Berkenalan Dengan Sensori Integrasi : Pentingnya Indra Tambahan Pada Anak

Seperti yang diketahui, manusia memiliki 5 panca Indra yaitu pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba, penciuman. Kelima Indra tersebut saling terkoneksi satu sama lain dalam beraktivitas. Ternyata, anak memiliki sensori tambahan yang sama pentingnya pada perkembangan dan kemampuannya lho.

Dalam buku The Out of Sync Child,  Carol Stock Kranowitz, MA. dari Bethesd-Maryland, menjelaskan indera dekat kita itu adalah: Indera taktil, Indera vestibular, Indera proprioseptif. Dan ketiga indra tersebut bersifat fundamental atau dasar berkembangnya seorang anak sehat.

Sensori tersebut  secara alamiah terkoneksi pada otak. Dalam prosesnya, informasi yang didapat dari seluruh Indra dikelola kemudian dimaknai oleh anak. Yang nantinya akan disaring, mana yang lebih penting dan mana yang tidak penting atau perlu diabaikan.

Proses ini memungkinkan kita untuk berprilaku sesuai dengan pengalaman dan merupakan dasar bagi kemampuan akademik dan prilaku sosial.

Pemrosesan sensorik atau integrasi merupakan pendaftaran yang efektif (dan interpretasi yang akurat) dari input sensorik di lingkungan (termasuk tubuh seseorang). Ini adalah cara otak menerima, mengatur, dan merespons input sensorik untuk berperilaku secara bermakna & konsisten. Anak-anak yang mengalami kesulitan memproses informasi sensorik, dikenal sebagai Sensory Processing Disorder.

Konsep integrasi sensorik pertama kali dikembangkan dan dijelaskan oleh Dr A Jean Ayres pada 1970-an. Pada tahun 2006, Dr Lucy Miller menerbitkan model “gangguan pemrosesan sensorik” berdasarkan Ayres Sensory Integration.

 

Integrasi sensorik merupakan proses neurobiologis bawaan dan mengacu pada integrasi dan interpretasi stimulasi sensorik dari lingkungan oleh otak. Sehingga peran indra ini sangat penting. Terutama bagi bayi dan anak yang sedang melewati masa pertumbuhan otaknya.

Sebaliknya, disfungsi integratif sensorik merupakan gangguan di mana input sensorik tidak terintegrasi atau terorganisir dengan tepat di otak dan dapat menghasilkan berbagai tingkat masalah dalam perkembangan, pemrosesan informasi, dan perilaku. Gangguan ini dapat terjadi pada anak, terutama anak yang  memiliki gangguan medis atau masalah seperti autisme.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, teori sensori integrasi dan pengobatannya telah dikembangkan oleh Dr A. Jean Ayres pada studinya di ilmu saraf dan yang berkaitan dengan perkembangan fisik dan fungsi neuromuskular. Perawatan berbasis bukti untuk mendukung orang yang mengalami perbedaan sensorik dapat meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup.

Integrasi sensorik berfokus terutama pada tiga indra dasar-taktil, vestibular, dan proprioseptif. Keterkaitan mereka mulai terbentuk sebelum lahir dan terus berkembang saat orang tersebut dewasa dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Ketiga indera tersebut tidak hanya saling berhubungan tetapi juga terhubung dengan sistem lain di otak. Walaupun ketiga sistem sensorik ini kurang akrab dibandingkan dengan penglihatan dan pendengaran, sensori ini sangat penting untuk kelangsungan hidup dasar. Hubungan antar ketiga indera ini kompleks.

Ketiga sensori ini memungkinkan kita untuk mengalami, menafsirkan, dan menanggapi rangsangan yang berbeda di lingkungan sekitar anak. Anak akan terus terstimulasi terhadap apapun disekitarnya. Dan otak akan terus memproses meskipun terhadap paparan atau benda-benda sederhana.

Bayi yang baru lahir dapat melihat, mendengar dan merasakan tubuhnya tetapi tidak dapat mengatur inderanya dengan baik. Newborn tidak dapat menilai jarak atau merasakan bentuk satu objek versus objek lainnya. Bayi secara bertahap belajar mengatur input sensorik di dalam otak. Gerakan berubah dari tersentak-sentak dan canggung, menjadi lebih halus dan mampu mengelola banyak masukan sensorik pada satu waktu.

Bayi mulai bereaksi terhadap rangsangan sensorik sejak lahir. Mereka menoleh ke arah suara, mengikuti objek dengan mata mereka dan menemukan tangan dan kaki mereka dengan menyentuhnya.

Setelah itu bayi mulai mengembangkan koordinasi mata-tangan dan akan menggunakan tangan mereka untuk menyentuh sesuatu yang mereka lihat. Mereka kemudian memulai eksplorasi mata-tangan-mulut dengan memasukkan sesuatu ke dalam mulut mereka, yang merangsang indera perasa. Inilah sebab fase oral sangat penting.

Ketika bayi melalui fase oral, Indra pengecap pada mulutnya lebih sensitif. Sehingga terjadi pemetaan seperti skrining peta pada benda yang masuk dalam mulutnya. Skrining ini penting karena mereka mempelajari segala sesuatu pada mulutnya. Oleh karena itu, bayi terus memasukan benda apapun yang ditemuinya ke dalam mulut dan terlihat menikmati momen tersebut.

Kemudian, visual bayi berkembang lebih jauh. Sehingga bayi dapat bergerak jauh lebih baik. Keamanan bayi saat ini meningkat, sehingga saat bergerak bayi tidak mudah terjatuh atau melalui medan berbahaya seperti tangga.

Perkembangan sensori integrasi bayi secara mandiri terjadi pada akhir tahun pertama bayi. Untuk itu, stimulasi pada 0 sampai 12 bulan pada bayi sangatlah penting. Pada usia 12 bulan, bayi mulai melakukan proses informasi dari berbagai indra bersama. Terutama mengembangkan koordinasi penglihatan dan pendengaran. Dengan sensori pendengaran yang lebih meningkat, bayi akan mudah terstimulasi mempelajari bunyi maupun bicara.

Contoh aktivitas integrasi sensorik adalah:

Ketika makan, yaitu

1. Bayi mencium bau makanan saat mereka membawanya ke mulut mereka
2. Bayi mencicipi makanan
3. Bayi merasakan tekstur makanannya
4. Bayi mempelajari, menganalisa makanan. Dan menentukan apakah menginginkan lebih atau menolaknya.

WebMD menulis, gangguan pemrosesan sensorik adalah suatu kondisi di mana otak mengalami kesulitan menerima dan merespons informasi yang masuk melalui indera.

Sebelumnya disebut sebagai disfungsi integrasi sensorik, saat ini tidak diakui sebagai diagnosis medis yang berbeda.

Beberapa orang dengan gangguan pemrosesan sensorik terlalu sensitif terhadap hal-hal di lingkungan mereka. Suara umum mungkin menyakitkan atau berlebihan. Sentuhan ringan pada kemeja bisa membuat kulit lecet.

Anak yang memiliki masalah sensorik, mungkin akan :

1. Tidak atau sulit terkoordinasi
2. Sering menabrak sesuatu
3. Tidak dapat mengetahui di mana anggota tubuh
4. Kesulitan memulai pembicaraan atau mulai bermain

Masalah sensori ini bisa terjadi pada anak, maupun dewasa. Dan umumnya masalah tersebut terlihat pada ciri perkembangan kondisi tertentu seperti Autisme Spectrum Disorder (ASD).

Gangguan pemrosesan sensorik dapat mempengaruhi satu indera, seperti pendengaran, sentuhan, atau rasa. Atau mungkin mempengaruhi banyak indera. Dan orang-orang dapat menjadi terlalu atau kurang tanggap terhadap hal-hal yang membuat mereka kesulitan.

Terdapat Empat kategori kesulitan integrasi sensorik telah diidentifikasi (Parham dan Mailloux (2015):

1. Masalah modulasi sensorik

Masalah dengan modulasi sensorik terjadi ketika otak kita merespons secara berlebihan, atau kurang merespons informasi sensorik. Misalnya, jika seseorang bereaksi berlebihan terhadap sentuhan, mereka mungkin sangat menyadari label di bagian belakang pakaiannya. Jika seseorang kurang responsif terhadap sentuhan, mereka mungkin tidak menyadari seseorang menepuk pundaknya.

2. Diskriminasi sensorik dan masalah persepsi

Ketika otak mengalami kesulitan dalam memahami informasi sensorik yang diterimanya. Seseorang dengan masalah persepsi visual mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan objek di lingkungan yang berantakan atau menemukan kata di halaman.

3. Masalah fungsional bilateral vestibular

Masalah-masalah ini adalah akibat dari masalah dengan indera vestibular kita dan dapat mengakibatkan keseimbangan yang buruk dan kesulitan dengan koordinasi dua sisi tubuh. Masalah keseimbangan dan koordinasi dapat menjadi akibat dari berbagai masalah yang berbeda.

4. Masalah praksis

Praksis adalah istilah medis untuk bagaimana otak kita merencanakan dan melakukan gerakan yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Misalnya belajar menulis.

Ketika informasi sensorik tidak diproses dengan baik dapat membuat gerakan baru menjadi sangat sulit, karena anak tidak memiliki kemampuan untuk memahami berbagai informasi sensorik yang masuk. Jadi, mereka berjuang untuk mengetahui di mana tubuh mereka berada dan berapa banyak kekuatan, kecepatan, dan arah yang diperlukan untuk melakukan gerakan baru. Hal ini disebut kesulitan dengan praksis dyspraxia atau gangguan koordinasi perkembangan.

Kemudian, situs Pathway menambahkan, ada beberapa tanda masalah sensorik meliputi:

1. Terlalu sensitif atau kurang reaktif terhadap sentuhan, gerakan, pemandangan, atau suara
2. Tingkat aktivitas yang sangat tinggi atau rendah
3. Mudah terganggu; perhatian yang buruk terhadap tugas
4. Keterlambatan dalam berbicara, keterampilan motorik, atau prestasi akademik
masalah koordinasi; tampak kikuk atau canggung
5. Kesadaran tubuh yang buruk
6. Kesulitan mempelajari tugas baru atau mencari tahu cara bermain dengan mainan yang tidak dikenal
7. Kesulitan dengan tugas-tugas yang membutuhkan menggunakan kedua tangan pada saat yang sama
8. Tampaknya sebagian besar waktu tidak teratur
9. Kesulitan dengan transisi antara aktivitas atau lingkungan
10. Keterampilan sosial yang belum matang
Impulsif atau kurangnya pengendalian diri
Kesulitan menenangkan diri setelah “terluka”.

Dikarenakan setiap anak bereaksi terhadap informasi sensorik secara berbeda. Masalah sensorik sangat kompleks karena sistem sensorik anak dapat berupa campuran yang terlalu reaktif, kurang reaktif, atau terlibat secara aktif.

Maka, perlu adanya analisa dari ahli apabila terdapat masalah atau keterlambatan pada anak. Sebaiknya, temui dokter anak tumbuh kembang apabila terjadi masalah perkembangan tersebut.

(Nyanya)

Foto : Pampers, istock

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *