Siapa yang tidak ingin menderita Covid19 saat menyusui bayi? Akupun tidak pernah berfikir mengenai ini. Namun nyatanya, aku sempat dinyatakan positif Covid19.
Ini kisahku.
Hari Senin pagi, 21 Feb 2022, hari yang berbeda bagiku. Saat aku bangun tidur, badan rasanya pegal-pegal. “Wah salah posisi tidur ini”, pikirku waktu itu.
Kebetulan senin pagi ada praktikum, jadi 07.30 WIB sudah sampai di kampus. Saat mendampingi praktikum badan makin nggak nyaman, berdiri lama-lama capek banget rasanya. Saat itu ku pikir mungkin karena ini pertama kali mendampingi praktikum setelah cuti melahirkan jadi badan nya kaget.
Tepat 11.00 WIB praktikum selesai, lanjut dengan pumping untuk dibawa pulang saat jam istirahat. Selesai pumping, cek jadwal, kebetulan setelah istirahat praktikum kosong, jadi aku memutuskan untuk izin setelah istirahat nggak kembali ke kantor.
Sampai rumah, setelah istirahat tidur siang, badan makin pegal2, pusing, meriang. 16.30 WIB memutuskan cari dokter. Kebetulan dokternya nggak ada, lagi mengantar neneknya sakit, kata petugas waktu itu. Cari dokter lain, ternyata antrinya panjang sekali, akhirnya memutuskan pulang karena nggak sanggup antri.
Aku masih lanjut dbf dan tidur sama Adek saat pulang. Biasanya adek memang bangun menjelang subuh, tapi waktu itu adek bangun pukul 01.00 WIB. Aku merasa pusing akhirnya aku membangunkan mbak yang biasanya momong adek, kuminta nemenin adek dan menyiapkan ASIP kalau adek haus.
Akhirnya hari selasa, 22 Feb 2022, memutuskan untuk ke puskesmas. Kata dokter kemungkinan ada sumbatan ASI jadi wajar membuat badan meriang, diresepkan paracetamol dan diberi izin sakit satu hari saja.
Karena badan masih meriang dan pusing banget, Adek seharian sama mbaknya, dan tidur malam bersama mbaknya lagi.
Aku tetap pumping setiap dua setengah jam sekali karena inget nggak boleh malas pumping, ada tiga anak yang harus diberi ASI (dua anak susuan).
Di hari selasa ini udah feeling nggak enak, kayaknya bukan deh kalau karena sumbatan asi, karena nggak merasakan ada “konde-konde”.
Hari rabu, 23 Feb 2022, karena izin sakit hanya satu hari, tapi badan masih nggak enak, akhirnya memutuskan untuk swab antigen (karena pengen tidur sama Adek juga, tapi ragu).
Dan benar, hasilnya positif. Untungnya semenjak hari Senin aku memutuskan untuk menutup rapat rumah, karena disekitar rumah ada anak-anak yang biasanya main sama Adek. Aku merasakan gejala pegal, pusing, meriang, mual, muntah).
Saat ini aku merantau dengan Adek yang berusia 5 setengah bulan. Ada mbak yang menemaniku momong.
Aku segera bertindak dan kangsung kabari keluarga. Mereka nggak kaget untungnya. Karena saat ini sedang “usum” kasus omicron.
Keluarga memintaku untuk isolasi mandiri dan nggak kontak dengan Adek.
Akupun turut mengabari grup perumahan, grup kantor, dan satgas covid di kantor.
Meminta untuk rekan-rekan yang sebelumnya kontak dengan aku untuk melakukan tes juga.
Perasaanku waktu itu, aku enggak memikirkan diriku. Cuma kepikiran sama Adek aja, takut tertular. Kumulai mencari info tindakan yang harus dilakukan ibu menyusui yang terkonfirmasi positif covid.
Segala upaya aku lakukan agar Adek tetap sehat. Aku gunakan dobel masker, sering cuci tangan, ganti baju juga sprei.
Akupun memutuskan untuk adek full minum asip fresh. Karena badan
Keluarga meminta saya untuk isolasi mandiri dan nggak kontak dengan Adek.
Akupun turut mengabari grup perumahan, grup kantor, dan satgas covid di kantor.
Meminta untuk rekan-rekan yang sebelumnya kontak denganku untuk melakukan tes juga.
Perasaanku waktu itu, aku enggak memikirkan diriku. Cuma kepikiran sama adek aja, takut adek tertular. Kumulai mencari info tindakan yang harus dilakukan ibu menyusui yang terkonfirmasi positif covid.
Segala upaya aku lakukan agar adek tetap sehat. Aku gunakan dobel masker, sering cuci tangan, ganti baju juga sprei.
Akupun memutuskan untuk Adek full minum asip fresh. Karena badan masih nggak enak dan pusing.
Aku berupaya kontak seminim mungkin. Saat Mbak tidak dapat memberikan ASIP, aku segera cuci tangan, pakai masker dobel dan lanjut menyusui langsung atau DBF walau hanya sesekali.
Hari jumat badan mulai terasa enak. Aku memutuskan untuk tidur bersama adek. Semua yang kugunakan aku ganti. Agar meminimalisir penularan virus.
Kesulitannya isoman dengan Adek sebenarnya lebih ke perasaanku. Aku khawatir kurang bisa menjaga kebersihan saat pumping.
Warna ASIkupun berubah agak kehijauan.
Hal terberat yang aku alami karena tidur terpisah dengan Adek. Banyak momen dimana adek menangis tengah malam minta susu. Saat itu aku ikut bangun, tapi hanya bisa melihat dari pintu kamar.
Asi cukup drop saat positif covid meskipun aku tidak mengurangi jam pumping, setiap 2 jam sekali. Jujur aku sempat panik karena tepat sebelum sakit semua asip aku serahkan ke anak persusu-an.
Tp setelah sembuh alhamdulillah volumenya mulai kembali seperti biasanya.
Saran aku kepada semua mom, tetap susuin bayi apabila badan dirasa sanggup. Upayakan DBF atau menyusui langsung agar moms juga bisa istirahat saat menyusui.
Jangan melupakan protokol kesehatan. Mom bisa pakai konektor atau kerudung saat pakai masker agar karet masker tidak bersentuhan langsung dengan telinga. Karena pengalamanku tidur pakai masker dengan tali ditelinga membuat telinga lecet.
Ada kemungkinan ASI drop, saran aku tidak perlu panik. Jangan skip pumping untuk tetap menjaga supply ASI lebih baik.
Semangat moms.
Ceritaku untuk menyemangati kalian.
Mom E
(Nyanya)
Foto : CDC