyang, pencernaan bayi lebih sehat, menghindari radang telinga, menurunkan stress baik orangtua maupun bayi dan lainnya.

 

Peran Penting Baby Wearing Dalam Ortopedi pediatri

Penelitian menunjukkan hubungan antara baby wearing dan kesehatan pinggul.

Displasia pinggul perkembangan adalah masalah di mana sendi pinggul bayi tidak terbentuk dengan benar. Banyak kasus sembuh dengan sendirinya, tetapi jika tidak, kondisi ini dapat menyebabkan masalah di kemudian hari.

Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa hampir sepertiga pasien yang menjalani operasi penggantian pinggul sebelum usia 60 tahun memiliki beberapa bentuk displasia pinggul.

Studi terbaru menjelaskan bahwa menggendong bayi dalam bentuk “M” populer memiliki tingkat displasia pinggul yang rendah.

Sebaliknya, budaya tradisional lainnya, di mana bayi diposisikan dengan kaki terbungkus rapat atau di bedong ikat, memiliki tingkat displasia pinggul yang lebih tinggi.

Sudahkah menggendong adek hari ini Mom?

 

(Nyanya)

Sumber : berbagai sumber

Foto: hope and plum

 

 

Air Nabeez, ASI Booster Alami Saat Berpuasa 

Siapa yang tidak mengenal manfaat air nabeez atau rendaman kurma? Tidak hanya baik untuk kesehatan, ternyata air ini memiliki kandungan baik untuk ibu menyusui sebagai booster ASI alami!

Cek lebih dalam soal kandungan air nabeez yuk!

 

Pengaruh tidak kurma sebagai ASI Booster?

Apa yang kita makan penting sangatlah penting saat menyusui. Terutama kandungan superfood yang dapat kita temui pada kurma. Dengan mengkonsumsi makanan tinggi nutrisi, suplai ASI dapat meningkat, energi bertambah terutama saat menjalankan puasa serta berat badan bayi terjaga dengan baik karena produksi yang cukup untuk kebutuhannya.

Situs Sandford Health mengemukakan mengkonsumsi kurma dapat meningkatkan prolaktin, yaitu hormon yang memberi tahu tubuh untuk memproduksi ASI. Kurma juga kaya kalsium, tinggi serat dan manis alami.

Jurnal Pediatric Sciences, melakukan pengujian pada kandungan buah kurma dan kelabat atau fenugreek. Dalam pengujian tersebut, peneliti memberi teh herbal kepada 75 ibu menyusui ASI eksklusif dalam tiga kelompok.

Kelompok pertama hanya diberi fenugreek herbal tea, kelompok kedua mengkonsumsi kurma dan kelompok ketiga tidak diberi kedua bahan tersebut.

Hasilnya dua minggu kemudian, jumlah ASI perah ibu yang mengkonsumsi fenugreek dan kurma lebih banyak dibandingkan kelompok yang tidak mengkonsumsi sama sekali.

Pertambahan berat badan bayi pada ibu menyusui yang konsumsi kurma lebih banyak dibandingkan ibu yang mengkonsumsi fenugreek.

Dalam penelitian pada air nabeez, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh kurma nabeez terhadap peningkatan produksi ASI dan peningkatan berat badan bayi. Kurma nabeez pada ibu nifas dapat meningkatkan produksi ASI sehingga kebutuhan bayi akan terpenuhi dengan ASI baik secara kualitas maupun kuantitas.

Penelitian lain yang melibatkan ibu menyusui dengan kurma, menyebutkan jumlah ASI ibu menyusui yang menerima buah kurma secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol lain.

Konsumsi buah kurma ternyata bermanfaat untuk meningkatkan dan meningkatkan kuantitas ASI pada ibu menyusui. Buah kurma bisa menjadi alternatif galactagog atau booster ASI.

 

Manfaat Air Nabeez 

Ibu menyusui yang mengkonsumsi air nabeez, akan menerima banyak manfaat bagi kesehatan maupun suplai ASI. Air nabeez atau rendaman kurma memiliki manfaat antara lain:

1. Detox alami tubuh 

Kandungan alkali pada air nabeez mampu menetralkan serta membuang racun dalam tubuh. Dengan demikian, metabolisme dan pencernaan tubuh akan jauh lebih baik.

2. Sebagai superfood yang sehat 

Kandungan 100 gram kurma mengandung nutrisi:

Kalori 277 

Karbohidrat 75 gram

Serat : 7 gram

Protein: 2 gram

Potassium: 20% sesuai pada indeks rekomendasi diet harian

Magnesium: 14% sesuai pada indeks rekomendasi diet harian

Mineral: 18% sesuai pada indeks rekomendasi diet harian

Manganese mineral : 15% sesuai pada indeks rekomendasi diet harian

Zat besi : 5% sesuai pada indeks rekomendasi diet harian

Vitamin B6: 12% sesuai pada indeks rekomendasi diet harian

3. Tinggi antioxidan 

Situs Healthline menulis, terdapat tiga kandungan antioksidan kurma yang sangat baik. Yaitu:

1. Flavonoids

Antioksidan yang sangat sehat dan kuat. Studi menemukan kandungan ini dapat menyembuhkan peradangan dan menurunkan resiko diabetes, alzheimer dan beberapa tipe kanker.

2. Karotenoid

Terbukti menjaga jantung lebih sehat serta mengurangi resiko Degenerasi Makula alias Age-related macular degeneration adalah gangguan penglihatan yang terjadi seiring berjalannya usia.

3. Asam Fenolat

Dikenal sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan resiko kanker dan penyakit jantung.

4. Membantu masalah otak dan daya ingat 

Studi laboratorium telah menemukan kurma bermanfaat untuk menurunkan penanda inflamasi, seperti interleukin 6 (IL-6), di otak. Tingkat IL-6 yang tinggi dikaitkan dengan risiko penyakit neurodegeneratif yang lebih tinggi seperti Alzheimer.

Selain itu, penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa kurma bermanfaat untuk mengurangi aktivitas protein beta amiloid, yang dapat membentuk plak di otak.

Ketika plak menumpuk di otak, mereka dapat mengganggu komunikasi antara sel-sel otak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel otak dan penyakit Alzheimer.

Satu penelitian pada hewan menemukan bahwa tikus yang diberi makanan yang dicampur dengan kurma memiliki memori dan kemampuan belajar yang jauh lebih baik, serta perilaku terkait kecemasan yang lebih sedikit, dibandingkan dengan mereka yang tidak memakannya.

Sifat penambah otak yang potensial dari kurma telah dikaitkan dengan kandungan antioksidannya yang diketahui dapat mengurangi peradangan, termasuk flavonoid

5. Kontrol gula darah

Kurma berpotensi membantu pengaturan gula darah karena indeks glikemik, serat, dan antioksidannya yang rendah. Dengan demikian, memakannya dapat bermanfaat bagi manajemen diabetes.

 

Resep Air Nabeez 

Bahan:

1. Buah kurma 100 gram atau sesuai selera dengan jumlah yang disarankan ganjil.

2. Air minum masak bersih yang disesuaikan dengan jumlah kurma

 

Cara Membuat: 

1. Pisahkan biji dari kurma, lalu tekan kurma agar sedikit lunak.

2. Masukan kurma ke dalam tumblr yang telah diisi air.

3. Tutup rapat, dan diamkan 8-12 jam di dalam kulkas sebelum dikonsumsi.

 

Dikutip dalam situs Jakmall, sebelum mengkonsumsi air nabeez sepatutnya memperhatikan hal berikut ini:

1. Air nabeez sebaiknya diminum kapan? Lakukan cara membuat air nabeez kurma tadi pada malam hari supaya bisa kamu minum ketika sahur. Namun, air nabeez kurma juga tetap dapat dikonsumsi saat berbuka puasa.

2. Sebelum diminum, aduk terlebih dahulu agar kurma yang sudah lunak dapat tercampur dengan air.

3. Saat mencoba resep air nabeez, gunakan 1 jenis bahan saja, yaitu kurma atau kismis. Sebaiknya tidak mencampurkan kedua bahan tersebut.

4. Air nabeez kurma hanya dapat bertahan selama 1-2 hari saja. Setelah hari ke-3, air rendaman kurma akan menjadi arak dan haram untuk dikonsumsi.

Selamat mencoba!

 

 

(Nyanya)

Sumber artikel : Berbagai sumber

Foto : Hungry for halal

 

 

Sukses Berpuasa Saat Menyusui

Bulan Ramadhan yang suci penuh berkah merupakan bulan kemenangan yang ditunggu. Namun, adakala rasa khawatir ketika ingin menjalankan puasa pada bulan Ramadhan ketika kita masih menyusui bayi. Bisa tidak sih ibu menyusui dapat menjalankan puasa dengan baik? Simak yuk ulasan kali ini!

Persiapkan diri agar berpuasa lebih maksimal

Mempersiapkan diri saat menjalankan puasa sebaiknya, dapat mengurangi hambatan saat mom menjalankan puasa. Menurut Mika AMANI, Konselor Menyusui, Birth Doula, dan Childbirth Educator AMANI Birth International, menjelaskan bahwa persiapan puasa bagi ibu menyusui berbeda dengan persiapan berpuasa mom lainnya.

Mika merekomendasikan memperhatikan 6 hal sebelum akhirnya mom dapat memutuskan berpuasa. Yaitu:

1. Mengumpulkan informasi
2. Tidak memaksakan diri
3. Perhatikan sinyal tubuh
4. Persiapkan stok ASIP (ASI perah) untuk kondisi khusus
5. Jaga asupan
6. Hindari susu formula

Dengan memperhatikan hal tersebut, mom dapat memastikan kemampuan berpuasa dengan tidak mengurangi kebutuhan bayi terutama pada eksklusif pumping maupun mom menyusui langsung.

Kebutuhan nutrisi ibu hamil dan menyusui

Ada perbedaan nutrisi yang dibutuhkan pada ibu hamil dan menyusui. Kebutuhan nutrisi ini penting dipenuhi untuk memaksimalkan perkembangan bayi dengan baik.

Untuk ibu hamil pada trisemester pertama, direkomendasikan adanya penambahan kalori sebanyak 100 kalori perhari. Dan dengan trisemester kedua dan ketiga menambah 300 kalori perhari.

Untuk ibu menyusui, penambahan jumlah kalori meningkat lebih banyak. Dengan tambahan 700 kalori yang didapatkan 500 kalori dari makanan dan 200 kalori dari cadangan lemak.

Semakin terpenuhi kecukupan gizi ibu hamil dan menyusui, semakin baik kualitas gizi mom dan bayi.

Memenuhi nutrisi menurut Mika, dapat dilakukan dengan cara :

1. Konsumsi protein lebih banyak saat sahur, berbuka dan malam hari

Protein menjadi sumber energi yang diolah terakhir setelah karbohidrat dan lemak. Serat pada sayur dan buah dapat membantu kesehatan pencernaan serta asupan vitamin.

2. Konsumsi pemanis alami

Rajin mengkonsumsi pemanis alami seperti kurma atau madu dapat mengembalikan energi pada tubuh lebih cepat.

3. Konsumsi sumber karbohidrat kompleks

Sementara karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang lebih lambat dicerna dan mengandung tinggi serat makanan.

Karbohidrat kompleks dapat diperoleh dari berbagai sumber makanan. Seperti jagung, quinoa, kentang, pisang, bit, apel, oatmeal, nasi merah, singkong, kacang merah hingga ubi jalar dan lainnya.

4. Menjaga cairan tubuh

Adapun rumus kebutuhan cairan pada ibu menyusui menurut Mika, dengan 50/100ml dikalikan dengan berat badan. Pada ibu menyusui kebutuhan ditambah  30% atau menjadi tiga sampai empat liter perhari atau sama dengan 12 gelas perhari.

Cairan sangat mempengaruhi kuantitas utama produksi ASI. Air dan hormon prolaktin merupakan bahan baku utama ASI.

Mika menjelaskan meskipun ibu menyusui mengkonsumsi makanan cukup nutrisi, yang akan membantu produksi hanyalah 10%. Berbeda dengan asupan cairan yang mampu mempengaruhi produksi ASI sebanyak 90%.

Jika volume cairan tidak tercukupi khususnya untuk mom yang tinggal di wilayah tropis, bisa dipastikan produksinya tidak optimal kuantitasnya.

Pastikan cukup cairan yang dapat mom akali asupannya tercukupi saat berbuka, malam hari dan sahur.

Pemenuhan nutrisi dengan empat cara tersebut dapat membantu produksi ASI sekaligus stamina ibu menyusui lekas terjaga.

Perubahan yang dirasakan saat berpuasa

Ketika mom memutuskan berpuasa, ada beberapa hal yang perlu mom pertimbangkan termasuk perubahan yang akan mom hadapi.

Mika menjelaskan, perubahan saat berpuasa dapat mempengaruhi tiga hal yaitu:

1. Sistem metabolisme

Ketika kadar gula turun maka karbohidrat secara alami dibongkar tubuh sebagai pengganti sumber tenaga.

Demikian pula pada kolesterol dan trigliserida akan di gunakan sebagai metabolisme tubuh.

2. Sistem persarafan dan hormonal

Ketika mom melakukan puasa dengan baik dan benar, sistem ini akan terkendali dengan baik. Artinya organ yang terkait dengan emosi seperti jantung, peredaran darah, lambung dan lainnya akan terkendali lebih baik.

Bila terdapat masalah psikologis yang mom alami, secara natural akan diperbaiki saat berpuasa.

3. Sistem pencernaan

Dengan mengistirahatkan sistem pencernaan selama 14 jam, dapat memaksimalkan kinerja enzim pencernaan.

Usia bayi dan pengaruhnya saat mom berpuasa

1. Usia dibawah 6 bulan

Usia dibawah 6 bulan yang sedang ASI eksklusif, tidak direkomendasikan berpuasa. Pada usia ini, mom disarankan fokus pada kebutuhan dan kepentingan bayi yang masih tergantung pada ASI sebagai sumber nutrisinya.

2. Usia bayi 6-12 bulan

Usia awal MPASI diperbolehkan melakukan berpuasa selama mom memperhatikan syarat utamanya yaitu kesehatan, adanya cadangan ASIP, berat badan bayi berada pada kurva hijau KMS.

Konsultasikan terlebih dahulu bila terdapat kondisi khusus diatas agar tidak menggangu kebutuhan bayi selama berpuasa.

3. Usia 12 – 21 bulan

Pada masa ASI dan MPASI lanjutan, mom dapat berpuasa selama sehat, produksi ASI cukup, tidak harus memiliki stok ASIP, berat badan bayi ada dalam kurva hijau KMS

4. Usia 21-24 bulan

Untuk masa penyapihan, syarat utama berpuasa yakni dengan ibu yang dipastikan sehat.

Selamat menunaikan ibadah puasa!

(Nyanya)

Sumber : Mika AMANI (Instagram : @mikayudistia )
Foto : baby centre

Menyusui Saat Aku Positif Covid19

Siapa yang tidak ingin menderita Covid19 saat menyusui bayi? Akupun tidak pernah berfikir mengenai ini. Namun nyatanya, aku sempat dinyatakan positif Covid19.

 

Ini kisahku.

Hari Senin pagi, 21 Feb 2022, hari yang berbeda bagiku. Saat aku bangun tidur, badan rasanya pegal-pegal. “Wah salah posisi tidur ini”, pikirku waktu itu.

Kebetulan senin pagi ada praktikum, jadi 07.30 WIB sudah sampai di kampus. Saat mendampingi praktikum badan makin nggak nyaman, berdiri lama-lama capek banget rasanya. Saat itu ku pikir mungkin karena ini pertama kali mendampingi praktikum setelah cuti melahirkan jadi badan nya kaget.

Tepat 11.00 WIB praktikum selesai, lanjut dengan pumping untuk dibawa pulang saat jam istirahat. Selesai pumping, cek jadwal, kebetulan setelah istirahat praktikum kosong, jadi aku memutuskan untuk izin setelah istirahat nggak kembali ke kantor.

Sampai rumah, setelah istirahat tidur siang, badan makin pegal2, pusing, meriang. 16.30 WIB memutuskan cari dokter. Kebetulan dokternya nggak ada, lagi mengantar neneknya sakit, kata petugas waktu itu. Cari dokter lain, ternyata antrinya panjang sekali, akhirnya memutuskan pulang karena nggak sanggup antri.

Aku masih lanjut dbf dan tidur sama Adek saat pulang. Biasanya adek memang bangun menjelang subuh, tapi waktu itu adek bangun pukul 01.00 WIB. Aku merasa pusing akhirnya aku membangunkan mbak yang biasanya momong adek, kuminta nemenin adek dan menyiapkan ASIP kalau adek haus.

Akhirnya hari selasa, 22 Feb 2022, memutuskan untuk ke puskesmas. Kata dokter kemungkinan ada sumbatan ASI jadi wajar membuat badan meriang, diresepkan paracetamol dan diberi izin sakit satu hari saja.

Karena badan masih meriang dan pusing banget, Adek seharian sama mbaknya, dan tidur malam bersama mbaknya lagi.

Aku tetap pumping setiap dua setengah jam sekali karena inget nggak boleh malas pumping, ada tiga anak yang harus diberi ASI (dua anak susuan).

Di hari selasa ini udah feeling nggak enak, kayaknya bukan deh kalau karena sumbatan asi, karena nggak merasakan ada “konde-konde”.

Hari rabu, 23 Feb 2022, karena izin sakit hanya satu hari, tapi badan masih nggak enak, akhirnya memutuskan untuk swab antigen (karena pengen tidur sama Adek juga, tapi ragu).

Dan benar, hasilnya positif. Untungnya semenjak hari Senin aku memutuskan untuk menutup rapat rumah, karena disekitar rumah ada anak-anak yang biasanya main sama Adek. Aku merasakan gejala pegal, pusing, meriang, mual, muntah).

Saat ini aku merantau dengan Adek yang berusia 5 setengah bulan. Ada mbak yang menemaniku momong.

Aku segera bertindak dan kangsung kabari keluarga. Mereka nggak kaget untungnya. Karena saat ini sedang “usum” kasus omicron.

Keluarga memintaku untuk isolasi mandiri dan nggak kontak dengan Adek.

Akupun turut mengabari grup perumahan, grup kantor, dan satgas covid di kantor.

Meminta untuk rekan-rekan yang sebelumnya kontak dengan aku untuk melakukan tes juga.

Perasaanku waktu itu, aku enggak memikirkan diriku. Cuma kepikiran sama Adek aja, takut tertular. Kumulai mencari info tindakan yang harus dilakukan ibu menyusui yang terkonfirmasi positif covid.

Segala upaya aku lakukan agar Adek tetap sehat. Aku gunakan dobel masker, sering cuci tangan, ganti baju juga sprei.

Akupun memutuskan untuk adek full minum asip fresh. Karena badan

Keluarga meminta saya untuk isolasi mandiri dan nggak kontak dengan Adek.

Akupun turut mengabari grup perumahan, grup kantor, dan satgas covid di kantor.

Meminta untuk rekan-rekan yang sebelumnya kontak denganku untuk melakukan tes juga.

Perasaanku waktu itu, aku enggak memikirkan diriku. Cuma kepikiran sama adek aja, takut adek tertular. Kumulai mencari info tindakan yang harus dilakukan ibu menyusui yang terkonfirmasi positif covid.

Segala upaya aku lakukan agar adek tetap sehat. Aku gunakan dobel masker, sering cuci tangan, ganti baju juga sprei.

Akupun memutuskan untuk Adek full minum asip fresh. Karena badan masih nggak enak dan pusing.

Aku berupaya kontak seminim mungkin. Saat Mbak tidak dapat memberikan ASIP, aku segera cuci tangan, pakai masker dobel dan lanjut menyusui langsung atau DBF walau hanya sesekali.

Hari jumat badan mulai terasa enak. Aku memutuskan untuk tidur bersama adek. Semua yang kugunakan aku ganti. Agar meminimalisir penularan virus.

Kesulitannya isoman dengan Adek sebenarnya lebih ke perasaanku. Aku khawatir kurang bisa menjaga kebersihan saat pumping.

Warna ASIkupun berubah agak kehijauan.

Hal terberat yang aku alami karena tidur terpisah dengan Adek. Banyak momen dimana adek menangis tengah malam minta susu. Saat itu aku ikut bangun, tapi hanya bisa melihat dari pintu kamar.

Asi cukup drop saat positif covid meskipun aku tidak mengurangi jam pumping, setiap 2 jam sekali. Jujur aku sempat panik karena tepat sebelum sakit semua asip aku serahkan ke anak persusu-an.

Tp setelah sembuh alhamdulillah volumenya mulai kembali seperti biasanya.

Saran aku kepada semua mom, tetap susuin bayi apabila badan dirasa sanggup. Upayakan DBF atau menyusui langsung agar moms juga bisa istirahat saat menyusui.

Jangan melupakan protokol kesehatan. Mom bisa pakai konektor atau kerudung saat pakai masker agar karet masker tidak bersentuhan langsung dengan telinga. Karena pengalamanku tidur pakai masker dengan tali ditelinga membuat telinga lecet.

Ada kemungkinan ASI drop, saran aku tidak perlu panik. Jangan skip pumping untuk tetap menjaga supply ASI lebih baik.

Semangat moms.

Ceritaku untuk menyemangati kalian.

 

 

Mom E

 

(Nyanya)

Foto : CDC

Benar Enggak Sih Tiroid Mempengaruhi ASI?

Mengapa tiroid merupakan salah satu yang perlu diwaspadai oleh busui? 

 

Fungsi utama kelenjar tiroid adalah membuat hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Hormon-hormon ini penting untuk pertumbuhan dan fungsi normal tubuh, serta untuk menyusui.

Situs Chop Edu menuturkan, selama beberapa bulan pertama kehamilan, janin bergantung pada ibu untuk hormon tiroid.

Hormon tiroid ini memainkan peran penting dalam perkembangan otak normal. Kekurangan hormon tiroid ibu karena hipotiroidisme dapat memiliki efek ireversibel pada janin.

Studi awal menemukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan hipotiroidisme selama kehamilan memiliki IQ yang lebih rendah dan gangguan perkembangan psikomotor (mental dan motorik).

Namun ibu dengan perawatan medis dan mampu mengontrol tiroid bisa melahirkan bayi sehat. 

Ketika tiroid tidak berfungsi dengan baik, produksi ASI bisa berpengaruh. Situs Lily, menjelaskan terdapat hubungan tiroid pada produksi ASI. Lily juga menambahkan hubungan antara gangguan tiroid dan masalah autoimun.

Sistem kekebalan ditekan selama kehamilan untuk melindungi bayi. Namun cara ini merupakan perlindungan terbaik. Dengan menurunkan kekebalan bumil, tubuh tidak akan membaca atau bereaksi janin bayi sebagai benda asing yang patut diserbu atau dilawan oleh kekebalan tubuh.

Masalah dengan tiroid dapat dimulai sebelum atau selama kehamilan, pada periode postpartum, atau di kemudian hari. Mereka juga dapat terjadi bersama dengan kondisi medis lainnya, yang dapat membuat diagnosis dan perawatan menjadi lebih menantang.

 

Ciri dan jenis tiroid pada perempuan

Penyakit tiroid didiagnosis melalui tes darah yang mengukur kadar hormon perangsang tiroid (TCH) triisdothyrine (T3)/tetra-iodothyronine (tiroksin atau T4).

Medis biasanya akan merekomendasikan kadar yodium dipantau dan diobati, jika tidak pada tingkat yang sesuai. Karna sifatnya genetik dan diwariskan, sebaiknya lakukan konsultasi bila ada anggota keluarga yang memiliki masalah tersebut kepada dokter sejak masa kehamilan.

Bentuk tiroidisme yang paling umum adalah hipertiroidisme, hipotiroidisme, dan disfungsi tiroid pascapersalinan.

 

1. Hipotiroidisme atau hipotiroid (tiroid tidak aktif)

Diindikasikan ketika kadar TSH tinggi dan kadar T3/T4 rendah.

 

Gejalanya:

A. kulit kering

B. kepekaan terhadap dingin

C. “baby blues” dan/atau depresi D. kelelahan

E. rambut rontok

F. kekurangan energi

G. pelupa

H. sembelit

I. peningkatan frekuensi dan aliran menstruasi

J. pembesaran ringan tiroid

Bentuk yang paling umum pada kasus ini adalah penyakit Hashimoto.

Penggantian hormon tiroid adalah bentuk pengobatan yang umum, terutama selama kehamilan dan menyusui.

Pada kehamilan, ini dapat menyebabkan hipertensi atau pre-eklampsia yang berpengaruh pada bayi dan berat badan bayi lahir rendah.

Ibu dengan hipotiroidisme berisiko mengalami keterlambatan atau produksi ASI yang tidak mencukupi.

Studi juga menunjukkan mungkin ada efek negatif pada oksitosin.

 

2. Hipertiroidisme (Tiroid Overaktif)

Diindikasikan ketika kadar TSH rendah dan kadar T3/T4 tinggi.

 

Gejalanya:

A. jantung berdebar-debar

B. merasa gugup/cemas

C. berkeringat

D. gemetar

E. kram otot

F. lelah dan lemas

G. penurunan berat badan

H. sensitif terhadap panas

I. diare

J. penurunan frekuensi dan aliran menstruasi

K. pembesaran ringan tiroid.

Bentuk yang paling umum adalah penyakit Grave.

Kehamilan dapat menginduksi bentuk ringan karena peningkatan tingkat pembersihan kadar T3/T4 dalam plasma darah. Beberapa ibu dengan hipertiroidisme mungkin merasakan gejala yang berkurang pada trimester kedua dan ketiga, tetapi gejalanya dapat pulih kembali setelah melahirkan.

Ibu dengan hipertiroid berisiko mengalami persalinan prematur, preeklamsia, hambatan pertumbuhan janin, dan peningkatan mortalitas ibu dan bayi.

Studi juga menunjukkan mungkin ada dampak negatif pada konsentrasi prolaktin dan oksitosin.

 

Penanganan kasus hipertiroidisme: 

 

A. Penelitian telah menunjukkan bahwa propiltiourasil (PTU) adalah obat pilihan untuk ibu menyusui dalam hal ini. Ini diekskresikan dalam jumlah kecil ke dalam ASI dan tidak mempengaruhi fungsi tiroid bayi.

B. Methimazole adalah pilihan yang dapat diterima, bayi harus sering dipantau.

Situs Australia Breastfeeding Asociation, menjelaskan dalam 12 bulan setelah seorang wanita melahirkan merupakan momen penting untuk dibawah pengawasan medis.

Hal ini menjadi penting agar hipertiroidisme akibat penyakit Graves tidak disamakan dengan fase hipertiroid tiroiditis pascamelahirkan. Kedua kondisi ini memiliki penyebab dan pengobatan yang berbeda.

Beberapa wanita dengan hipertiroidisme melaporkan suplai ASI yang banyak, tetapi yang lain tampaknya mengalami kesulitan dengan refleks let down mereka.

 

3. Disfungsi Tiroid Postpartum: 

A. Disfungsi ini terbagi dalam 4 jenis yaitu: 

 

a. Disfungsi tiroid pascamelahirkan (PPT)

b. Penyakit Graves paskapersalinan

c. Infark hipofisis pascapersalinan (sindrom Sheehan) – sering dikaitkan dengan kehilangan darah yang berlebihan selama/setelah melahirkan

d. Hipofisitis limfositik

 

B. Terjadi pada sekitar 5-7% dari semua kehamilan.

C. Perempuan dengan diabetes mellitus tipe 1 berisiko tiga kali lipat.

D. Wanita yang merokok berisiko tiga kali lipat.

E. Gejala – intoleransi terhadap dingin, kulit kering, kekurangan energi, gangguan konsentrasi, sakit dan nyeri.

F. Biasanya dimulai dengan aspek hipertiroidisme yang dapat berlangsung hingga beberapa minggu dan transisi ke hipotiroidisme, yang dapat berlangsung selama beberapa bulan. Keadaan ini lebih jelas secara klinis, mengarah pada pengobatan.

Masalah ini bisa muncul hipotiroidisme saja, hipertiroidisme saja, atau hipertiroidisme yang diikuti oleh hipotiroidisme.

 

Banyak gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme yang umum terjadi pada periode pascamelahirkan bisa terlihat ‘normal’ sehingga diagnosis terlewatkan oleh pantauan medis.

Masalah tiroid mungkin disalahartikan sebagai depresi pascakelahiran atau sindrom baby blues dan lainnya.

Busui dengan tiroiditis pascamelahirkan melaporkan masalah suplai ASI, yang lain menyusui tanpa kesulitan.

 

(Nyanya)

Sumber : berbagai sumber

Foto : Very Well Health

 

 

 

 

 

Hypoplasia – Tipe Payudara Yang Sulit Produksi ASI

 

Kenapa Perempuan Bisa Tidak Produksi ASI

 

Kegagalan laktasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori: preglandular, glandular, dan postglandular (Morton, 1994).

Penyebab preglandular untuk produksi susu yang rendah atau tidak sama sekali secara langsung berkaitan dengan masalah hormonal seperti retensio plasenta atau tiroiditis pascapersalinan.

Penyebab postglandular dari produksi ASI yang tidak mencukupi adalah hal-hal yang terjadi setelah bayi lahir yang memulai menyusui dengan “awal yang buruk”, seperti bayi yang tidak dapat mentransfer ASI dengan benar ke payudara (karena alasan apa pun), atau manajemen menyusui yang buruk, seperti seperti jadwal makan, pemisahan ibu dan bayi yang diperpanjang.

Penyebab kelenjar untuk produksi ASI rendah atau tidak ada sama sekali dapat mencakup operasi payudara sebelumnya, atau hipoplasia/IGT.

Seringkali, kegagalan laktasi kelenjar disertai oleh satu atau lebih faktor preglandular dan postglandular. Itulah sebab peranan edukasi dan pendampingan selama masa perawatan paska persalinan sangat penting bagi ibu untuk mendapatkan akses laktasi yang baik.

 

Hypoplasia

Situs Medela menyebutkan, Hipoplasia mammae, juga dikenal sebagai jaringan kelenjar yang tidak mencukupi atau insufficient glandular tissue atau IGT, adalah kondisi yang sangat jarang.

 

Kondisi ini dapat menyebabkan produksi ASI rendah atau tidak ada sama sekali.

 

Dalam jurnalnya, Megan W – Midwifery Womens Health 2013, menjelaskan tidak semua perempuan bisa menyusui.

Megan menulis, Hipoplasia mammae merupakan penyebab utama kegagalan laktogenesis II, dimana ibu tidak mampu menghasilkan volume ASI yang cukup. Perempuan dengan hipoplasia mammae sering memiliki kadar hormon dan persarafan normal tetapi kekurangan jaringan kelenjar yang cukup untuk menghasilkan suplai ASI yang cukup untuk menopang bayi mereka.

Etiologi kondisi langka ini tidak jelas, meskipun ada teori yang mengacu pada kecenderungan genetik dan paparan lingkungan estrogenik di lingkungan pertanian tertentu.

Rudel, Fenton, Ackerman, Euling & Makris, 2011, menemukan bukti yang mendukung teori bahwa paparan kontaminasi pada lingkungan tertentu yang tinggi seperti dioksin dan partikel lain pengganggu endokrin bisa mempengaruhi.

Orangtua ibu yang menderita hypoplasia saat hamil yang menurunkan ke dalam rahim. Ketika mama lahir, kontaminasi tersebut mempengaruhi pertumbuhan payudara yang tidak mencukupi.

Artinya tidak terjadi proses laktogenesis atau pertumbuhan payudara yang seharusnya pada masa remaja maupun saat hamil. Hipoplasia dengan ukuran payudara besar, biasanya berisi lemak bukan jaringan kelenjar penghasil ASI.

Wanita dengan hipoplasia mammae mungkin tidak menunjukkan perubahan payudara yang khas terkait dengan kehamilan dan mungkin gagal menyusui pascapersalinan.

 

Ciri khususnya:

1. Payudara wanita dengan hipoplasia mammae mungkin memiliki jarak yang luas (1,5 inci atau lebih), asimetris, atau berbentuk tuberous.

2. payudara tidak mengembangkan jaringan payudara yang tepat selama masa remaja, tetapi payudara mereka mungkin kecil atau besar.

3. Payudara sempit dengan jarak yang lebar

4. Areola tampak bengkak atau bengkak

5. Payudara asimetris, di mana yang satu jauh lebih besar dari yang lain

6. Payudara tidak tumbuh atau berubah selama kehamilan, dan ASI tidak pernah “masuk” sekitar 3 hari setelah melahirkan

 

Untuk memastikan apakah payudara mama merupakan kategori ini butuh skrining khusus dari dokter. 

 

Huggins, Petok, & Mireles (2000), dalam penelitiannya 34 busui, ditemukan korelasi antara karakteristik fisik berikut dan produksi susu yang lebih rendah:

1. payudara dengan jarak yang lebar (payudara lebih dari 1,5 inci terpisah)

2. asimetri payudara (satu payudara secara signifikan lebih besar dari yang lain)

3. adanya stretch mark pada payudara, tanpa adanya pertumbuhan payudara, baik selama masa pubertas atau dalam kehamilan

4. bentuk payudara tubular (penampilan “kantung kosong”)

 

Karakteristik tambahan yang dapat mengindikasikan hipoplasia adalah:

1. areola yang besar atau bulat secara tidak proporsional

2. tidak adanya perubahan payudara pada kehamilan, postpartum, atau keduanya

Para ahli juga menemukan adanya korelasi antara operasi pembesaran payudara dengan hipoplasia.

 

 

Namun apakah masih terjadi kemungkinannya untuk berhasil menyusui?

Kondisi ini masih memiliki peluang menyusui sama seperti perempuan lainnya, namun sebaiknya dengan pendampingan konselor laktasi. Mereka dapat membantu mengesampingkan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan pasokan rendah dan menyarankan pilihan seperti memberi makan tambahan di payudara dengan Sistem Perawatan Tambahan (SNS), menemukan pusat donasi ASI, atau memompa dan memberi ASI dengan tambahan media sebanyak mungkin.

Verywellfamilly menyebutkan walau angka kegagalan menyusui tinggi, namun banyak ditemukan busui tidak selalu memiliki masalah IGT pada kedua payudaranya. Ada kemungkinan hypoplasia tersebut hanya pada salah satu payudara saja ataupun di keduanya namun masih memiliki kelenjar tisu susu walau sedikit.

Dengan adanya kondisi ini menyusui masih memungkinkan terjadi. Hanya saja, pada awalnya mungkin membutuhkan suplemen tambahan atau PASI (pendamping ASI) yang direkomendasikan oleh dokter.

Berapa pun jumlah ASI yang mama berikan kepada bayi akan tetap bermanfaat. Menyusui juga memberi bayi kenyamanan, keamanan, dan ikatan khusus yang diciptakan melalui menyusui.

Selain itu, operasi perbaikan kelenjar payudara juga bisa dilakukan sebagai alternatif untuk memperbaiki kondisi hipoplasia agar dapat mensukseskan ASI.

Terkadang, keinginan belum tentu berjalan sesuai dengan realita. Walau bukan artinya mama harus menyerah, namun bila tanda tidak cukup ASI terlihat dan membahayakan bayi sebaiknya konsultasikan segera untuk mendapat tindakan terbaik dengan ASI donor maupun tambahan pendamping ASI lain seperti susu formula.

 

(nyanya)

Sumber : berbagai sumber

foto : berbagai sumber (google)