Mengapa tiroid merupakan salah satu yang perlu diwaspadai oleh busui?
Fungsi utama kelenjar tiroid adalah membuat hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Hormon-hormon ini penting untuk pertumbuhan dan fungsi normal tubuh, serta untuk menyusui.
Situs Chop Edu menuturkan, selama beberapa bulan pertama kehamilan, janin bergantung pada ibu untuk hormon tiroid.
Hormon tiroid ini memainkan peran penting dalam perkembangan otak normal. Kekurangan hormon tiroid ibu karena hipotiroidisme dapat memiliki efek ireversibel pada janin.
Studi awal menemukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan hipotiroidisme selama kehamilan memiliki IQ yang lebih rendah dan gangguan perkembangan psikomotor (mental dan motorik).
Namun ibu dengan perawatan medis dan mampu mengontrol tiroid bisa melahirkan bayi sehat.
Ketika tiroid tidak berfungsi dengan baik, produksi ASI bisa berpengaruh. Situs Lily, menjelaskan terdapat hubungan tiroid pada produksi ASI. Lily juga menambahkan hubungan antara gangguan tiroid dan masalah autoimun.
Sistem kekebalan ditekan selama kehamilan untuk melindungi bayi. Namun cara ini merupakan perlindungan terbaik. Dengan menurunkan kekebalan bumil, tubuh tidak akan membaca atau bereaksi janin bayi sebagai benda asing yang patut diserbu atau dilawan oleh kekebalan tubuh.
Masalah dengan tiroid dapat dimulai sebelum atau selama kehamilan, pada periode postpartum, atau di kemudian hari. Mereka juga dapat terjadi bersama dengan kondisi medis lainnya, yang dapat membuat diagnosis dan perawatan menjadi lebih menantang.
Ciri dan jenis tiroid pada perempuan
Penyakit tiroid didiagnosis melalui tes darah yang mengukur kadar hormon perangsang tiroid (TCH) triisdothyrine (T3)/tetra-iodothyronine (tiroksin atau T4).
Medis biasanya akan merekomendasikan kadar yodium dipantau dan diobati, jika tidak pada tingkat yang sesuai. Karna sifatnya genetik dan diwariskan, sebaiknya lakukan konsultasi bila ada anggota keluarga yang memiliki masalah tersebut kepada dokter sejak masa kehamilan.
Bentuk tiroidisme yang paling umum adalah hipertiroidisme, hipotiroidisme, dan disfungsi tiroid pascapersalinan.
1. Hipotiroidisme atau hipotiroid (tiroid tidak aktif)
Diindikasikan ketika kadar TSH tinggi dan kadar T3/T4 rendah.
Gejalanya:
A. kulit kering
B. kepekaan terhadap dingin
C. “baby blues” dan/atau depresi D. kelelahan
E. rambut rontok
F. kekurangan energi
G. pelupa
H. sembelit
I. peningkatan frekuensi dan aliran menstruasi
J. pembesaran ringan tiroid
Bentuk yang paling umum pada kasus ini adalah penyakit Hashimoto.
Penggantian hormon tiroid adalah bentuk pengobatan yang umum, terutama selama kehamilan dan menyusui.
Pada kehamilan, ini dapat menyebabkan hipertensi atau pre-eklampsia yang berpengaruh pada bayi dan berat badan bayi lahir rendah.
Ibu dengan hipotiroidisme berisiko mengalami keterlambatan atau produksi ASI yang tidak mencukupi.
Studi juga menunjukkan mungkin ada efek negatif pada oksitosin.
2. Hipertiroidisme (Tiroid Overaktif)
Diindikasikan ketika kadar TSH rendah dan kadar T3/T4 tinggi.
Gejalanya:
A. jantung berdebar-debar
B. merasa gugup/cemas
C. berkeringat
D. gemetar
E. kram otot
F. lelah dan lemas
G. penurunan berat badan
H. sensitif terhadap panas
I. diare
J. penurunan frekuensi dan aliran menstruasi
K. pembesaran ringan tiroid.
Bentuk yang paling umum adalah penyakit Grave.
Kehamilan dapat menginduksi bentuk ringan karena peningkatan tingkat pembersihan kadar T3/T4 dalam plasma darah. Beberapa ibu dengan hipertiroidisme mungkin merasakan gejala yang berkurang pada trimester kedua dan ketiga, tetapi gejalanya dapat pulih kembali setelah melahirkan.
Ibu dengan hipertiroid berisiko mengalami persalinan prematur, preeklamsia, hambatan pertumbuhan janin, dan peningkatan mortalitas ibu dan bayi.
Studi juga menunjukkan mungkin ada dampak negatif pada konsentrasi prolaktin dan oksitosin.
Penanganan kasus hipertiroidisme:
A. Penelitian telah menunjukkan bahwa propiltiourasil (PTU) adalah obat pilihan untuk ibu menyusui dalam hal ini. Ini diekskresikan dalam jumlah kecil ke dalam ASI dan tidak mempengaruhi fungsi tiroid bayi.
B. Methimazole adalah pilihan yang dapat diterima, bayi harus sering dipantau.
Situs Australia Breastfeeding Asociation, menjelaskan dalam 12 bulan setelah seorang wanita melahirkan merupakan momen penting untuk dibawah pengawasan medis.
Hal ini menjadi penting agar hipertiroidisme akibat penyakit Graves tidak disamakan dengan fase hipertiroid tiroiditis pascamelahirkan. Kedua kondisi ini memiliki penyebab dan pengobatan yang berbeda.
Beberapa wanita dengan hipertiroidisme melaporkan suplai ASI yang banyak, tetapi yang lain tampaknya mengalami kesulitan dengan refleks let down mereka.
3. Disfungsi Tiroid Postpartum:
A. Disfungsi ini terbagi dalam 4 jenis yaitu:
a. Disfungsi tiroid pascamelahirkan (PPT)
b. Penyakit Graves paskapersalinan
c. Infark hipofisis pascapersalinan (sindrom Sheehan) – sering dikaitkan dengan kehilangan darah yang berlebihan selama/setelah melahirkan
d. Hipofisitis limfositik
B. Terjadi pada sekitar 5-7% dari semua kehamilan.
C. Perempuan dengan diabetes mellitus tipe 1 berisiko tiga kali lipat.
D. Wanita yang merokok berisiko tiga kali lipat.
E. Gejala – intoleransi terhadap dingin, kulit kering, kekurangan energi, gangguan konsentrasi, sakit dan nyeri.
F. Biasanya dimulai dengan aspek hipertiroidisme yang dapat berlangsung hingga beberapa minggu dan transisi ke hipotiroidisme, yang dapat berlangsung selama beberapa bulan. Keadaan ini lebih jelas secara klinis, mengarah pada pengobatan.
Masalah ini bisa muncul hipotiroidisme saja, hipertiroidisme saja, atau hipertiroidisme yang diikuti oleh hipotiroidisme.
Banyak gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme yang umum terjadi pada periode pascamelahirkan bisa terlihat ‘normal’ sehingga diagnosis terlewatkan oleh pantauan medis.
Masalah tiroid mungkin disalahartikan sebagai depresi pascakelahiran atau sindrom baby blues dan lainnya.
Busui dengan tiroiditis pascamelahirkan melaporkan masalah suplai ASI, yang lain menyusui tanpa kesulitan.
(Nyanya)
Sumber : berbagai sumber
Foto : Very Well Health