Kenapa Perempuan Bisa Tidak Produksi ASI
Kegagalan laktasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori: preglandular, glandular, dan postglandular (Morton, 1994).
Penyebab preglandular untuk produksi susu yang rendah atau tidak sama sekali secara langsung berkaitan dengan masalah hormonal seperti retensio plasenta atau tiroiditis pascapersalinan.
Penyebab postglandular dari produksi ASI yang tidak mencukupi adalah hal-hal yang terjadi setelah bayi lahir yang memulai menyusui dengan “awal yang buruk”, seperti bayi yang tidak dapat mentransfer ASI dengan benar ke payudara (karena alasan apa pun), atau manajemen menyusui yang buruk, seperti seperti jadwal makan, pemisahan ibu dan bayi yang diperpanjang.
Penyebab kelenjar untuk produksi ASI rendah atau tidak ada sama sekali dapat mencakup operasi payudara sebelumnya, atau hipoplasia/IGT.
Seringkali, kegagalan laktasi kelenjar disertai oleh satu atau lebih faktor preglandular dan postglandular. Itulah sebab peranan edukasi dan pendampingan selama masa perawatan paska persalinan sangat penting bagi ibu untuk mendapatkan akses laktasi yang baik.
Hypoplasia
Situs Medela menyebutkan, Hipoplasia mammae, juga dikenal sebagai jaringan kelenjar yang tidak mencukupi atau insufficient glandular tissue atau IGT, adalah kondisi yang sangat jarang.
Kondisi ini dapat menyebabkan produksi ASI rendah atau tidak ada sama sekali.
Dalam jurnalnya, Megan W – Midwifery Womens Health 2013, menjelaskan tidak semua perempuan bisa menyusui.
Megan menulis, Hipoplasia mammae merupakan penyebab utama kegagalan laktogenesis II, dimana ibu tidak mampu menghasilkan volume ASI yang cukup. Perempuan dengan hipoplasia mammae sering memiliki kadar hormon dan persarafan normal tetapi kekurangan jaringan kelenjar yang cukup untuk menghasilkan suplai ASI yang cukup untuk menopang bayi mereka.
Etiologi kondisi langka ini tidak jelas, meskipun ada teori yang mengacu pada kecenderungan genetik dan paparan lingkungan estrogenik di lingkungan pertanian tertentu.
Rudel, Fenton, Ackerman, Euling & Makris, 2011, menemukan bukti yang mendukung teori bahwa paparan kontaminasi pada lingkungan tertentu yang tinggi seperti dioksin dan partikel lain pengganggu endokrin bisa mempengaruhi.
Orangtua ibu yang menderita hypoplasia saat hamil yang menurunkan ke dalam rahim. Ketika mama lahir, kontaminasi tersebut mempengaruhi pertumbuhan payudara yang tidak mencukupi.
Artinya tidak terjadi proses laktogenesis atau pertumbuhan payudara yang seharusnya pada masa remaja maupun saat hamil. Hipoplasia dengan ukuran payudara besar, biasanya berisi lemak bukan jaringan kelenjar penghasil ASI.
Wanita dengan hipoplasia mammae mungkin tidak menunjukkan perubahan payudara yang khas terkait dengan kehamilan dan mungkin gagal menyusui pascapersalinan.
Ciri khususnya:
1. Payudara wanita dengan hipoplasia mammae mungkin memiliki jarak yang luas (1,5 inci atau lebih), asimetris, atau berbentuk tuberous.
2. payudara tidak mengembangkan jaringan payudara yang tepat selama masa remaja, tetapi payudara mereka mungkin kecil atau besar.
3. Payudara sempit dengan jarak yang lebar
4. Areola tampak bengkak atau bengkak
5. Payudara asimetris, di mana yang satu jauh lebih besar dari yang lain
6. Payudara tidak tumbuh atau berubah selama kehamilan, dan ASI tidak pernah “masuk” sekitar 3 hari setelah melahirkan
Untuk memastikan apakah payudara mama merupakan kategori ini butuh skrining khusus dari dokter.
Huggins, Petok, & Mireles (2000), dalam penelitiannya 34 busui, ditemukan korelasi antara karakteristik fisik berikut dan produksi susu yang lebih rendah:
1. payudara dengan jarak yang lebar (payudara lebih dari 1,5 inci terpisah)
2. asimetri payudara (satu payudara secara signifikan lebih besar dari yang lain)
3. adanya stretch mark pada payudara, tanpa adanya pertumbuhan payudara, baik selama masa pubertas atau dalam kehamilan
4. bentuk payudara tubular (penampilan “kantung kosong”)
Karakteristik tambahan yang dapat mengindikasikan hipoplasia adalah:
1. areola yang besar atau bulat secara tidak proporsional
2. tidak adanya perubahan payudara pada kehamilan, postpartum, atau keduanya
Para ahli juga menemukan adanya korelasi antara operasi pembesaran payudara dengan hipoplasia.
Namun apakah masih terjadi kemungkinannya untuk berhasil menyusui?
Kondisi ini masih memiliki peluang menyusui sama seperti perempuan lainnya, namun sebaiknya dengan pendampingan konselor laktasi. Mereka dapat membantu mengesampingkan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan pasokan rendah dan menyarankan pilihan seperti memberi makan tambahan di payudara dengan Sistem Perawatan Tambahan (SNS), menemukan pusat donasi ASI, atau memompa dan memberi ASI dengan tambahan media sebanyak mungkin.
Verywellfamilly menyebutkan walau angka kegagalan menyusui tinggi, namun banyak ditemukan busui tidak selalu memiliki masalah IGT pada kedua payudaranya. Ada kemungkinan hypoplasia tersebut hanya pada salah satu payudara saja ataupun di keduanya namun masih memiliki kelenjar tisu susu walau sedikit.
Dengan adanya kondisi ini menyusui masih memungkinkan terjadi. Hanya saja, pada awalnya mungkin membutuhkan suplemen tambahan atau PASI (pendamping ASI) yang direkomendasikan oleh dokter.
Berapa pun jumlah ASI yang mama berikan kepada bayi akan tetap bermanfaat. Menyusui juga memberi bayi kenyamanan, keamanan, dan ikatan khusus yang diciptakan melalui menyusui.
Selain itu, operasi perbaikan kelenjar payudara juga bisa dilakukan sebagai alternatif untuk memperbaiki kondisi hipoplasia agar dapat mensukseskan ASI.
Terkadang, keinginan belum tentu berjalan sesuai dengan realita. Walau bukan artinya mama harus menyerah, namun bila tanda tidak cukup ASI terlihat dan membahayakan bayi sebaiknya konsultasikan segera untuk mendapat tindakan terbaik dengan ASI donor maupun tambahan pendamping ASI lain seperti susu formula.
(nyanya)
Sumber : berbagai sumber
foto : berbagai sumber (google)