Batuk Kering Pada Bayi: Penyebab dan Penanganan Di Rumah

 

Batuk pada bayi bisa berarti banyak hal yang sulit kota ketahui jenis dan bagaimana penanganannya. Kebanyakan orangtua merasa khawatir saat bayi dan anak batuk, terutama bila terjadi gejala penyerta lain seperti demam.

Kapan kita harus khawatir? Kapan sebaiknya perlu dibawa ke Rumah Sakit bahkan Unit Gawat Darurat pada tingkat tertentu? Agar tidak salah membaca jenis dan melakukan penanganannya di rumah. Cek ulasan berikut yuk!

 

Batuk Pada Bayi

Batuk adalah cara tubuh melindungi dirinya sendiri, jelas Howard Balbi, M.D., direktur penyakit menular pediatrik di Nassau County Medical Center di East Meadow, New York, pada Parents.

Batuk berfungsi sebagai metode yang digunakan tubuh untuk menjaga saluran udara tetap bersih, membersihkan tenggorokan dari dahak, postnasal drip (lendir hidung yang menetes ke bagian belakang tenggorokan), atau potongan makanan yang tersangkut.

Ada dua tipe batuk yang dapat dikategorikan dengan mudah yang umum terjadi pada bayi. Yaitu batuk kering dan batuk berdahak atau batuk basah. Agar lebih memahami, mari kita dalami batuk kering.

Batuk Kering

Terjadi ketika bayi pilek atau alergi. Batuk kering membantu membersihkan postnasal drip atau iritasi dari sakit tenggorokan.

Situs Medical News Today menyebutkan bahwa, ada beberapa potensi penyebab batuk kering. Termasuk infeksi, alergen, polutan, dan asma.

Batuk adalah mekanisme pertahanan alami yang digunakan tubuh untuk membersihkan jalan napas dan menghilangkan mikroba dan benda asing. Sehingga pada batuk jenis ini, umum terjadi dikarenakan paparan tertentu. Contoh debu.

Batuk ini biasanya merupakan gejala dari kondisi yang mendasari pada saluran pernapasan bagian atas. Orangtua sebaiknya mencari tahu akar penyebab batuk tersebut. Sehingga dapat menghindari penyebab iritasi maupun alergi yang dapat memperlama penyembuhan maupun memperburuk keadaan.

Jenis-Jenis Infeksi pada Batuk Kering

1. Pilek atau Common Cold

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pilek pada anak menjadi salah satu alasan terbesar anak tidak masuk sekolah.

Flu ini disebabkan oleh berbagai virus, namun yang paling umum adalah rhinovirus.

2. Influenza
Flu adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang lebih berbahaya daripada flu biasa bagi anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun.

Virus influenza penyebab penyakit ini terjadi. Namun, penyakit ini tidak boleh disepelekan karena Flu dapat menyebabkan komplikasi.  Seperti pneumonia, dehidrasi, disfungsi otak, dan bahkan kematian.

Gejalanya meliputi demam, menggigil, nyeri tubuh, pilek atau hidung tersumbat, dan kelelahan.

3. Pneumonia
Seorang anak dapat mengembangkan pneumonia dari virus, bakteri, atau jamur. Secara global, pneumonia adalah penyebab utama kematian di antara anak-anak yang melewati fase baru lahir di bawah 5 tahun.

Virus ini juga merupakan virus paling umum membuat anak di rawat di rumah sakit. Gejalanya seperti pernapasan cepat, suara bayi mendengus atau mengi, batuk terus menerus, demam, nyeri dada, atau nyeri saat batuk.

4. Virus Covid19
COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, sejenis virus corona.

Gejala COVID-19 bisa jadi tidak berat pada bayi atau anak. Namun bisa berat pada bayi atau anak dengan penyakit lain.

Ketika terinfeksi, bayi mungkin atau mungkin tidak menunjukkan gejala yang mirip dengan pilek dan flu biasa.

Mereka mungkin menderita pneumonia, dengan atau tanpa menunjukkan gejala apa pun.

Batuk yang menyertai COVID-19 seringkali terus menerus. Seorang anak mungkin sering batuk selama lebih dari satu jam atau mengalami tiga kali atau lebih episode batuk dalam 24 jam.

5. Bronkhitis

Merupakan infeksi virus yang umum pada bayi dan anak-anak di bawah 2 tahun. Pembengkakan saluran udara kecil (bronkiolus) membuat sulit bernapas, menyebabkan mengi dan batuk.

Menurut American Academy of Allergy, Asma, dan Imunologi, seperti yang dikutip oleh News Medical Centre, anak-anak prasekolah yang pergi ke tempat penitipan anak atau daycare dapat mengembangkan sekitar delapan infeksi virus pernapasan dalam setahun. Biasanya, setiap infeksi akan berlangsung selama 10 hari.

6. Pertusis
Pertusis, atau batuk rejan, adalah infeksi bakteri yang dapat mematikan pada anak di bawah 12 bulan yang tidak divaksinasi atau tidak divaksinasi tidak lengkap.

Menurut CDC, seorang dokter dapat mengobati pertusis dengan antibiotik dan terapi suportif pada bayi. Namun, risiko penyakit serius dan berpotensi kematian lebih tinggi pada bayi di bawah 12 bulan.

7.Asma

Asma merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika saluran udara paru-paru menjadi meradang. Asma bisa mengancam nyawa. Orang tua atau pengasuh harus mencari perhatian medis segera jika gejala anak tampak memburuk.

Orangtua wajib waspada bila terjadi :

1. Retraksi, atau pernapasan cepat di mana kulit mengisap di sekitar lempeng dada atau tulang rusuk saat anak menarik napas
2. Warna biru pada wajah, kuku, atau bibir
3. Flaring, yaitu saat lubang hidung bergerak dengan cepat
dada yang mengembang tidak mengempis saat anak menghembuskan napas
4. Bayi tidak mengenali atau menanggapi orangtuanya saat dipanggil (hilang kesadaran)
5. Tulang rusuk atau perut bergerak masuk dan keluar dengan cepat
6. Anak-anak di atas usia 6 bulan, termasuk mereka yang menderita asma, harus mendapatkan suntikan flu tahunan terutama pada musim dengan udara suhu yang lebih dingin.

8. Iritasi

Berbeda dengan alergi, iritasi tidak selalu terjadi terlebih saat imunitas dan metabolisme sedang baik dan sehat.

Anak-anak terutama bayi dapat menghirup iritasi di lingkungan yang mengiritasi saluran napas dan menyebabkan peradangan, yang menyebabkan batuk kering. Seperti:

1. Polusi udara
2. Asap rokok
3. Asap dan uap
4. Debu
5. Jamur
6. Udara kering dan lainnya

Meski berbeda dengan alergi, menghindar atau menjaga lingkungan dari pemicu iritasi dapat mempercepat penyembuhan. Apabila seorang anak berulang kali terkena iritasi dapat mengembangkan batuk kronis.

9. Alergi

Kontak alergi pada anak berhubungan erat dengan iritasi, asma, serta kondisi batuk lainnya. Alergi biasanya memicu batuk kering tanpa demam. Namun dalam keadaan tertentu dapat membahayakan anak khususnya bayi.

Sebaiknya larikan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila terdapat gejala alergi darurat seperti:

1. Gatal-gatal parah
2. Mual
3. Muntah
4. Sakit perut
5. Diare
6. Sulit bernafas
7. Sesak di tenggorokan
8. Pingsan
9. Detak jantung cepat

10. GERD atau Asam Lambung

Gastroesophageal reflux (GERD) terjadi ketika isi lambung kembali ke kerongkongan. Medline Plus menulis, bayi dan anak-anak dapat mengalami refluks sesekali, tetapi hanya 1 dari 4 anak yang memiliki gejala GERD.

GERD pada anak-anak dapat menyebabkan batuk kering, masalah menelan, dan gejala asma. Perawatan tergantung pada tingkat keparahan kondisinya.

11. Batuk Somatik

Batuk somatik merupakan batuk yang tidak terdeteksi oleh medis atau tidak mendapatkan penanganan tepat pada waktu yang lama.

Kondisi langka ini sering terlambat didiagnosis, setelah upaya berkepanjangan untuk mendiagnosis dan mengobati batuk kronis anak. Kebanyakan terjadi pada anak-anak yang lebih besar berusia 8-14 tahun, namun bisa terjadi pada bayi walau jarang terjadi.

Batuk kebiasaan mungkin berhubungan dengan kecemasan dan stres. Orang tua dapat membantu mengidentifikasi pemicu untuk mengurangi batuk.

12. Benda Asing

Sangat umum bayi memasukan apapun kedalam mulutnya termasuk benda-benda disekitarnya. Benda asing tersebut yang masuk kedalam mulut dapat menyebabkan reaksi pada bayi.

Apabila tersangkut di jalan napas anak, dan batuk mungkin merupakan upaya tubuh mereka untuk mengeluarkan benda tersebut.

Orangtua sebaiknya menguasai pertolongan dasar untuk kasus tersedak pada bayi dan anak seperti manuver Heimlich.

Ciri atau tanda bayi tersedak adalah

1. Tidak mampu mengeluarkan suara atau bunyi bahkan tangisan sekalipun
2. Bayi kesulitan bahkan berupaya bernafas
3. Rongga dada dan perut terlihat cekung kedalam
4. Wajah bayi terlihat merah, ungu atau kebiruan karena kekurangan oksigen
5. Bayi terlihat pucat
6. Bayi tidak bergerak, terdiam atau sebaliknya terlihat meronta kesakitan

Lakukan manuver heimlich atau cari pertolongan segera.

Tips mengurangi batuk kering ringan di rumah

Untuk batuk ringan seperti gejala flu ringan, pilek alergi atau lainnya yang tidak termasuk infeksi berbahaya, orangtua bisa melakukan beberapa hal untuk meringankan gejalanya. Yaitu:

1. Menggunakan pelembab udara di kamar anak atau menaruh air panas di pojok kamar
2. Taruh anak di pancuran air panas dengan pintu dan jendela atau ventilasi tertutup dan membiarkan anak duduk di dalam kamar mandi
3. Membuka jendela untuk memberi cmkan udara segar untuk bernapas jika batuk kering terasa gatal mengganggu
4. Pengasuh juga dapat mencoba memberikan madu kepada anak, tetapi hanya jika anak berusia 12 bulan atau lebih. Bayi di bawah usia ini tidak memiliki kekebalan terhadap bakteri tertentu yang mungkin ada dalam madu.

Sebuah riset pada tahun 2021 menemukan bahwa madu lebih baik daripada pengobatan standar untuk batuk dalam mengurangi gejala, keparahan, dan frekuensi infeksi saluran pernapasan atas yang dapat digunakan hanya untuk anak berusia 1 tahun keatas.

Semoga membantu Moms!

(Nyanya)

Sumber : berbagai sumber

Foto : Texas Children Hospital, parenting firstcry, BBC, good to know

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *