Peran Ayah Bantu Menyukseskan ASI Pada Ibu

 

 

Tahukah Dad, saat mendampingi Mom menyusui dapat meningkatkan kesuksesan ASI lebih lama? Dad mendampingi Mom menyusui dengan kasih sayang, merupakan faktor terpenting Mom menyusui lebih percaya diri.

 

Tidak hanya pada Mom, Dad yang sering menemani Mom menyusui ternyata memiliki dampak positif pada bayi. Terutama perkembangan emosi, keterikatan, kenyamanan, sosial dan lainnya.

 

Penelitian menunjukkan bahwa ketika seorang Mom mendapat dukungan dan dorongan dari pasangannya, kemungkinan besar dia akan berhasil dalam menyusui dan menyusui untuk jangka waktu yang lebih lama.

 

Memiliki dukungan membuatnya lebih mudah untuk bertahan bahkan ketika dia kelelahan. Plus, dukungan sangat berharga untuk melewati masalah menyusui yang sulit atau menyakitkan.

 

Shahla Meedya, Kathleen Fahy dan AshleyKable, menulis dalam jurnal mereka, “Niat menyusui, efikasi diri dan dukungan telah dilaporkan sebagai faktor penting yang dapat dimodifikasi yang mempengaruhi durasi menyusui.”

 

Mereka juga menambahkan, perempuan memiliki pengalaman menyusui yang positif dan berkepanjangan ketika mereka memiliki keinginan yang kuat, untuk menyusui dalam jangka waktu yang lebih lama. Ketika mereka percaya diri dengan kemampuannya untuk menyusui dan didukung dengan baik oleh keluarga mereka, proses keberhasilan menyusui akan meningkat.

 

Lembaga WIC Breastfeeding, menulis “Menyusui adalah masalah keluarga, dan Dad merupakan bagian tim paling penting di dalamnya”. Saat memutuskan untuk melakukan menyusui, diperlukan pembelajaran, kesabaran dan kerjasama yang baik.

 

Masalah Yang Dihadapi Dad Pada Proses Menyusui 

 

Family Education menjelaskan, banyak Dad khawatir ASI menjauhkan keintiman Dad dengan bayi. Padahal, tidak. Karena bayi tetap membutuhkan dan dekat dengan figur Dad untuk perkembangan milestone yang lebih baik.

 

Para Dad keliru memahami menyusui hanya pada Mom dan bayi saja. Mereka hanya sebagai pendamping yang pasif dan netral. Umumnya merasakan pengaruh dan eksistensi diri terhadap ini kecil, sehingga pada Dad lebih sering terlihat cuek walau sebenarnya ingin terlibat jauh.

 

Keluhan umum dari Dad dari bayi yang disusui adalah mereka cenderung merasa dikucilkan dari keintiman pasangan menyusui. Tetapi Dad sebenarnya memiliki potensi luar biasa untuk memfasilitasi atau melemahkan keberhasilan menyusui. Memahami pentingnya peran mereka adalah langkah pertama dalam membekali Dad untuk membantu pasangan menyusui mereka.

 

Beberapa penelitian menemukan, dukungan Dad telah dibuktikan secara empiris memiliki pengaruh yang kuat pada keputusan Mom untuk memulai dan melanjutkan menyusui.

 

 

Pendampingan Dad, juga membantu meningkatkan suplai ASI, serta membantu Mom ketika melewati masa baby blues atau depresi setelah melahirkan terutama saat menyusui. Memberikan rasa nyaman, dapat mempercepat proses Let Down Reflex saat menyusui.

 

Inklusi Dad dalam program pendidikan menyusui telah terbukti menghasilkan hasil yang beragam dalam kaitannya dengan peningkatan durasi dan tingkat menyusui.  

 

Namun demikian, bukti yang berkembang jelas mengidentifikasi bahwa dukungan Dad memang memainkan peran penting dalam perasaan Mom didukung untuk menyusui

 

Penelitian lain menemukan, banyak Dad baru yang ikut kesulitan ketika mendampingi Mom menyusui. Para Dad merasa kurang informasi dan edukasi, sehingga kebingungan ketika terlibat.

 

Padahal Sherriff dan rekan, 2009, dalam jurnalnya kesigapan dan bantuan Dad sangat krusial. Seperti bergantian merawat saat Mom tidur, membuatkan makanan atau minuman, pujian dan kata-kata sayang, memberikan dampak positif bagi Mom

 

Penelitian menunjukkan bahwa Dad tertarik untuk menyusui dan ingin terlibat dan mendukung Mom.

 

Namun, Dad sering merasa tidak siap menghadapi tantangan yang dapat ditimbulkan oleh menyusui. Penelitian lain juga menjelaskan, mereka tidak yakin bagaimana membantu Mom.

 

Secara keseluruhan, para Dad melaporkan menginginkan lebih banyak informasi, dan dukungan sehingga mereka dapat terlibat secara proaktif dan efektif saat ini.

 

Tips Mendukung Mom Menyusui Yang Dapat Dad Lakukan

 

Dad, dapat melakukan berbagai cara untuk mendukung Mom menyusui. Seperti:

 

1. Ikut mempelajari ASI, misalnya ikut kelas parenting, kelas ASI, mengunjungi konselor laktasi sejak kehamilan terjadi.

2. Mensupport keputusaan Mom menyusui. Dengan memberikan dukungan penuh dan melindungi pilihan Mom.

3. Menemani saat Mommenyusui

4. Menyediakan waktu luang

5. Melindungi proses menyusui Mom dan bayi

6. Memberikan pertolongan saat dibutuhkan, menemani Mom ke konselor ASI

7. Mencurahkan kasih sayang dan memahami kebutuhan emosi Mom

8. Membantu posisi menyusui lebih nyaman, dan lainnya.

 

Tips Agar Lebih Dekat Dengan Bayi

 

Agar lebih dekat dengan bayi, Dads bisa melakukan berbagai aktivitas menyenangkan. Seperti membantu menggendong bayi, skin to skin, membantu merawat bayi, bermain dengan bayi, menggendong bayi saat di luar rumah dan lainnya. Dekat dengan bayi dapat meningkatkan hormon oksitosin. Hormon ini menciptakan rasa cinta, kasih sayang dan ikatan yang kuat.

 

(Nyanya)

Foto : The Indian Express, Istock

 

 

 

HP Lebih Kotor Dari Dudukan Toilet

 

 

Bermain ponsel memang terkadang menyenangkan bukan? Riset terbaru mengemukakan HP lebih kotor dari dudukan toilet. Tidak hanya permukaan HP saja, ternyata casing yang digunakan untuk melindungi HP lebih kotor dari HP sendiri!

 

Situs Daily Mail menulis, sebuah studi menemukan HP dengan casing plastik lebih kotor tujuh kali dibanding dudukan toilet. Selain itu, casing kulit ternyata lebih buruk dengan tujuh belas kali lebih kotor dari dudukan toilet.

 

Pada tahun 2011 para ilmuwan di London School of Hygiene & Tropical Medicine menemukan satu dari enam ponsel terkontaminasi dengan kotoran, termasuk bakteri E. coli yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan penyakit perut.

 

Studi terbaru mengamati 50 ponsel, mencatat pembacaan bakteri tertinggi untuk smartphone dalam kotak kulit, yang juga merupakan dompet, dan menunjukkan hampir 17 kali jumlah bakteri di dudukan toilet.

 

Initial Washroom Hygiene mengambil swab menggunakan perangkat genggam atau HP yang menyoroti mikroba hidup di permukaan.

 

Usapan dari toilet menunjukkan bakteri di sekitar 220 area di sekitar dudukan toilet. Sedangkan rata-rata ponsel menunjukkan 1.479 spot bakteri yang lebih banyak.

 

Situs Time menjelaskan, adanya patogen serius yang berhasil ditemukan. Termasuk Streptococcus, MRSA dan bahkan E. coli. Virus juga dapat menyebar di HP, jika seseorang sakit radang tenggorokan atau influenza dan batuk di dekat Hp, sebelum memberikannya kepada teman.

 

Menurut survey Deloitte, warga Amerika Serikat, memeriksa ponsel mereka 47 kali per hari. Sehingga memberikan banyak peluang bagi mikroorganisme untuk pindah dari jari ke ponsel.

 

Hasil riset terbaru yang dilakukan para ilmuwan di University of Arizona, menemukan HP sepuluh kali lebih kotor dari dudukan toilet. Studi lain juga menemukan bahwa smartphone yang digunakan anak sekolah, dapat memiliki sebanyak 17.000 salinan gen bakteri di dalamnya.

 

Situs Insurance2Go, melakukan riset terhadap penggunaan beberapa merk ponsel ternama. Dan menemukan bahwa dudukan toilet dan gagangnya memiliki bakteri lebih sedikit dari ponsel. Bakteri tertinggi ditemukan pada layar dan keyboard.

 

Selain itu, situs ini juga menemukan bukti bahwa 35% penduduk di Inggris tidak membersihkan ponselnya!

 

Kuman-kuman ini dapat membuat anak sakit dan siapa pun yang bersentuhan dengan orangtua sakit. Faktanya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan 80 persen dari semua infeksi ditularkan melalui tangan. HP menjadi salah satu media yang paling berperan untuk itu.

 

 

Tips Agar Lebih HP Bersih

Agar anak terjaga kebersihan dan terhindar dari resiko penyakit yang disebabkan oleh paparan infeksi kuman berbahaya, Mom dapat lakukan tips berikut yaitu:

 

1. Biasakan mencuci tangan, termasuk saat keluar dari toilet.

2. Jangan lupa membersihkan HP dengan tisu basah antiseptik sesering mungkin.

3. Jangan pernah memberikan bayi dan anak HP sebagai mainan, terutama bayi pada usia oral.

4. Pastikan hidup sehat dengan diet menu gizi seimbang yang adekuat pada usia MPASI agar bayi mendapatkan proteksi daya tahan tubuh dengan baik.

5. Persering menyusui bayi terutama saat bayi sedang sakit. ASI memiliki antibodi, yang tidak hanya dapat melindungi tubuh bayi. Namun, membantu mempercepat proses penyembuhan saat bayi sakit.

6. Berikan proteksi pada bayi berupa imunisasi. Dengan demikian bayi dapat terlindungi lebih baik dan memiliki kekebalan spesifik melawan penyakit.

 

(Nyanya)

Foto ; Baby Center, Istock

 

 

Masalah Kuku Pada Bayi

Kuku bayi dan anak dapat bermasalah apabila perawatan tidak baik sehingga terinfeksi virus dan bakteri.

Tipe dan masalah kuku pada bayi dan anak

1. Beau line, atau garis beau.
Beau line merupakan harus lengkungan yang terlihat pada kuku.

Garis ini umumnya berwarna putih yang melintang di tengah kuku. Pada bayi, biasanya terlihat saat lahir. Pada anak yang lebih besar dapat terlihat setelah demam tinggi. Garis ini merupakan tanda kekurangan seng.

2. Koilonychia (kuku sendok)

Kuku ini memiliki tekstur yang lembut dan tampak terkelupas, karena kuku anak kecil yang tipis dan lembut. Mereka sering terjadi pada ibu jari dan jempol kaki. Jarang, koilonychias telah dikaitkan dengan kekurangan zat besi.

3. Onikolisis

Dalam kondisi ini, kuku menjadi terpisah dari dasar kuku. Pada anak-anak, ini biasanya karena trauma tetapi kadang-kadang dapat dilihat dengan penyakit autoimun juga.

4. Onikoschizia

Ujung kuku menjadi berjumbai dan terbelah dalam kondisi umum ini. Umumnya terlihat pada beberapa tahun pertama kehidupan, onikoschizia biasanya muncul pada ibu jari dan jempol kaki dan diduga disebabkan oleh trauma berulang, mengisap jempol, dan menggigit kuku.

5. Onikomadesis

Biasanya dalam kondisi ini, semua kuku akan terpisah dari dasar kuku di kutikula dan terkelupas sepenuhnya.

Kuku yang rontok ini dapat dikaitkan dengan infeksi virus, terutama penyakit tangan, kaki, mulut, campak, dan penyakit Kawasaki, atau infeksi lain yang menyebabkan demam tinggi.

6. Paronikia

Ini karena infeksi yang terjadi pada atau di dekat tepi kuku. Gejalanya meliputi kemerahan, bengkak, dan area berisi nanah di sudut kuku.

7. Leukonikia

Terlihat sebagai bintik putih pada kuku, area ini diduga disebabkan oleh trauma ringan dan bukan merupakan tanda asupan vitamin atau mineral yang berlebihan seperti yang diyakini secara umum.

8. Onikomikosis

Infeksi jamur yang umum pada orang dewasa, kondisi ini jauh lebih jarang terjadi pada anak-anak dan sangat sulit diobati.

9. Lubang kuku

Lekukan kecil di dasar kuku mungkin merupakan temuan normal pada bayi dan anak kecil.

Well Very Family menjelaskan, akan ada kemungkinan kuku bayi tumbuh ke dalam. Pertumbuhan kuku seperti ini terkadang menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman. Kuku ke dalam juga dapat teriritasi dan infeksi. Segera konsultasikan pada dokter untuk penanganannya.

Cara Merawat Kuku Bayi

Kerena pertumbuhan kuku yang cepat, memotong kuku bayi seminggu dua kali dapat mencegah masalah kuku pada bayi. Seperti tumbuh ke dalam, kuku patah dan lainnya.

Kuku kaki lebih lama tumbuh dibandingkan kuku tangan. Mom dapat memotongnya sekali dalam satu atau dua Minggu.

Tips memotong kuku bayi

 

Agar mudah memotong kuku bayi, Mom dapat lakukan hal ini :

1. Pastikan potong kuku dengan gunting kuku yang bersih
2. Lakukan di tempat yang terang agar dapat melihat dengan jelas
3. Minta tolong pada orang lain apabila bayi terlalu aktif atau sering bergerak
4. Perlahan gunting tidak terlalu dekat dengan kulit bayi agar tidak luka saat dipotong
5. Gunting kuku kaki lurus untuk mencegah kuku tumbuh kedalam
6. Mom dapat bernyanyi atau bermain dengan bayi
7. Gunakan mainan agar bayi lebih tenang
8. Mom dapat memotongnya saat bayi tidur agar menghindari cedera pada jari bayi
9. Puji ketika kuku selesai dipotong

(Nyanya)

Foto : Pinterest, Science Photo Library

Berkenalan Dengan Sensori Integrasi : Pentingnya Indra Tambahan Pada Anak

Seperti yang diketahui, manusia memiliki 5 panca Indra yaitu pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba, penciuman. Kelima Indra tersebut saling terkoneksi satu sama lain dalam beraktivitas. Ternyata, anak memiliki sensori tambahan yang sama pentingnya pada perkembangan dan kemampuannya lho.

Dalam buku The Out of Sync Child,  Carol Stock Kranowitz, MA. dari Bethesd-Maryland, menjelaskan indera dekat kita itu adalah: Indera taktil, Indera vestibular, Indera proprioseptif. Dan ketiga indra tersebut bersifat fundamental atau dasar berkembangnya seorang anak sehat.

Sensori tersebut  secara alamiah terkoneksi pada otak. Dalam prosesnya, informasi yang didapat dari seluruh Indra dikelola kemudian dimaknai oleh anak. Yang nantinya akan disaring, mana yang lebih penting dan mana yang tidak penting atau perlu diabaikan.

Proses ini memungkinkan kita untuk berprilaku sesuai dengan pengalaman dan merupakan dasar bagi kemampuan akademik dan prilaku sosial.

Pemrosesan sensorik atau integrasi merupakan pendaftaran yang efektif (dan interpretasi yang akurat) dari input sensorik di lingkungan (termasuk tubuh seseorang). Ini adalah cara otak menerima, mengatur, dan merespons input sensorik untuk berperilaku secara bermakna & konsisten. Anak-anak yang mengalami kesulitan memproses informasi sensorik, dikenal sebagai Sensory Processing Disorder.

Konsep integrasi sensorik pertama kali dikembangkan dan dijelaskan oleh Dr A Jean Ayres pada 1970-an. Pada tahun 2006, Dr Lucy Miller menerbitkan model “gangguan pemrosesan sensorik” berdasarkan Ayres Sensory Integration.

 

Integrasi sensorik merupakan proses neurobiologis bawaan dan mengacu pada integrasi dan interpretasi stimulasi sensorik dari lingkungan oleh otak. Sehingga peran indra ini sangat penting. Terutama bagi bayi dan anak yang sedang melewati masa pertumbuhan otaknya.

Sebaliknya, disfungsi integratif sensorik merupakan gangguan di mana input sensorik tidak terintegrasi atau terorganisir dengan tepat di otak dan dapat menghasilkan berbagai tingkat masalah dalam perkembangan, pemrosesan informasi, dan perilaku. Gangguan ini dapat terjadi pada anak, terutama anak yang  memiliki gangguan medis atau masalah seperti autisme.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, teori sensori integrasi dan pengobatannya telah dikembangkan oleh Dr A. Jean Ayres pada studinya di ilmu saraf dan yang berkaitan dengan perkembangan fisik dan fungsi neuromuskular. Perawatan berbasis bukti untuk mendukung orang yang mengalami perbedaan sensorik dapat meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup.

Integrasi sensorik berfokus terutama pada tiga indra dasar-taktil, vestibular, dan proprioseptif. Keterkaitan mereka mulai terbentuk sebelum lahir dan terus berkembang saat orang tersebut dewasa dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Ketiga indera tersebut tidak hanya saling berhubungan tetapi juga terhubung dengan sistem lain di otak. Walaupun ketiga sistem sensorik ini kurang akrab dibandingkan dengan penglihatan dan pendengaran, sensori ini sangat penting untuk kelangsungan hidup dasar. Hubungan antar ketiga indera ini kompleks.

Ketiga sensori ini memungkinkan kita untuk mengalami, menafsirkan, dan menanggapi rangsangan yang berbeda di lingkungan sekitar anak. Anak akan terus terstimulasi terhadap apapun disekitarnya. Dan otak akan terus memproses meskipun terhadap paparan atau benda-benda sederhana.

Bayi yang baru lahir dapat melihat, mendengar dan merasakan tubuhnya tetapi tidak dapat mengatur inderanya dengan baik. Newborn tidak dapat menilai jarak atau merasakan bentuk satu objek versus objek lainnya. Bayi secara bertahap belajar mengatur input sensorik di dalam otak. Gerakan berubah dari tersentak-sentak dan canggung, menjadi lebih halus dan mampu mengelola banyak masukan sensorik pada satu waktu.

Bayi mulai bereaksi terhadap rangsangan sensorik sejak lahir. Mereka menoleh ke arah suara, mengikuti objek dengan mata mereka dan menemukan tangan dan kaki mereka dengan menyentuhnya.

Setelah itu bayi mulai mengembangkan koordinasi mata-tangan dan akan menggunakan tangan mereka untuk menyentuh sesuatu yang mereka lihat. Mereka kemudian memulai eksplorasi mata-tangan-mulut dengan memasukkan sesuatu ke dalam mulut mereka, yang merangsang indera perasa. Inilah sebab fase oral sangat penting.

Ketika bayi melalui fase oral, Indra pengecap pada mulutnya lebih sensitif. Sehingga terjadi pemetaan seperti skrining peta pada benda yang masuk dalam mulutnya. Skrining ini penting karena mereka mempelajari segala sesuatu pada mulutnya. Oleh karena itu, bayi terus memasukan benda apapun yang ditemuinya ke dalam mulut dan terlihat menikmati momen tersebut.

Kemudian, visual bayi berkembang lebih jauh. Sehingga bayi dapat bergerak jauh lebih baik. Keamanan bayi saat ini meningkat, sehingga saat bergerak bayi tidak mudah terjatuh atau melalui medan berbahaya seperti tangga.

Perkembangan sensori integrasi bayi secara mandiri terjadi pada akhir tahun pertama bayi. Untuk itu, stimulasi pada 0 sampai 12 bulan pada bayi sangatlah penting. Pada usia 12 bulan, bayi mulai melakukan proses informasi dari berbagai indra bersama. Terutama mengembangkan koordinasi penglihatan dan pendengaran. Dengan sensori pendengaran yang lebih meningkat, bayi akan mudah terstimulasi mempelajari bunyi maupun bicara.

Contoh aktivitas integrasi sensorik adalah:

Ketika makan, yaitu

1. Bayi mencium bau makanan saat mereka membawanya ke mulut mereka
2. Bayi mencicipi makanan
3. Bayi merasakan tekstur makanannya
4. Bayi mempelajari, menganalisa makanan. Dan menentukan apakah menginginkan lebih atau menolaknya.

WebMD menulis, gangguan pemrosesan sensorik adalah suatu kondisi di mana otak mengalami kesulitan menerima dan merespons informasi yang masuk melalui indera.

Sebelumnya disebut sebagai disfungsi integrasi sensorik, saat ini tidak diakui sebagai diagnosis medis yang berbeda.

Beberapa orang dengan gangguan pemrosesan sensorik terlalu sensitif terhadap hal-hal di lingkungan mereka. Suara umum mungkin menyakitkan atau berlebihan. Sentuhan ringan pada kemeja bisa membuat kulit lecet.

Anak yang memiliki masalah sensorik, mungkin akan :

1. Tidak atau sulit terkoordinasi
2. Sering menabrak sesuatu
3. Tidak dapat mengetahui di mana anggota tubuh
4. Kesulitan memulai pembicaraan atau mulai bermain

Masalah sensori ini bisa terjadi pada anak, maupun dewasa. Dan umumnya masalah tersebut terlihat pada ciri perkembangan kondisi tertentu seperti Autisme Spectrum Disorder (ASD).

Gangguan pemrosesan sensorik dapat mempengaruhi satu indera, seperti pendengaran, sentuhan, atau rasa. Atau mungkin mempengaruhi banyak indera. Dan orang-orang dapat menjadi terlalu atau kurang tanggap terhadap hal-hal yang membuat mereka kesulitan.

Terdapat Empat kategori kesulitan integrasi sensorik telah diidentifikasi (Parham dan Mailloux (2015):

1. Masalah modulasi sensorik

Masalah dengan modulasi sensorik terjadi ketika otak kita merespons secara berlebihan, atau kurang merespons informasi sensorik. Misalnya, jika seseorang bereaksi berlebihan terhadap sentuhan, mereka mungkin sangat menyadari label di bagian belakang pakaiannya. Jika seseorang kurang responsif terhadap sentuhan, mereka mungkin tidak menyadari seseorang menepuk pundaknya.

2. Diskriminasi sensorik dan masalah persepsi

Ketika otak mengalami kesulitan dalam memahami informasi sensorik yang diterimanya. Seseorang dengan masalah persepsi visual mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan objek di lingkungan yang berantakan atau menemukan kata di halaman.

3. Masalah fungsional bilateral vestibular

Masalah-masalah ini adalah akibat dari masalah dengan indera vestibular kita dan dapat mengakibatkan keseimbangan yang buruk dan kesulitan dengan koordinasi dua sisi tubuh. Masalah keseimbangan dan koordinasi dapat menjadi akibat dari berbagai masalah yang berbeda.

4. Masalah praksis

Praksis adalah istilah medis untuk bagaimana otak kita merencanakan dan melakukan gerakan yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Misalnya belajar menulis.

Ketika informasi sensorik tidak diproses dengan baik dapat membuat gerakan baru menjadi sangat sulit, karena anak tidak memiliki kemampuan untuk memahami berbagai informasi sensorik yang masuk. Jadi, mereka berjuang untuk mengetahui di mana tubuh mereka berada dan berapa banyak kekuatan, kecepatan, dan arah yang diperlukan untuk melakukan gerakan baru. Hal ini disebut kesulitan dengan praksis dyspraxia atau gangguan koordinasi perkembangan.

Kemudian, situs Pathway menambahkan, ada beberapa tanda masalah sensorik meliputi:

1. Terlalu sensitif atau kurang reaktif terhadap sentuhan, gerakan, pemandangan, atau suara
2. Tingkat aktivitas yang sangat tinggi atau rendah
3. Mudah terganggu; perhatian yang buruk terhadap tugas
4. Keterlambatan dalam berbicara, keterampilan motorik, atau prestasi akademik
masalah koordinasi; tampak kikuk atau canggung
5. Kesadaran tubuh yang buruk
6. Kesulitan mempelajari tugas baru atau mencari tahu cara bermain dengan mainan yang tidak dikenal
7. Kesulitan dengan tugas-tugas yang membutuhkan menggunakan kedua tangan pada saat yang sama
8. Tampaknya sebagian besar waktu tidak teratur
9. Kesulitan dengan transisi antara aktivitas atau lingkungan
10. Keterampilan sosial yang belum matang
Impulsif atau kurangnya pengendalian diri
Kesulitan menenangkan diri setelah “terluka”.

Dikarenakan setiap anak bereaksi terhadap informasi sensorik secara berbeda. Masalah sensorik sangat kompleks karena sistem sensorik anak dapat berupa campuran yang terlalu reaktif, kurang reaktif, atau terlibat secara aktif.

Maka, perlu adanya analisa dari ahli apabila terdapat masalah atau keterlambatan pada anak. Sebaiknya, temui dokter anak tumbuh kembang apabila terjadi masalah perkembangan tersebut.

(Nyanya)

Foto : Pampers, istock

Kebutuhan Kalsium Ibu Menyusui

 

Tidak hanya saat hamil, kalsium sangat diperlukan untuk Mom yang menyusui.

 

Rata-rata Mom kehilangan 3-5% dari massa tulang mereka saat menyusui bayi. Secara alami, kalsium akan terus menjadi salah satu bahan baku yang diproduksi ASI dan menghasilkan susu yang kaya manfaat bagi bayi.

 

Karena kebutuhan bayi akan kalsium yang terus meningkat, menyebabkan sebagian besar kalsium yang dikonsumsi mengalir ke bayi (melalui ASI) daripada ke tulangnya sendiri. Dampaknya membuat Mom lebih lemah.

 

Selama menyusui, estrogen atau hormon yang dibutuhkan untuk perlindungan tulang juga berkurang. Meskipun demikian, National Institutes of Health, menjelaskan akan pulih dengan cepat setelah disapih.

 

Lalu bagaimana dengan Mom yang melakukan tendem nursing atau menyusui selama hamil?

 

Hilary Flower melakukan sebuah penelitian mengenai menyusui selama kehamilan dan setelahnya. Hilary menuangkan isi penelitianya dalam sebuah buku karyanya yang berjudul Adventures in Tandem Nursing: Breastfeeding During Pregnancy and Beyond. Hasil penelitian tersebut, menemukan tiga fakta unik dari refrensi penelitian Dr. Ann Prentice yaitu:

1. Pemulihan kepadatan mineral tulang terjadi sebelum penyapihan.

 

Pemulihan dimulai setelah pola makan bayi mulai dilengkapi dengan makanan atau cairan lain “fase menyusui parsial”. Pada usia 12 bulan Mom menyusui telah pulih sepenuhnya kepadatan mineral tulangnya.

2. Kepadatan mineral tulang meningkat selama kehamilan.

 

3. Mom yang melakukan menyusui tandem memiliki kebutuhan kalsium yang sama dengan Mom menyusui satu bayi.

 

Untuk menyeimbangkan kebutuhan nutrisi dan kalsium saat menyusui, sebaiknya mengkonsumsi 1.000 miligram kalsium setiap hari selama menyusui.

 

Kalsium sangat penting untuk tulang dan gigi. Terdapat 99% dari total kalsium dalam tubuh, ada di tulang dan gigi. Sehingga kekurangan mineral ini dalam tubuh menyebabkan osteoporosis, dan kadar kalsium selama menyusui harus tercukupi dengan baik.

 

Lalu apa dampaknya bagi bayi bila Mom kekurangan kalsium? Menurut blog Kelly Mom, penelitian menunjukkan bahwa bayi yang disusui ASI mendapatkan banyak kalsium, bahkan jika ibu tidak makan produk susu.

 

Vitamin D

 

Tubuh memerlukan asupan Vitamin D sama pentingnya dengan kalsium. Kebutuhan diperlukan, karena vitamin D yang membantu pembentukan tulang dan tubuh untuk menyerap kalsium.

 

Akan tetapi, situs U.S News Health melaporkan, ASI tidak menyediakan cukup vitamin D untuk bayi. Meskipun sinar matahari, aktivator vitamin D di kulit, merupakan cara yang efektif untuk mengakumulasi vitamin D, namun tidak aman untuk bayi. Oleh karena itu, bayi memerlukan suplemen vitamin D tambahan untuk kebutuhan tumbuh kembangnya.

 

Kekurangan vitamin D, dapat meningkatkan resiko rakhitis gizi. Yaitu pelunakan tulang, membuatnya rentan terhadap patah tulang dan kelainan bentuk tukang di kalangan anak-anak. American Academy of Pediatrics atau AAP, merekomendasikan kebutuhan vitamin D pada bayi dengan batas aman yaitu 400 IU per hari. Sedangkan balita di atas 12 bulan sebanyak 600 IU perhari.

 

 

Gejala Kekurangan Kalsium

 

Kekurangan kalsium dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan, khususnya pada Mom yang sedang menyusui. Seperti:

 

1. Masalah otot 

Yang menyebabkan:

1. Nyeri otot, kram, dan kejang

2. Nyeri di paha dan lengan saat berjalan atau bergerak

3. Mati rasa dan kesemutan di tangan, lengan, kaki, dan tungkai, serta di sekitar mulut.

 

Pada kondisi yang ekstrim, dapat menimbulkan aritmia, kejang, bahkan kematian.

2. Kelelahan yang ekstrim 

 

Kekurangan Kalsium dapat menurunkan aktivitas akibat rasa lelah yang ekstrim. Mom yang sedang menyusui membutuhkan tenaga lebih untuk menunjang aktivitasnya menyusui dan merawat anak.

Kelelahan ini dapat membuat keadaan seperti:

1. pusing seperti ingin pingsan

2. Sakit kepala

3. Kabut otak (brain fog), atau kondisi dimana Mom mengalami kurang fokus, sering lupa, dan kebingungan.

 

3. Masalah kuku, rambut dan kulit 

Mungkin Mom tidak menyadari adanya perubahan pada kuku dan kulit, seperti sebelum hamil maupun menyusui.

Tanda masalah pada kuku dan kulit, merupakan salah satu gejala yang paling mudah terlihat ketika seseorang mengalami kekurangan kalsium.

1. Kulit kering

2. Kuku kering, patah, atau rapuh

3. Rambut kasar

4. Alopecia yang menyebabkan rambut rontok

5. Eksim atau peradangan kulit yang bisa menyebabkan gatal atau bercak kering

6. Psoriasis

 

4. Pengeroposan Tulang

Pengeroposan tulang dapat terjadi ketika Mom yang sedang menyusui jarang mengkonsumsi baik kalsium maupun vitamin D.

Kadar kalsium yang rendah dapat membuat tukang rapuh dan mudah cedera. Kekurangan Kalsium juga dapat membuat kepadatan tulang berkurang. Sehingga umum sekali meningkatkan resiko Osteoporosis dan Osteopenia.

 

5. Memperburuk PMS 

Tidak hanya itu, kekurangan kalsium ternyata dapat mempengaruhi gejala PMS yang dialami perempuan. Studi yang berbeda menunjukkan bahwa kekurangan kalsium selama fase luteal dari siklus menstruasi dapat memperburuk gejala PMS dengan menyebabkan depresi, halusinasi, dan kegelisahan.

 

Selain itu, perempuan yang memiliki pola makan kaya vitamin D dan kalsium memiliki risiko lebih rendah terkena PMS dibandingkan wanita lainnya.

 

6. Kerusakan Gigi

Kekurangan Kalsium dapat menyebabkan kerusakan Gigi. Gigi akan menjadi rapuh, dengan akar yang tidak kuat, dan gusi mudah teriritasi.

 

Keadaan ini tentunya menyebabkan gigi mudah patah, sakit gigi, maupun tercabut ketika kebutuhan kalsium tidak tercukupi.

 

Masalah gigi dapat menyebabkan masuknya bakteri dalam mulut kedalam aliran darah. Yang sangat membahayakan bagi Mom dan bayi terutama ketika Mom sedang hamil.

 

7. Masalah mental

 

Medical News Today, kekurangan kalsium dapat mempengaruhi masalah mental seseorang seperti depresi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kekurangan kalsium dapat dikaitkan dengan gangguan mood, termasuk depresi, meskipun untuk mengonfirmasi hal ini diperlukan penelitian lebih lanjut.

 

Sumber Kalsium

 

Sebelum mengonsumsi suplemen kalsium, bicarakan dengan dokter. Mengonsumsi terlalu banyak kalsium, suatu masalah yang disebut hiperkalsemia, dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, batu ginjal, dan masalah kesehatan serius lainnya.

 

Kalsium dapat ditemukan pada makanan sehat, mudah dan tidak mahal. Mom dapat mencoba pilihan makanan seperti:

 

1. Sayuran hijau tua

Brokoli, bayam, sawi, kangkung, lobak, bok choy, peterseli, mustard, dan lainnya

2. Produk kedelai seperti tahu, tempe, susu kedelai

3. kacang-kacangan

Buncis, edamame, dan lain-lain

4. kacang-kacangan dan biji-bijian

Biji wijen, biji bunga matahari, almond, hazelnut, kacang mete, selai kacang, tahini, kenari dan lainnya

5. Sayuran laut

Nori, kombu, wakame, agar-agar dan lain-lain

6. Seafood atau ikan laut

Udang, salmon dengan tulang, mackerel dengan tulang, sarden dengan tulang dan lainnya

7. Sereal kemasan

8. Produk diary

Perlu diingat bahwa banyak bayi yang sensitif terhadap protein susu sapi juga sensitif terhadap kedelai.

 

 

(Nyanya)

Foto : NHS