Pasca persalinan akan mungkin membuat perubahan tubuh bagi perempuan, terutama hormon tubuh kita. Hormon ini digunakan sebagai peralihan tubuh ketika hamil kemudian melahirkan. Tuntutan tinggi dengan rutinitas baru, namun tubuh belum pemulihan total dapat membuat ketidakseimbangan hormon paska persalinan.
Ketika menyusui, perubahan peningkatan hormon yang dibutuhkan untuk menyusui umumnya dapat memberikan efek tidak nyaman di awal melahirkan. Contohnya perubahan suasana hati, berkeringat di malam hari, sering merasa gerah dan nyeri payudara.
Saat menyusui, tubuh akan membutuhkan lebih banyak energi. Hal ini juga ikut mempengaruhi nutrisi tubuh kita. Bila saat memproduksi ASI kekurangan nutrisi yang dibutuhkan, maka akan mengambilnya dari tubuh kita. Selain itu, perubahan hormon pascapersalinan sangat dramatis, yang memengaruhi perasaan. Mendukung tubuh dengan vitamin prenatal berkualitas tinggi dapat membantu.
Hormon merupakan pembawa pesan kimiawi yang mengirimkan informasi pada seluruh tubuh. Hormon dibutuhkan untuk dilepaskan oleh kelenjar-kelenjar tubuh, organ dan jaringan serta memiliki peran penting dalam tubuh Perempuan sejak hamil.
Hormon kehamilan menurun drastis pascapersalinan, sehingga menyebabkan berbagai gejala fisik dan emosional. Yang kemudian digantikan oleh hormon menyusui. Masing-masing memiliki peran yang berbeda dan sangat penting. Selama kehamilan, tubuh memproduksi hormon estrogen dan progesteron dalam kadar tinggi. Hormon-hormon ini mendukung perkembangan bayi dan kadarnya menurun drastis setelah melahirkan. Ketidakseimbangan hormon inilah yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan kelelahan sementara.
Tepat setelah melahirkan, estrogen dan progesteron turun dengan cepat. Kedua hormon tersebut mencapai kadar sebelum kehamilan secara drastic hanya dalam hitungan hari. Keadaan ini juga dapat mempengaruhi keadaan mental perempuan, yaitu baby blues.
Kedua hormon yang turun, diganti dengan peningkatan hormone oksitosin dan oksitosin. Oksitosin Dijuluki sebagai “hormon cinta”, kadar oksitosin meningkat selama persalinan dan menyusui. Hormon ini merangsang kontraksi rahim untuk membantu persalinan dan juga membantu meningkatkan produksi ASI. Kadar oksitosin menurun hingga delapan minggu pascapersalinan. Selain itu, oksitosin setelah melahirkan berfungsi untuk membangun bonding Mom dan bayi agar lebih dekat dan merasakan luapan cinta dan kasih sayang.
Prolaktin peran hormon ini adalah produksi ASI. Kadar prolaktin dalam tubuh meningkat selama kehamilan dan mencapai puncaknya saat melahirkan. Saat menyusui, kadar prolaktin meningkat setiap kali menyusui bayi. Dan untuk ibu yang tidak menyusui, kadar prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam waktu 3 minggu setelah melahirkan. Keadaan ini akan Kembali normal seiring waktu, namun ada beberapa Mom yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama dari Mom lain.
Berikut tanda-tanda adanya ketidakseimbangan hormone dalam tubuh kita :
- Perubahan suasana hati yang buruk
Suasana hati yang berfluktuasi pada masa pascapersalinan adalah hal yang wajar karena kurang tidur, kewalahan, dan tanggung jawab besar dalam membesarkan anak. Naik turunnya emosi adalah hal yang wajar dalam menjadi orang tua.
Namun, jika merasa terus-menerus mengalami perubahan suasana hati yang tidak seperti biasanya, khususnya menjelang akhir tahun pertama masa pascapersalinan, ada baiknya kita turut memperhatikan dengan bijak. Perubahan suasana hati yang drastis ini dapat mengindikasikan adanya ketidakteraturan hormon yang perlu diselidiki. Kondisi ini dapat memicu masalah mental Mom seperti depresi paska persalinan atau keadaan mental lainnya.
- Kelelahan Kronis
Setiap orangtua akan mungkin mengalami perubahan aktivitas terutama pada tahun pertama setelah melahirkan. Hal ini akan mungkin membuat Mom merasa kelelahan kronis, atau perasaan lelah yang luar biasa dan mendominasi hidup kita.
Kelelahan tidak hanya memicu produksi ASI, namun juga mempengaruhi keadaan mental kita. Seperti perubahan suasana hati, mempengaruhi hubungan atau burnout.
- Dorongan Seks Rendah atau Tidak Ada
Hormon yang dibutuhkan untuk menyusui dapat menyebabkan penekanan libido pada Mom. Khusunya hormon prolaktin yang berutugas untuk menekan progresteron dan estrogen. Beban mental, fisik, over stimulasi saat menyusui juga dapat menyebabkan libido yang rendah.
Ketika bayi di usia MPASI, libido yang rendah dapat menandakan ada sesuatu yang terjadi.
- Siklus Menstruasi yang Tidak Teratur
Siklus menstruasi dapat berubah, belum kunjung datang atau membutukan waktu agar siklus menstruasi Kembali normal seperti sebelum kehamilan. Tubuh kita mungkin tidak mengalami menstruasi satu tahun atau lebih setelah melahirkan saat menyusui bayi. Hal ini normal terjadi, karena ketidakseimbangan hormon yang terjadi saat menyusui.
Namun, ada baiknya tetap melakukan konsultasi pada dokter bila merasa khawatir atau ada perubahan tertentu yang dirasa tidak wajar.
- Kenaikan atau Penurunan Berat Badan yang Tidak Biasa
Bagi Sebagian Mom akan mungkin mengalami perubahan bentuk tubuh setelah melahirkan. Faktor seperti kelelahan, stres, dan kewalahan juga dapat mempersulit diri kita untuk menurunkan berat badan yang mungkin bertambah selama kehamilan. Bagi perempuan lain, faktor-faktor ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang cepat dan kelelahan.
Namun, jika mengalami kenaikan atau penurunan berat badan yang cepat, meskipun pola makan tidak banyak berubah, hal ini dapat mengindikasikan adanya ketidakseimbangan hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid.
- Perubahan Kesehatan Mental
Kecemasan, depresi, dan psikosis pascapersalinan merupakan kenyataan umum yang dialami banyak wanita di bulan-bulan setelah melahirkan. Kuncinya adalah mengenali gejala-gejalanya sejak dini dan mendapatkan bantuan yang di butuhkan. Beberapa gejala utamanya meliputi perubahan suasana hati yang sangat drastis, kecemasan yang meningkat atau tidak rasional, kesulitan tidur atau merasa mengantuk terus menerus, kurangnya minat dalam merawat diri sendiri atau anak, dan lainnya.
Sering kali, perubahan kesehatan mental ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menjadi parah dan memengaruhi kesehatan, hubungan, dan bahkan keselamatan anak kita.
Bagaimana Hormon Membentuk ASI
Laktasi adalah proses kompleks yang terjadi dalam dua fase utama: kontrol endokrin atau hormonal dan kontrol autokrin atau lokal. Awal melahirkan, laktasi didorong oleh hormone terutama estrogen, progesteron, dan prolaktin. Hormon-hormon inilah yang memulai produksi kolostrum sekitar dua puluh minggu kehamilan, dan terus mengendalikannya hingga beberapa hari setelah melahirkan.
Kemudian, hormon secara bertahap mulai tidak lagi berperan dalam mengatur pasokan ASI, karena laktasi yang sedang berlangsung diatur oleh pasokan dan permintaan. Namun, bahkan setelah kontrol autokrin produksi ASI dimulai, hormon terus memainkan peran penting dalam kesehatan mental dan fisik orang tua dan bayi yang menyusui.
Estrogen dan progesteron adalah hormon yang menopang kehamilan dan mencegah persalinan prematur atau keguguran. Hormon-hormon ini juga diperlukan laktasi, menyebabkan jaringan kelenjar yang memproduksi di payudara berkembang selama masa kehamilan.
Selama kehamilan, kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin meningkat, yang mengawali tahap pertama laktasi. Penting untuk dicatat bahwa bahkan orang tua yang tidak mengandung (seperti orang tua angkat) dapat menginduksi laktasi dengan merangsang produksi ASI dengan terapi hormon.
Sedangkan prolaktin adalah hormon utama yang terlibat dalam produksi dan suplai ASI, namun hormone ini tidak terlibat secara penuh pada proses laktasi saat kehamilan terjadi. Alasannya, kadar estrogen dan progesterone lebih tinggi saat kita hamil untuk mencegah prolaktin mengikat reseptor yang merangsang payudara memproduksi ASI. Tepat saat melahirkan, prolaktin mengambil alih tubuh untuk memproduksi ASI.
Karena inilah, ketidakseimbangan hormone terjadi. Ada banyak hormone yang terlibat dan secara tiba-tiba mengambil alih tubuh selama persalinan dan memproduksi ASI.
Faktor-faktor yang memicu persalinan beragam dan kompleks, tetapi salah satu faktor utamanya adalah meningkatnya kadar hormon oksitosin. Contoh sederhananya adalah kontraksi saat melahirkan. Nyeri yang kita rasakan adalah oksitosin. Selama persalinan, oksitosin meningkat, menyebabkan rahim berkontraksi dan akhirnya melebarkan serviks untuk mempersiapkan persalinan. Setelah melahirkan, kadar oksitosin tetap tinggi terlebih bila Mom menggendong bayi atau melakukan IMD. Fakta unik lainnya dari oksitosin adalah, hormon ini tetap meningkat meskipun seseorang yang tidak hamil atau melahirkan menggendong bayi baru lahir.
Puncak kadar oksitosin setelah melahirkan penting, alasannya adalah :
- Oksitosin merangsang kontraksi yang berlanjut, untuk memastikan keluarnya plasenta
- Kontraksi yang disebabkan oleh oksitosin mencegah pendarahan yang terlalu banyak setelah melahirkan
- Oksitosin adalah hormone cinta, yang bertugas meningkatkan perasaan dekat dan keintiman antara orang tua dan bayi
- Kadar oksitosin yang tinggi membantu memulai hubungan menyusui
- Oksitosin mengendalikan aliran, atau pengeluaran, ASI Anda
Karena penurutan kadar progesteron yang drastis setelah melahirkan memungkinkan prolaktin terlibat dalam proses laktasi. Skin to skin dengan bayi juga membuat lonjakan oksitosin dan meningkatkan prolaktin. Dengan menurunnya kadar progesteron dan memuncaknya prolaktin, tubuh menerima pesan bahwa sudah waktunya untuk memproduksi ASI.
Saat inilah, kolostrum diproduksi. Meskipun volumenya rendah, berwarna kuning dan teksturnya kental, namun kaya akan nutrisi dan antibody bagi bayi. Kadar prolaktin yang tinggi dan stimulasi hisapan bayi yang rutin, intensif atau terus menerus membantu keluarnya ASI matang.
(Stefanie Buyung)