Tips Menggunakan Pompa ASI Bekas Pakai Anak Pertama

Ketika memasuki proses menyapih atau sedang mengandung anak kedua, pasti pernah ada pemikiran apakah mungkin kita dapat menggunakan pompa ASI bekas pakai yang pernah digunakan oleh anak pertama kita bukan?

Tentu bisa. Pompa ASI bekas pakai yang digunakan anak pertama dapat mom gunakan kembali.

Situs Mutsy menulis, pompa ASI dapat berfungsi baik, terutama jika komponennya dibersihkan, disanitasi, disimpan, dan diganti dengan sparepart pompa ASI yang baru.

Namun sebelum menggunakannya, pastikan mom mengetahui tata caranya berikut ini.

 

Tata Cara Menggunakan Pompa ASI pada Anak Kedua

1. Cek kondisi Pompa ASI

Sebelum menggunakannya mom perlu mengecek pompa ASI yang telah mom simpan. Pastikan pompa tersebut tersimpan baik dan tidak ada bagian yang bermasalah.

Dengan mengecek dan memastikan bentuk dan tidak ada bagian yang hilang, mom tidak perlu khawatir untuk menggunakannya lagi.

2. Cek kondisi mesin Pompa ASI

Lakukan trial and eror mesin pompa ASI yang ingin mom gunakan. Apakah mesin tersebut berjalan baik. Perhatikan tombol, kenop, LED tulisan, bagian colokan dapat digunakan dengan baik.

Jangan ragu untuk melakukan servis mesin pada servis resmi sesuai merk yang mom gunakan. Bila perlu, cek kembali apakah kartu garansi bisa mom gunakan kembali.

 

3. Cek hisapan pompa dengan gauge

Menggunakan gauge untuk cek hisapan pompa, dapat membantu mom memastikan kinerja pompa ASI.

Pastikan saat mengecek hisapan, pompa dalam keadaan bersih dan baik agar dapat mom lakukan pengecekan kembali pada payudara mom setelahnya.

Cek tabel hisapan yang mom dapat temukan pada situs pencarian Google, dan bandingkan kekuatan yang mom lihat hasilnya pada gauge.

Jika mom membeli pompa asi, carilah tingkat hisap pompa asi maksimal 250 – 300 mmHg. Mayoritas pompa ASI elektrik kelas pribadi di pasaran termasuk dalam kisaran ini. Jika kekuatan vakum mencapai di bawah 250 mmHg, itu bisa berarti motor lebih lemah.

Apabila berkurang pada hasil gauge dan payudara, pertimbangkan untuk melakukan servis mesin pada servis resmi pompa ASI sesuai dengan merk nya.

Jangan ragu pertimbangkan membeli pompa ASI baru bila hasilnya tidak maksimal seperti sebelumnya.

4. Ganti sparepart pompa ASI

Walau terlihat layak pakai, sebaiknya mom mengganti beberapa spare part pompa ASI agar tidak menggangu kesehatan bayi ketika menggunakannya.

Mengganti spare part agar higienis dan terhindar dari resiko berbahaya seperti jamur, bakteri dan kadaluarsa masa pakai.

Spare part yang mom perlu ganti meliputi :

1. Silikon corong atau corong atau breast Shield
2. Valve
3. proteksi backflow
4. botol pompa
5. aksesoris pada botol
6. Pipa
7. Bagian yang terbuat dari silikon

Bagian ini perlu diganti karena adanya masa kadaluarsa penggunaan bagi bahan free BPA setiap 3 bulan maksimal 6 bulan sekali untuk menghindari bahaya pertumbuhan bakteri, jamur dan lainnya.

Situs The Health, merekomendasikan mengganti penggunaan botol bayi BPA free maksimal 6 bulan sekali. Sedangkan untuk botol tidak BPA free setiap 3 bulan sekali.

NIH mengatakan orang tua dapat dengan aman menggunakan botol bayi yang diidentifikasi sebagai “bebas BPA.” Namun, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar orang tua menggunakan alternatif selain plastik, jika memungkinkan, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahan kimia berbahaya terlepas dari semua jenis plastik, bahkan yang tidak mengandung BPA.

Sistem endokrin tubuh terdiri dari kelenjar yang melepaskan hormon untuk mengatur pertumbuhan, metabolisme, dan perkembangan serta fungsi seksual. Saat dikonsumsi, BPA meniru hormon estrogen (menjadi “estrogenik”) dan mengganggu keseimbangan alami sistem endokrin. Perlu mempertimbangkan produk bebas BPA saat menggunakannya.

Namun penggunaan jangka pajang dapat meningkatkan resiko partikel plastik terbawa masuk dalam tubuh bayi saat menggunakannya.

5. Bersihkan pompa ASI agar layak pakai

Lalu perlukah bagian lain dibersihkan dengan sterilisasi? Bagian lain yang tertinggal seperti bagian mesin, dapat mom bersihkan dengan cara lap tisu basah antiseptik atau sinar UV dan dikeringkan dengan baik.

Membersihkan setiap komponen sangat penting untuk menghindari resiko berkembangnya bakteri maupun jamur yang tumbuh selama penyimpanan berlangsung.

Semakin lama penyimpanan, sekali besar kemungkinan adanya perkembangan tersebut.

 

6. Bagaimana cara menyimpan yang benar bila sudah tidak digunakan lagi?

Tentu ada tata cara menyimpan pompa lama agar kualitasnya tidak berkurang. Dapat mom simpan dengan baik dalam plastik klep dan simpan ditempat yang tertutup untuk menghindari kerusakan akibat masuknya serangga, panas yang dapat merusak sirkuit elektronik dan lainnya.

Pastikan sebelum melakukan penyimpanan yang lama setiap spare part dilepas satu persatu. Dan disimpan dalam plastik klep perunit bagian.

7. Pompa ASI manual tidak direkomendasikan digunakan ulang

Jenis pompa ASI manual tidak direkomendasikan penggunaan ulang atas dasar keamanannya. Pompa ASI manual umumnya terbuat dari bahan plastik yang sebaiknya digunakan maksimal 6 bulan sesuai dengan prosedur penggunaan BPA free yang dianjurkan.

Selamat mencoba!

 

(Nyanya)

Sumber: Berbagai sumber
Foto: Nourishwell, Medela, Spectra

Ternyata Bayi Dapat Menderita Depresi

Saat dilahirkan, fokus awareness mental illness lebih banyak pada orangtuanya. Semua fokus pada kesehatan ibu dan ayah seperti baby blues ataupun depresi paska persalinan. Namun, pernahkah berfikir bahwa masalah mental pada bayi dapat terganggu walau usianya baru lahir? Tentu bisa.

Agar dapat memahami masalah kesehatan bayi sama penting seperti ibu dan ayahnya, kita pelajari bersama yuk!

 

Mengenal Depresi Pada Bayi Lebih Dekat

Kesehatan mental bayi mengacu pada kesejahteraan bayi dan anak-anak hingga usia 3 tahun, dan ini mencakup pertumbuhan dan perkembangan emosional dan sosial anak.

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Psychological Association, bayi dan balita dapat menderita gangguan kesehatan mental yang serius. Namun mereka tidak mungkin menerima perawatan yang dapat mencegah masalah perkembangan yang bertahan lama.

Joy D. Osofsky, PhD, dari Louisiana State University, dan Alicia F. Lieberman, PhD, dari University of California, San Francisco, menemukan salah satu penghalang untuk perawatan kesehatan mental untuk anak kecil adalah “kesan yang meresap, tetapi keliru, bahwa anak kecil tidak mengembangkan masalah kesehatan mental dan kebal terhadap efek kesulitan dan trauma dini karena mereka secara inheren tangguh dan ‘tumbuh dari’ perilaku masalah dan kesulitan emosional,”.

Kebanyakan orang merasa sikap anak yang berubah emosinya atau terlihat lupa, mendorong orangtua untuk mengabaikan masalah pada bayi. Dan memfokuskan pertolongan mental hanya pada orangtuanya saja.

Padahal dalam pengalaman pada bayi newborn sekalipun, dapat menyimpan ingatan trauma saat ibu mengabaikan atau melakukan sesuatu yang menyakitinya baik fisik ataupun secara psikologis.

Prediktor awal kecemasan dan depresi mungkin terlihat jelas di otak bahkan saat lahir, menurut sebuah penelitian di Washington University School of Medicine di St. Louis.

Journal of American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, menganalisis dengan pemindaian otak bayi yang baru lahir, ditemukan kekuatan dan pola koneksi antara daerah otak tertentu memprediksi kemungkinan bayi mengembangkan kesedihan yang berlebihan, rasa malu, gugup atau rasa cemas pada perpisahan.

Gejala tersebut telah dikaitkan dengan depresi klinis dan kecemasan. gangguan pada anak yang lebih besar dan orang dewasa.

Hubungan antara anak kecil dan pengasuh yang dekat kadang-kadang disebut hubungan “keterikatan atau attachment”.

Sebuah hubungan keterikatan mengacu pada ikatan emosional khusus antara bayi dan pengasuh. Bayi akan mencari kenyamanan nya ketika dia terluka, marah atau ketakutan.

Demikian pula, pengasuh khusus ini, kadang-kadang disebut “figur keterikatan”, memainkan peran penting dalam mendukung keingintahuan bayi dan anak kecil untuk bermain dan bereksplorasi.

Keterikatan bayi dan anak pada orangtua terlihat dari:

1. Datang kepada atau mencari orang tua ketika terluka, membutuhkan bantuan, atau kenyamanan
2. Menunjukkan kasih sayang
3. Menyapa pengasuh atau orangtua setelah mereka berpisah
4. Keluar untuk menjelajah dan juga berinteraksi dengan orang tua mereka saat menjelajah (misalnya, melihat ke belakang dan melakukan kontak mata saat bermain)
5. Lebih nyaman dengan pengasuh daripada orang asing

Keterikatan bayi mempengaruhi kesehatan mental bayi. Dengan keterikatan yang baik, bayi akan merasakan kenyamanan. Termasuk mempelajari komunikasi, emosi dan sosial yang dapat meningkatkan kemampuannya dengan baik.

Namun bagaimana bila bayi kekurangan rasa kasih sayang atau sering diabaikan?

American Psychology Assosiation mengemukakan, pertama kali Nathan Fox, PhD, melangkah ke panti asuhan Rumania, dia dikejutkan oleh keheningan.

“Hal yang paling luar biasa tentang kamar bayi adalah betapa sepinya itu, mungkin karena bayi telah mengetahui bahwa tangisan mereka tidak ditanggapi,” kata Fox, yang memimpin Laboratorium Perkembangan Anak di Universitas Maryland.

Fox mengemukakan raut wajah datar pada bayi-bayi tersebut yang berusaha menghibur dan memahami sekitarnya dengan mandiri. Ada kala bayi hanya menatap kedua tangannya dengan diam tanpa bicara sepanjang hari.

Kontrol impuls yang buruk, penarikan sosial, masalah dengan mengatasi dan mengatur emosi, harga diri rendah, perilaku patologis seperti TICS (atau kedutan, gerakan berulang tidak sengaja, bicara berulang tidak sengaja yang biasa ditemukan pada sindrom Tourrete), tempramen atau mudah meledak, mencuri dan menghukum diri sendiri, miskin fungsi intelektual dan prestasi akademik yang rendah.

Hal ini hanya beberapa masalah yang dirinci oleh David A. Wolfe, PhD, seorang psikolog di University of Toronto, dan mantan mahasiswanya Kathryn L. Hildyard, PhD dalam ulasan tahun 2002 (Child Abuse & Neglect, 2002).

Asosiasi ini juga mentautkan hubungan kekerasan dan diabaikan pada gangguan mental pada bayi dan balita.

Bayi dan balita dapat menderita gangguan kesehatan mental yang serius, namun mereka tidak mungkin menerima perawatan yang dapat mencegah masalah perkembangan yang bertahan lama, menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Psychological Association.

Analisis mereka disajikan dalam American Psychologist edisi Februari sebagai bagian dari bagian khusus yang membahas kurangnya perawatan kesehatan mental untuk anak-anak sejak lahir hingga 5 tahun. Diedit oleh Ed Tronick, PhD, dari University of Massachusetts, Boston, dan Osofsky, artikel tersebut mengeksplorasi bagaimana bayi mengembangkan masalah kesehatan mental, merekomendasikan perbaikan dalam kriteria diagnostik, dan menguraikan peluang kebijakan publik untuk psikolog dan pembuat kebijakan.

Menurut sebuah penelitian dari tahun 2006, satu dari 40 bayi mengalami depresi. Seperti yang dilaporkan ABC News, bayi yang depresi menunjukkan dua gejala utama. “Pertama, bayi yang depresi tidak menunjukkan banyak emosi. Kedua, bayi yang depresi mungkin mengalami kesulitan makan atau tidur, dan mungkin mudah tersinggung.”

Peneliti lain mempelajari depresi prasekolah, dan seiring bertambahnya usia anak-anak mereka menjadi lebih dan lebih mungkin untuk mengembangkan depresi. Antara usia 12 dan 15, misalnya, tingkat depresi anak perempuan tiga kali lipat.

Majalah Smithsonian menjabarkan, abad ke-21 menunjukkan pertumbuhan pesat minat klinis pada gangguan mood pada anak-anak, dipengaruhi oleh kemajuan teknologi medis dan bidang neurobiologi yang menggabungkan kekuatan dengan psikologi dan psikiatri.

Studi penelitian berbasis bukti mulai mengalir, masing-masing memvalidasi aspek depresi pediatrik, gejalanya, etiologi dan metode pengobatannya. Para ilmuwan sepakat bahwa meskipun anak-anak memiliki keterampilan afektif (emosional) dan kognitif (berpikir) yang belum matang dan terbelakang, depresi adalah sesuatu yang dapat mereka alami.

Anak-anak mengalami perubahan suasana hati, mampu memiliki pikiran negatif, dan cenderung menunjukkan gejala depresi dengan cara yang lebih perilaku. Contoh seperti respons wajah yang tidak menyenangkan, postur tubuh yang lesu, tatapan mata yang tidak responsif, reaksi fisik yang lambat, dan perilaku yang mudah tersinggung atau rewel, hanyalah beberapa contoh.

Tidak hanya penelitian mengkonfirmasi keberadaan Depresi Anak, tetapi gejala khas terlihat pada berbagai tahap masa kanak-kanak. Hasil ini memperluas cakupan pemahaman depresi pada anak-anak, dan membantu menyoroti bahwa pola depresi bervariasi sesuai usia anak.

Maka dari itu penggunaan teknologi berlebihan tidak disarankan pada anak khususnya bayi agar kesehatannya berkembang dengan baik.

 

(Nyanya)

Foto : Fatherly, Rompers, Etonomics

Batuk Kering Pada Bayi: Penyebab dan Penanganan Di Rumah

 

Batuk pada bayi bisa berarti banyak hal yang sulit kota ketahui jenis dan bagaimana penanganannya. Kebanyakan orangtua merasa khawatir saat bayi dan anak batuk, terutama bila terjadi gejala penyerta lain seperti demam.

Kapan kita harus khawatir? Kapan sebaiknya perlu dibawa ke Rumah Sakit bahkan Unit Gawat Darurat pada tingkat tertentu? Agar tidak salah membaca jenis dan melakukan penanganannya di rumah. Cek ulasan berikut yuk!

 

Batuk Pada Bayi

Batuk adalah cara tubuh melindungi dirinya sendiri, jelas Howard Balbi, M.D., direktur penyakit menular pediatrik di Nassau County Medical Center di East Meadow, New York, pada Parents.

Batuk berfungsi sebagai metode yang digunakan tubuh untuk menjaga saluran udara tetap bersih, membersihkan tenggorokan dari dahak, postnasal drip (lendir hidung yang menetes ke bagian belakang tenggorokan), atau potongan makanan yang tersangkut.

Ada dua tipe batuk yang dapat dikategorikan dengan mudah yang umum terjadi pada bayi. Yaitu batuk kering dan batuk berdahak atau batuk basah. Agar lebih memahami, mari kita dalami batuk kering.

Batuk Kering

Terjadi ketika bayi pilek atau alergi. Batuk kering membantu membersihkan postnasal drip atau iritasi dari sakit tenggorokan.

Situs Medical News Today menyebutkan bahwa, ada beberapa potensi penyebab batuk kering. Termasuk infeksi, alergen, polutan, dan asma.

Batuk adalah mekanisme pertahanan alami yang digunakan tubuh untuk membersihkan jalan napas dan menghilangkan mikroba dan benda asing. Sehingga pada batuk jenis ini, umum terjadi dikarenakan paparan tertentu. Contoh debu.

Batuk ini biasanya merupakan gejala dari kondisi yang mendasari pada saluran pernapasan bagian atas. Orangtua sebaiknya mencari tahu akar penyebab batuk tersebut. Sehingga dapat menghindari penyebab iritasi maupun alergi yang dapat memperlama penyembuhan maupun memperburuk keadaan.

Jenis-Jenis Infeksi pada Batuk Kering

1. Pilek atau Common Cold

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pilek pada anak menjadi salah satu alasan terbesar anak tidak masuk sekolah.

Flu ini disebabkan oleh berbagai virus, namun yang paling umum adalah rhinovirus.

2. Influenza
Flu adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang lebih berbahaya daripada flu biasa bagi anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun.

Virus influenza penyebab penyakit ini terjadi. Namun, penyakit ini tidak boleh disepelekan karena Flu dapat menyebabkan komplikasi.  Seperti pneumonia, dehidrasi, disfungsi otak, dan bahkan kematian.

Gejalanya meliputi demam, menggigil, nyeri tubuh, pilek atau hidung tersumbat, dan kelelahan.

3. Pneumonia
Seorang anak dapat mengembangkan pneumonia dari virus, bakteri, atau jamur. Secara global, pneumonia adalah penyebab utama kematian di antara anak-anak yang melewati fase baru lahir di bawah 5 tahun.

Virus ini juga merupakan virus paling umum membuat anak di rawat di rumah sakit. Gejalanya seperti pernapasan cepat, suara bayi mendengus atau mengi, batuk terus menerus, demam, nyeri dada, atau nyeri saat batuk.

4. Virus Covid19
COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, sejenis virus corona.

Gejala COVID-19 bisa jadi tidak berat pada bayi atau anak. Namun bisa berat pada bayi atau anak dengan penyakit lain.

Ketika terinfeksi, bayi mungkin atau mungkin tidak menunjukkan gejala yang mirip dengan pilek dan flu biasa.

Mereka mungkin menderita pneumonia, dengan atau tanpa menunjukkan gejala apa pun.

Batuk yang menyertai COVID-19 seringkali terus menerus. Seorang anak mungkin sering batuk selama lebih dari satu jam atau mengalami tiga kali atau lebih episode batuk dalam 24 jam.

5. Bronkhitis

Merupakan infeksi virus yang umum pada bayi dan anak-anak di bawah 2 tahun. Pembengkakan saluran udara kecil (bronkiolus) membuat sulit bernapas, menyebabkan mengi dan batuk.

Menurut American Academy of Allergy, Asma, dan Imunologi, seperti yang dikutip oleh News Medical Centre, anak-anak prasekolah yang pergi ke tempat penitipan anak atau daycare dapat mengembangkan sekitar delapan infeksi virus pernapasan dalam setahun. Biasanya, setiap infeksi akan berlangsung selama 10 hari.

6. Pertusis
Pertusis, atau batuk rejan, adalah infeksi bakteri yang dapat mematikan pada anak di bawah 12 bulan yang tidak divaksinasi atau tidak divaksinasi tidak lengkap.

Menurut CDC, seorang dokter dapat mengobati pertusis dengan antibiotik dan terapi suportif pada bayi. Namun, risiko penyakit serius dan berpotensi kematian lebih tinggi pada bayi di bawah 12 bulan.

7.Asma

Asma merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika saluran udara paru-paru menjadi meradang. Asma bisa mengancam nyawa. Orang tua atau pengasuh harus mencari perhatian medis segera jika gejala anak tampak memburuk.

Orangtua wajib waspada bila terjadi :

1. Retraksi, atau pernapasan cepat di mana kulit mengisap di sekitar lempeng dada atau tulang rusuk saat anak menarik napas
2. Warna biru pada wajah, kuku, atau bibir
3. Flaring, yaitu saat lubang hidung bergerak dengan cepat
dada yang mengembang tidak mengempis saat anak menghembuskan napas
4. Bayi tidak mengenali atau menanggapi orangtuanya saat dipanggil (hilang kesadaran)
5. Tulang rusuk atau perut bergerak masuk dan keluar dengan cepat
6. Anak-anak di atas usia 6 bulan, termasuk mereka yang menderita asma, harus mendapatkan suntikan flu tahunan terutama pada musim dengan udara suhu yang lebih dingin.

8. Iritasi

Berbeda dengan alergi, iritasi tidak selalu terjadi terlebih saat imunitas dan metabolisme sedang baik dan sehat.

Anak-anak terutama bayi dapat menghirup iritasi di lingkungan yang mengiritasi saluran napas dan menyebabkan peradangan, yang menyebabkan batuk kering. Seperti:

1. Polusi udara
2. Asap rokok
3. Asap dan uap
4. Debu
5. Jamur
6. Udara kering dan lainnya

Meski berbeda dengan alergi, menghindar atau menjaga lingkungan dari pemicu iritasi dapat mempercepat penyembuhan. Apabila seorang anak berulang kali terkena iritasi dapat mengembangkan batuk kronis.

9. Alergi

Kontak alergi pada anak berhubungan erat dengan iritasi, asma, serta kondisi batuk lainnya. Alergi biasanya memicu batuk kering tanpa demam. Namun dalam keadaan tertentu dapat membahayakan anak khususnya bayi.

Sebaiknya larikan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila terdapat gejala alergi darurat seperti:

1. Gatal-gatal parah
2. Mual
3. Muntah
4. Sakit perut
5. Diare
6. Sulit bernafas
7. Sesak di tenggorokan
8. Pingsan
9. Detak jantung cepat

10. GERD atau Asam Lambung

Gastroesophageal reflux (GERD) terjadi ketika isi lambung kembali ke kerongkongan. Medline Plus menulis, bayi dan anak-anak dapat mengalami refluks sesekali, tetapi hanya 1 dari 4 anak yang memiliki gejala GERD.

GERD pada anak-anak dapat menyebabkan batuk kering, masalah menelan, dan gejala asma. Perawatan tergantung pada tingkat keparahan kondisinya.

11. Batuk Somatik

Batuk somatik merupakan batuk yang tidak terdeteksi oleh medis atau tidak mendapatkan penanganan tepat pada waktu yang lama.

Kondisi langka ini sering terlambat didiagnosis, setelah upaya berkepanjangan untuk mendiagnosis dan mengobati batuk kronis anak. Kebanyakan terjadi pada anak-anak yang lebih besar berusia 8-14 tahun, namun bisa terjadi pada bayi walau jarang terjadi.

Batuk kebiasaan mungkin berhubungan dengan kecemasan dan stres. Orang tua dapat membantu mengidentifikasi pemicu untuk mengurangi batuk.

12. Benda Asing

Sangat umum bayi memasukan apapun kedalam mulutnya termasuk benda-benda disekitarnya. Benda asing tersebut yang masuk kedalam mulut dapat menyebabkan reaksi pada bayi.

Apabila tersangkut di jalan napas anak, dan batuk mungkin merupakan upaya tubuh mereka untuk mengeluarkan benda tersebut.

Orangtua sebaiknya menguasai pertolongan dasar untuk kasus tersedak pada bayi dan anak seperti manuver Heimlich.

Ciri atau tanda bayi tersedak adalah

1. Tidak mampu mengeluarkan suara atau bunyi bahkan tangisan sekalipun
2. Bayi kesulitan bahkan berupaya bernafas
3. Rongga dada dan perut terlihat cekung kedalam
4. Wajah bayi terlihat merah, ungu atau kebiruan karena kekurangan oksigen
5. Bayi terlihat pucat
6. Bayi tidak bergerak, terdiam atau sebaliknya terlihat meronta kesakitan

Lakukan manuver heimlich atau cari pertolongan segera.

Tips mengurangi batuk kering ringan di rumah

Untuk batuk ringan seperti gejala flu ringan, pilek alergi atau lainnya yang tidak termasuk infeksi berbahaya, orangtua bisa melakukan beberapa hal untuk meringankan gejalanya. Yaitu:

1. Menggunakan pelembab udara di kamar anak atau menaruh air panas di pojok kamar
2. Taruh anak di pancuran air panas dengan pintu dan jendela atau ventilasi tertutup dan membiarkan anak duduk di dalam kamar mandi
3. Membuka jendela untuk memberi cmkan udara segar untuk bernapas jika batuk kering terasa gatal mengganggu
4. Pengasuh juga dapat mencoba memberikan madu kepada anak, tetapi hanya jika anak berusia 12 bulan atau lebih. Bayi di bawah usia ini tidak memiliki kekebalan terhadap bakteri tertentu yang mungkin ada dalam madu.

Sebuah riset pada tahun 2021 menemukan bahwa madu lebih baik daripada pengobatan standar untuk batuk dalam mengurangi gejala, keparahan, dan frekuensi infeksi saluran pernapasan atas yang dapat digunakan hanya untuk anak berusia 1 tahun keatas.

Semoga membantu Moms!

(Nyanya)

Sumber : berbagai sumber

Foto : Texas Children Hospital, parenting firstcry, BBC, good to know

Menyusui Saat Aku Positif Covid19

Siapa yang tidak ingin menderita Covid19 saat menyusui bayi? Akupun tidak pernah berfikir mengenai ini. Namun nyatanya, aku sempat dinyatakan positif Covid19.

 

Ini kisahku.

Hari Senin pagi, 21 Feb 2022, hari yang berbeda bagiku. Saat aku bangun tidur, badan rasanya pegal-pegal. “Wah salah posisi tidur ini”, pikirku waktu itu.

Kebetulan senin pagi ada praktikum, jadi 07.30 WIB sudah sampai di kampus. Saat mendampingi praktikum badan makin nggak nyaman, berdiri lama-lama capek banget rasanya. Saat itu ku pikir mungkin karena ini pertama kali mendampingi praktikum setelah cuti melahirkan jadi badan nya kaget.

Tepat 11.00 WIB praktikum selesai, lanjut dengan pumping untuk dibawa pulang saat jam istirahat. Selesai pumping, cek jadwal, kebetulan setelah istirahat praktikum kosong, jadi aku memutuskan untuk izin setelah istirahat nggak kembali ke kantor.

Sampai rumah, setelah istirahat tidur siang, badan makin pegal2, pusing, meriang. 16.30 WIB memutuskan cari dokter. Kebetulan dokternya nggak ada, lagi mengantar neneknya sakit, kata petugas waktu itu. Cari dokter lain, ternyata antrinya panjang sekali, akhirnya memutuskan pulang karena nggak sanggup antri.

Aku masih lanjut dbf dan tidur sama Adek saat pulang. Biasanya adek memang bangun menjelang subuh, tapi waktu itu adek bangun pukul 01.00 WIB. Aku merasa pusing akhirnya aku membangunkan mbak yang biasanya momong adek, kuminta nemenin adek dan menyiapkan ASIP kalau adek haus.

Akhirnya hari selasa, 22 Feb 2022, memutuskan untuk ke puskesmas. Kata dokter kemungkinan ada sumbatan ASI jadi wajar membuat badan meriang, diresepkan paracetamol dan diberi izin sakit satu hari saja.

Karena badan masih meriang dan pusing banget, Adek seharian sama mbaknya, dan tidur malam bersama mbaknya lagi.

Aku tetap pumping setiap dua setengah jam sekali karena inget nggak boleh malas pumping, ada tiga anak yang harus diberi ASI (dua anak susuan).

Di hari selasa ini udah feeling nggak enak, kayaknya bukan deh kalau karena sumbatan asi, karena nggak merasakan ada “konde-konde”.

Hari rabu, 23 Feb 2022, karena izin sakit hanya satu hari, tapi badan masih nggak enak, akhirnya memutuskan untuk swab antigen (karena pengen tidur sama Adek juga, tapi ragu).

Dan benar, hasilnya positif. Untungnya semenjak hari Senin aku memutuskan untuk menutup rapat rumah, karena disekitar rumah ada anak-anak yang biasanya main sama Adek. Aku merasakan gejala pegal, pusing, meriang, mual, muntah).

Saat ini aku merantau dengan Adek yang berusia 5 setengah bulan. Ada mbak yang menemaniku momong.

Aku segera bertindak dan kangsung kabari keluarga. Mereka nggak kaget untungnya. Karena saat ini sedang “usum” kasus omicron.

Keluarga memintaku untuk isolasi mandiri dan nggak kontak dengan Adek.

Akupun turut mengabari grup perumahan, grup kantor, dan satgas covid di kantor.

Meminta untuk rekan-rekan yang sebelumnya kontak dengan aku untuk melakukan tes juga.

Perasaanku waktu itu, aku enggak memikirkan diriku. Cuma kepikiran sama Adek aja, takut tertular. Kumulai mencari info tindakan yang harus dilakukan ibu menyusui yang terkonfirmasi positif covid.

Segala upaya aku lakukan agar Adek tetap sehat. Aku gunakan dobel masker, sering cuci tangan, ganti baju juga sprei.

Akupun memutuskan untuk adek full minum asip fresh. Karena badan

Keluarga meminta saya untuk isolasi mandiri dan nggak kontak dengan Adek.

Akupun turut mengabari grup perumahan, grup kantor, dan satgas covid di kantor.

Meminta untuk rekan-rekan yang sebelumnya kontak denganku untuk melakukan tes juga.

Perasaanku waktu itu, aku enggak memikirkan diriku. Cuma kepikiran sama adek aja, takut adek tertular. Kumulai mencari info tindakan yang harus dilakukan ibu menyusui yang terkonfirmasi positif covid.

Segala upaya aku lakukan agar adek tetap sehat. Aku gunakan dobel masker, sering cuci tangan, ganti baju juga sprei.

Akupun memutuskan untuk Adek full minum asip fresh. Karena badan masih nggak enak dan pusing.

Aku berupaya kontak seminim mungkin. Saat Mbak tidak dapat memberikan ASIP, aku segera cuci tangan, pakai masker dobel dan lanjut menyusui langsung atau DBF walau hanya sesekali.

Hari jumat badan mulai terasa enak. Aku memutuskan untuk tidur bersama adek. Semua yang kugunakan aku ganti. Agar meminimalisir penularan virus.

Kesulitannya isoman dengan Adek sebenarnya lebih ke perasaanku. Aku khawatir kurang bisa menjaga kebersihan saat pumping.

Warna ASIkupun berubah agak kehijauan.

Hal terberat yang aku alami karena tidur terpisah dengan Adek. Banyak momen dimana adek menangis tengah malam minta susu. Saat itu aku ikut bangun, tapi hanya bisa melihat dari pintu kamar.

Asi cukup drop saat positif covid meskipun aku tidak mengurangi jam pumping, setiap 2 jam sekali. Jujur aku sempat panik karena tepat sebelum sakit semua asip aku serahkan ke anak persusu-an.

Tp setelah sembuh alhamdulillah volumenya mulai kembali seperti biasanya.

Saran aku kepada semua mom, tetap susuin bayi apabila badan dirasa sanggup. Upayakan DBF atau menyusui langsung agar moms juga bisa istirahat saat menyusui.

Jangan melupakan protokol kesehatan. Mom bisa pakai konektor atau kerudung saat pakai masker agar karet masker tidak bersentuhan langsung dengan telinga. Karena pengalamanku tidur pakai masker dengan tali ditelinga membuat telinga lecet.

Ada kemungkinan ASI drop, saran aku tidak perlu panik. Jangan skip pumping untuk tetap menjaga supply ASI lebih baik.

Semangat moms.

Ceritaku untuk menyemangati kalian.

 

 

Mom E

 

(Nyanya)

Foto : CDC

Tips Memilih Pompa ASI

Pertama kali moms menentukan pilihan pompa asi, pastinya menimbang banyak hal bukan?

Walau terdengar sepele, pemilihan pompa asi yang sesuai dengan kebutuhan berperan penting agar proses memompa lebih maksimal hasilnya.

Simak yuk jenis-jenis pompa asi agar tidak salah pilih!

 

Tipe Pompa ASI

 

Ada 5 jenis pompa yang dapat di pilih untuk kebutuhan dan perannya. Keenam jenis pompa ini memiliki fitur serta daya yang berbeda selama digunakan nanti.

 

1. Pompa manual

Pompa manual cocok untuk moms yang memiliki waktu luang lebih banyak.

Bila pekerjaan lebih santai dengan tingkat mobilitas rendah moms bisa gunakan pompa manual.

Pompa manual juga cocok untuk Ibu Rumah Tangga yang mempompa ASIP untuk hal darurat.

Pompa manual kurang cocok untuk moms eping yang butuh ASIP cepat dan banyak bagi bayinya agar tidak kewalahan saat stok dimasa growth spurt. 

Pompa manual membutuhkan kesabaran karna memakan tenaga dan waktu.

Namun pompa ASI manual memiliki daya hisap yang kuat dan baik sehingga memudahkan untuk mengeluarkan ASI dengan cepat.

 

2. Pompa elektrik 

Pompa elektrik adalah jenis pompa yang menggunakan daya kekuatan listrik.

Biasanya terdapat colokan listrik dan tidak bisa digunakan tanpa daya listrik.

Pompa elektrik membantu memudahkan moms pompa lebih cepat dan mudah. Terutama pada jenis pompa yang memiliki fitur fasilitas penunjang lain seperti pijatan dan pilihan level hisapan.

Pompa jenis ini cocok untuk moms eping yang butuh ASIP cepat dengan mobilitas dirumah (ibu rumah tangga).

Juga cocok untuk moms yang bekerja belakang meja yang sehari-hari tingkat mobilitas rendah. Contohnya guru, customer service dll

Kekurangannya moms harus membawa cadangan pompa manual untuk berjaga-jaga bila mati lampu.

 

3. Pompa tenaga baterai 

Pompa tenaga baterai hampir mirip dengan pompa elektrik lainnya. Yang membedakan jenis dayanya.

Pompa ini ada yang membutuhkan tenaga baterai sekali pakai (baterai yang dibeli dipasaran). Atau baterai charger yang bisa mama charger dengan daya listrik.

Kelebihannya moms bisa gunakan mobile. Biasanya penggunaan charger atau baterai sekali pakai bisa sampai dengan 6 jam penggunaan tergantung merk pompa tersebut.

Pompa jenis ini cocok untuk mama yang bekerja kesana kemari atau seharian diluar (mobilitas tinggi) contohnya reporter, marketing dll.

Kekurangannya, saat daya baterai akan habis, hisapan tidak sekuat awal daya. Moms juga harus memperhatikan bila gunakan baterai charger dan ketika mati lampu tidak dapat mengisi daya pompa tersebut.

 

4. Pompa portabel

Pompa ini memiliki fitur daya elektrik maupun baterai. Lebih praktis dan memudahkan penggunaan saat diruangan maupun diluar.

Pompa jenis ini yang lebih banyak direkomendasikan buat moms bekerja. Pastikan ada pilihan baterai copot dibandingkan baterai charger untuk antisipasi saat mati lampu mama bisa segera cari cadangan daya.

 

5. Pompa handsfree

Pompa jenis handsfree adalah pompa elektrik atau baterai atau elektrik+baterai. Biasanya ada dua pilihan single dan double pump.

Jenis pompa ini memudahkan moms tidak menggunakan tangan saat pompa sehingga bisa melakukan aktivitas lain.

Mama dirumah / moms eping juga bisa melakukan pompa sambil mengendong dan menyusui bayi pada payudara yang berbeda.

Ada hal yang wajib moms perhatikan pada corongnya. Karna beberapa handsfree tidak cocok untuk payudara kecil.

Kita bisa membuat pompa handsfree dengan pompa apapun kecuali manual dengan bantuan bra handsfree.

 

Adapun tambahan jenis pompa asi yaitu: 

1. Pompa single pump (satu pompa)

Bila mobilitas sedikit atau waktu luang lebih banyak moms bisa gunakan pompa single.

Pompa jenis ini harganya lebih murah dibandingkan double pump. 

Kekurangannya saat terjadi LDR saat pumping, aliran payudara sebelah terkadang mubazir bila tidak tertampung.

Moms bisa akali dengan penggunaan penampung ASI atau milk saver. Atau bisa kombinasikan dengan pompa manual agar lebih irit pembeliannya namun moms punya cadangan bila mati lampu.

 

2. Pompa double pump 

Pompa double pump pada elektrik, baterai maupun keduanya atau portabel dan handsfree memudahkan pumping tanpa perlu tenaga besar dan waktu lama.

Kekurangannya ketika kita membeli pompa alat dan pompa akan memakan tempat. Dan double pump menambah tempat lagi.

Kekurangan selanjutnya harga double pump lebih mahal dari harga single pump.

 

Baiknya siapkan budget ya moms!

 

Hal lain yang perlu moms ingat setiap memilih pompa yang tepat 

1. Pilih pompa ASI berbahan dasar plastik HDPE, Polietilena berdensitas tinggi (High-density polyethylene).

Atau plastik bebas Bissphenol A (BPA free).

Cek tanda BPA free pada kotak pompa atau plastik ASIP ya 🤗

2. Bila moms over produksi ASI, atau ASI dalam payudara berlebih yang membuat deras saat disusui dan sering tersumbat akibat terlalu banyak produksinya, mama bisa gunakan pompa hospital grade. 

Pompa jenis ini sanggup berkerja nonstop pada 8 sesi perhari. Karna kemampuannya, cocok untuk mama yang over supply.

3. Pilih pompa ASI dengan sistem tertutup.

Pompa ASI sistem tertutup atau closed system breastpump merupakan pompa ASI yang memiliki barrier atau membran penghalang antara aliran udara di sekitar motor dengan aliran udara di sekitar payudara dan botol penampung.

Dengan demikian mencegah masuknya ASI pada selang pompa. Ketika ASI masuk dalam selang pompa, nantinya akan sulit dibersihkan. Efeknya timbulnya bakteri dan jamur pada pompa ASI.

4. Membersihkan pompa dengan baik setelah digunakan.

Bersihkan pompa hingga ke sela-sela pompa untuk menghindari sisa/bekas ASI yang menempel dan menjadi pertumbuhan jamur dan bakteri.

5. Pompa karet/terompet tidak disarankan untuk menjadi media pompa ASI.

Karena bahan tidak aman, dan sangat sulit untuk dibersihkan dengan baik.

6. Untuk pompa elektrik/baterai pilih dengan fitur daya atur.

Terutama yang memiliki tambahan fitur pijatan. Karna sangat amat membantu memicu LDR saat melakukan pompa pada payudara.

7. Bantalan silikon pada bagian corong berguna untuk membuat payudara nyaman dan tidak sakit saat dipompa

8. Walau beberapa merk menggiurkan pastikan merk tersebut mudah mendapatkan sparepart nya.

Agar bila hilang/rusak bisa mudah diganti.

9. Cari pompa ASI yang minim kebisingan

Agar ketika pompa dekat anak tidak menggangu tidurnya. Suara bising juga membuat moms lebih percaya diri melakukan pompa saat mobilitas misalnya dikantor atau di mall dll.

10. Pertimbangkan juga fitur kekuatan hisap, kecepatan hisap dan auto off timer. 

Agar ketika pompa saat lelah, di tengah malam, atau sambil mengerjakan tugas tetap nyaman.

11. Yang paling penting dan sering dilupakan adalah bentuk dan ukuran corong pompa ASI

Agar sesuai dan nyaman digunakan, pelekatan baik dan hasil maksimal.

12. Penyimpanan untuk beberapa brand double pump, elektrik, baterai, elektrik+baterai handsfree membutuhkan ruang simpan yang lebih banyak.

 

Pompa apa saja nih, koleksi moms saat ini?

 

(Nyanya)

Sumber : berbagai sumber

Foto : Mommies daily, Timesofindia, parents, medela, hegen

 

Benar Enggak Sih Tiroid Mempengaruhi ASI?

Mengapa tiroid merupakan salah satu yang perlu diwaspadai oleh busui? 

 

Fungsi utama kelenjar tiroid adalah membuat hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Hormon-hormon ini penting untuk pertumbuhan dan fungsi normal tubuh, serta untuk menyusui.

Situs Chop Edu menuturkan, selama beberapa bulan pertama kehamilan, janin bergantung pada ibu untuk hormon tiroid.

Hormon tiroid ini memainkan peran penting dalam perkembangan otak normal. Kekurangan hormon tiroid ibu karena hipotiroidisme dapat memiliki efek ireversibel pada janin.

Studi awal menemukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan hipotiroidisme selama kehamilan memiliki IQ yang lebih rendah dan gangguan perkembangan psikomotor (mental dan motorik).

Namun ibu dengan perawatan medis dan mampu mengontrol tiroid bisa melahirkan bayi sehat. 

Ketika tiroid tidak berfungsi dengan baik, produksi ASI bisa berpengaruh. Situs Lily, menjelaskan terdapat hubungan tiroid pada produksi ASI. Lily juga menambahkan hubungan antara gangguan tiroid dan masalah autoimun.

Sistem kekebalan ditekan selama kehamilan untuk melindungi bayi. Namun cara ini merupakan perlindungan terbaik. Dengan menurunkan kekebalan bumil, tubuh tidak akan membaca atau bereaksi janin bayi sebagai benda asing yang patut diserbu atau dilawan oleh kekebalan tubuh.

Masalah dengan tiroid dapat dimulai sebelum atau selama kehamilan, pada periode postpartum, atau di kemudian hari. Mereka juga dapat terjadi bersama dengan kondisi medis lainnya, yang dapat membuat diagnosis dan perawatan menjadi lebih menantang.

 

Ciri dan jenis tiroid pada perempuan

Penyakit tiroid didiagnosis melalui tes darah yang mengukur kadar hormon perangsang tiroid (TCH) triisdothyrine (T3)/tetra-iodothyronine (tiroksin atau T4).

Medis biasanya akan merekomendasikan kadar yodium dipantau dan diobati, jika tidak pada tingkat yang sesuai. Karna sifatnya genetik dan diwariskan, sebaiknya lakukan konsultasi bila ada anggota keluarga yang memiliki masalah tersebut kepada dokter sejak masa kehamilan.

Bentuk tiroidisme yang paling umum adalah hipertiroidisme, hipotiroidisme, dan disfungsi tiroid pascapersalinan.

 

1. Hipotiroidisme atau hipotiroid (tiroid tidak aktif)

Diindikasikan ketika kadar TSH tinggi dan kadar T3/T4 rendah.

 

Gejalanya:

A. kulit kering

B. kepekaan terhadap dingin

C. “baby blues” dan/atau depresi D. kelelahan

E. rambut rontok

F. kekurangan energi

G. pelupa

H. sembelit

I. peningkatan frekuensi dan aliran menstruasi

J. pembesaran ringan tiroid

Bentuk yang paling umum pada kasus ini adalah penyakit Hashimoto.

Penggantian hormon tiroid adalah bentuk pengobatan yang umum, terutama selama kehamilan dan menyusui.

Pada kehamilan, ini dapat menyebabkan hipertensi atau pre-eklampsia yang berpengaruh pada bayi dan berat badan bayi lahir rendah.

Ibu dengan hipotiroidisme berisiko mengalami keterlambatan atau produksi ASI yang tidak mencukupi.

Studi juga menunjukkan mungkin ada efek negatif pada oksitosin.

 

2. Hipertiroidisme (Tiroid Overaktif)

Diindikasikan ketika kadar TSH rendah dan kadar T3/T4 tinggi.

 

Gejalanya:

A. jantung berdebar-debar

B. merasa gugup/cemas

C. berkeringat

D. gemetar

E. kram otot

F. lelah dan lemas

G. penurunan berat badan

H. sensitif terhadap panas

I. diare

J. penurunan frekuensi dan aliran menstruasi

K. pembesaran ringan tiroid.

Bentuk yang paling umum adalah penyakit Grave.

Kehamilan dapat menginduksi bentuk ringan karena peningkatan tingkat pembersihan kadar T3/T4 dalam plasma darah. Beberapa ibu dengan hipertiroidisme mungkin merasakan gejala yang berkurang pada trimester kedua dan ketiga, tetapi gejalanya dapat pulih kembali setelah melahirkan.

Ibu dengan hipertiroid berisiko mengalami persalinan prematur, preeklamsia, hambatan pertumbuhan janin, dan peningkatan mortalitas ibu dan bayi.

Studi juga menunjukkan mungkin ada dampak negatif pada konsentrasi prolaktin dan oksitosin.

 

Penanganan kasus hipertiroidisme: 

 

A. Penelitian telah menunjukkan bahwa propiltiourasil (PTU) adalah obat pilihan untuk ibu menyusui dalam hal ini. Ini diekskresikan dalam jumlah kecil ke dalam ASI dan tidak mempengaruhi fungsi tiroid bayi.

B. Methimazole adalah pilihan yang dapat diterima, bayi harus sering dipantau.

Situs Australia Breastfeeding Asociation, menjelaskan dalam 12 bulan setelah seorang wanita melahirkan merupakan momen penting untuk dibawah pengawasan medis.

Hal ini menjadi penting agar hipertiroidisme akibat penyakit Graves tidak disamakan dengan fase hipertiroid tiroiditis pascamelahirkan. Kedua kondisi ini memiliki penyebab dan pengobatan yang berbeda.

Beberapa wanita dengan hipertiroidisme melaporkan suplai ASI yang banyak, tetapi yang lain tampaknya mengalami kesulitan dengan refleks let down mereka.

 

3. Disfungsi Tiroid Postpartum: 

A. Disfungsi ini terbagi dalam 4 jenis yaitu: 

 

a. Disfungsi tiroid pascamelahirkan (PPT)

b. Penyakit Graves paskapersalinan

c. Infark hipofisis pascapersalinan (sindrom Sheehan) – sering dikaitkan dengan kehilangan darah yang berlebihan selama/setelah melahirkan

d. Hipofisitis limfositik

 

B. Terjadi pada sekitar 5-7% dari semua kehamilan.

C. Perempuan dengan diabetes mellitus tipe 1 berisiko tiga kali lipat.

D. Wanita yang merokok berisiko tiga kali lipat.

E. Gejala – intoleransi terhadap dingin, kulit kering, kekurangan energi, gangguan konsentrasi, sakit dan nyeri.

F. Biasanya dimulai dengan aspek hipertiroidisme yang dapat berlangsung hingga beberapa minggu dan transisi ke hipotiroidisme, yang dapat berlangsung selama beberapa bulan. Keadaan ini lebih jelas secara klinis, mengarah pada pengobatan.

Masalah ini bisa muncul hipotiroidisme saja, hipertiroidisme saja, atau hipertiroidisme yang diikuti oleh hipotiroidisme.

 

Banyak gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme yang umum terjadi pada periode pascamelahirkan bisa terlihat ‘normal’ sehingga diagnosis terlewatkan oleh pantauan medis.

Masalah tiroid mungkin disalahartikan sebagai depresi pascakelahiran atau sindrom baby blues dan lainnya.

Busui dengan tiroiditis pascamelahirkan melaporkan masalah suplai ASI, yang lain menyusui tanpa kesulitan.

 

(Nyanya)

Sumber : berbagai sumber

Foto : Very Well Health

 

 

 

 

 

Pengaruh PCOS Pada Proses Menyusui

Perjuangan PCOS bisa tidak berhenti hanya saat program kehamilan saja. Namun, perlu mewaspadai saat menyusui nanti.

 

Apa sih PCOS?

PCOS atau Polycystic ovary syndrome, menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan gejala lain pada sekitar 10% pada perempuan. Ketidakseimbangan hormon ini mempengaruhi ovarium dan ovulasi. Dengan PCOS, ovarium mungkin tidak melepaskan sel telur setiap bulan pada siklus menstruasi yang teratur.

Walau belum ditemukan pasti penyebabnya, namun ahli bersependapat bisa disebabkan hubungan genetik.

Kemungkinan PCOS meningkat jika memiliki ibu, saudara perempuan, atau bibi dengan PCOS. Kebanyakan perempuan didiagnosis pada usia 20-an atau 30-an ketika mereka mencoba untuk hamil.

Menurut penelitian yang dikutip dalam situs Kelly Mom, terdapat hubungan antara hipoplasia dan PCOS. Hal ini dikarenakan ketidakteraturan hormonal yang terjadi dengan beberapa kondisi endokrin, seperti PCOS atau tiroid yang tidak terkontrol atau kondisi terkait insulin. (Marasco, Marmet, & Shell, 2000). 

Beberapa ibu dengan hipoplasia atau IGT melaporkan defek fase luteal, yang merupakan kejadian siklus progesteron yang lebih rendah dari normal, bahkan dengan adanya ovulasi.

Ditandai dengan suhu tubuh basal pasca-ovulasi yang tidak meningkat secara signifikan dan juga dapat menyebabkan bercak pra-menstruasi.

Kasus ketidakteraturan endokrin ini sangat penting untuk diatasi, karena masalah hormon yang mengganggu perkembangan jaringan kelenjar juga dapat mencegah jaringan pembuat susu melakukan tugasnya.

Menormalkan ketidakteraturan hormonal ini dapat membantu memaksimalkan kinerja jaringan kelenjar yang ada.

 

Ciri atau Gejala PCOS

1. Haid tidak teratur
2. Mudah berjerawat dan dalam jumlah yang banyak
3. Hirsutism, atau pertumbuhan rambut berpola pria di wajah, dada, perut bagian bawah, paha bagian dalam, atau punggung
3. Alopecia, atau rambut rontok
4. Peningkatan kadar testosteron
5. Penambahan berat badan
6. Gangguan Metabolisme Tubuh seperti berat badan mudah naik hingga obesitas
7. Tag kulit atau skin tag atau daging tumbuh pada kulit
8. Menipiskan rambut
9. Menggelapnya kulit di bawah payudara, lipatan leher, dan selangkangan
10. Gangguan suasana hati, seperti depresi, ketegangan, dan lekas marah
11. Resistensi insulin
12. Keguguran

 

Kenapa PCOS mempengaruhi produksi ASI?

Sel reseptor di payudara harus peka terhadap insulin agar dapat bekerja dengan baik dengan hormon laktasi lainnya.

Nah, jika mereka kehilangan kepekaan itu, lebih sulit untuk menghasilkan pasokan ASI yang baik.

Perkembangan jaringan payudara. Menyusui dengan PCOS mungkin juga sulit karena perkembangan payudara itu sendiri.

Suplai ASI yang rendah diduga sebagai akibat dari rendahnya kadar progesteron selama masa pubertas dan kehamilan pada wanita dengan PCOS.

Progesteron, yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan payudara yang tepat, diproduksi oleh folikel telur yang kosong setelah ovulasi terjadi.

Webmdb menambahkan, ketidakseimbangan hormon terjadi pada PCOS. Kadar estrogen yang rendah dapat mempengaruhi perkembangan payudara, kadar estrogen yang tinggi juga dapat menghentikan laktasi. Kebanyakan perempuan dengan PCOS memiliki terlalu banyak estrogen, ketidakseimbangan yang disebut “dominasi estrogen“.

Kadar estrogen perlu dipantau setelah melahirkan untuk memastikan bahwa kadar yang tinggi tidak mengganggu laktasi.

Wanita kurus dengan PCOS juga memiliki kadar hormon androgen yang lebih tinggi seperti testosteron. Kelebihan testosteron dapat bekerja melawan prolaktin dan oksitosin, dua hormon lain yang penting dalam memproduksi ASI.

Perkembangan payudara pada PCOS umumnya tidak sempurna, terutama pada jaringan kelenjar ASI. Ketidakseimbangan hormon yang disebabkan oleh PCOS dapat mempengaruhi cara jaringan payudara berkembang selama masa pubertas dan selama kehamilan.

Periode yang tidak teratur atau lebih sedikit di awal masa pubertas dapat menyebabkan ibu memiliki kadar hormon estrogen yang lebih rendah, yang dapat menyebabkan jaringan payudara lebih sedikit.

Insulin juga merupakan hormon yang mengontrol level gula darah. 70% perempuan dengan PCOS memiliki resistensi insulin, artinya sel-sel mereka resisten terhadap insulin dan tidak secara efisien menyerap glukosa (gula) dari tubuh.

Peningkatan kadar insulin (yang dapat menyebabkan penambahan berat badan yang berlebihan).

Peningkatan kadar hormon pria (yang dapat menyebabkan jerawat dan pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan).

Haid tidak teratur, kista ovarium.
Meningkatkan risiko diabetes.
Keterbelakangan jaringan payudara.

 

Apakah PCOS bisa sukses ASI ?

Tentu bisa. Kadar hormon maupun produksi ASI dapat dibantu dengan medikasi tepat yang direkomendasikan oleh dokter.

Umumnya Metformin adalah salah satu terapi oral yang paling banyak diresepkan untuk PCOS.

Thomas Hale PhD dalam Pengobatan dan Susu Ibu menganggap metformin sebagai aman dan kompatibel dengan menyusui (peringkat L1) dengan sedikit melewati susu ke bayi menyusui.

Ibu menyusui dengan tingkat PCOS rendah, juga bisa mengupayakan dengan ASI booster baik herbal maupun yang diresepkan oleh dokter. Booster ini dianggap mampu mengembalikan rasa percaya diri yang mengurangi kekhawatiran dan mood swing busui. Serta menaikan volume ASI, bila booster tertentu tidak berhasil baiknya dikonsultasikan ke dokter untuk mendapat terapi oral terbaik.

Untuk mood swing efek dari PCOS dan kecenderungan terjadinya baby blues, bisa moms konsultasikan kepada ahli yang tepat seperti psikolog.

 

(nyanya)

sumber : berbagai sumber

foto : berbagai sumber (google)

Hypoplasia – Tipe Payudara Yang Sulit Produksi ASI

 

Kenapa Perempuan Bisa Tidak Produksi ASI

 

Kegagalan laktasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori: preglandular, glandular, dan postglandular (Morton, 1994).

Penyebab preglandular untuk produksi susu yang rendah atau tidak sama sekali secara langsung berkaitan dengan masalah hormonal seperti retensio plasenta atau tiroiditis pascapersalinan.

Penyebab postglandular dari produksi ASI yang tidak mencukupi adalah hal-hal yang terjadi setelah bayi lahir yang memulai menyusui dengan “awal yang buruk”, seperti bayi yang tidak dapat mentransfer ASI dengan benar ke payudara (karena alasan apa pun), atau manajemen menyusui yang buruk, seperti seperti jadwal makan, pemisahan ibu dan bayi yang diperpanjang.

Penyebab kelenjar untuk produksi ASI rendah atau tidak ada sama sekali dapat mencakup operasi payudara sebelumnya, atau hipoplasia/IGT.

Seringkali, kegagalan laktasi kelenjar disertai oleh satu atau lebih faktor preglandular dan postglandular. Itulah sebab peranan edukasi dan pendampingan selama masa perawatan paska persalinan sangat penting bagi ibu untuk mendapatkan akses laktasi yang baik.

 

Hypoplasia

Situs Medela menyebutkan, Hipoplasia mammae, juga dikenal sebagai jaringan kelenjar yang tidak mencukupi atau insufficient glandular tissue atau IGT, adalah kondisi yang sangat jarang.

 

Kondisi ini dapat menyebabkan produksi ASI rendah atau tidak ada sama sekali.

 

Dalam jurnalnya, Megan W – Midwifery Womens Health 2013, menjelaskan tidak semua perempuan bisa menyusui.

Megan menulis, Hipoplasia mammae merupakan penyebab utama kegagalan laktogenesis II, dimana ibu tidak mampu menghasilkan volume ASI yang cukup. Perempuan dengan hipoplasia mammae sering memiliki kadar hormon dan persarafan normal tetapi kekurangan jaringan kelenjar yang cukup untuk menghasilkan suplai ASI yang cukup untuk menopang bayi mereka.

Etiologi kondisi langka ini tidak jelas, meskipun ada teori yang mengacu pada kecenderungan genetik dan paparan lingkungan estrogenik di lingkungan pertanian tertentu.

Rudel, Fenton, Ackerman, Euling & Makris, 2011, menemukan bukti yang mendukung teori bahwa paparan kontaminasi pada lingkungan tertentu yang tinggi seperti dioksin dan partikel lain pengganggu endokrin bisa mempengaruhi.

Orangtua ibu yang menderita hypoplasia saat hamil yang menurunkan ke dalam rahim. Ketika mama lahir, kontaminasi tersebut mempengaruhi pertumbuhan payudara yang tidak mencukupi.

Artinya tidak terjadi proses laktogenesis atau pertumbuhan payudara yang seharusnya pada masa remaja maupun saat hamil. Hipoplasia dengan ukuran payudara besar, biasanya berisi lemak bukan jaringan kelenjar penghasil ASI.

Wanita dengan hipoplasia mammae mungkin tidak menunjukkan perubahan payudara yang khas terkait dengan kehamilan dan mungkin gagal menyusui pascapersalinan.

 

Ciri khususnya:

1. Payudara wanita dengan hipoplasia mammae mungkin memiliki jarak yang luas (1,5 inci atau lebih), asimetris, atau berbentuk tuberous.

2. payudara tidak mengembangkan jaringan payudara yang tepat selama masa remaja, tetapi payudara mereka mungkin kecil atau besar.

3. Payudara sempit dengan jarak yang lebar

4. Areola tampak bengkak atau bengkak

5. Payudara asimetris, di mana yang satu jauh lebih besar dari yang lain

6. Payudara tidak tumbuh atau berubah selama kehamilan, dan ASI tidak pernah “masuk” sekitar 3 hari setelah melahirkan

 

Untuk memastikan apakah payudara mama merupakan kategori ini butuh skrining khusus dari dokter. 

 

Huggins, Petok, & Mireles (2000), dalam penelitiannya 34 busui, ditemukan korelasi antara karakteristik fisik berikut dan produksi susu yang lebih rendah:

1. payudara dengan jarak yang lebar (payudara lebih dari 1,5 inci terpisah)

2. asimetri payudara (satu payudara secara signifikan lebih besar dari yang lain)

3. adanya stretch mark pada payudara, tanpa adanya pertumbuhan payudara, baik selama masa pubertas atau dalam kehamilan

4. bentuk payudara tubular (penampilan “kantung kosong”)

 

Karakteristik tambahan yang dapat mengindikasikan hipoplasia adalah:

1. areola yang besar atau bulat secara tidak proporsional

2. tidak adanya perubahan payudara pada kehamilan, postpartum, atau keduanya

Para ahli juga menemukan adanya korelasi antara operasi pembesaran payudara dengan hipoplasia.

 

 

Namun apakah masih terjadi kemungkinannya untuk berhasil menyusui?

Kondisi ini masih memiliki peluang menyusui sama seperti perempuan lainnya, namun sebaiknya dengan pendampingan konselor laktasi. Mereka dapat membantu mengesampingkan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan pasokan rendah dan menyarankan pilihan seperti memberi makan tambahan di payudara dengan Sistem Perawatan Tambahan (SNS), menemukan pusat donasi ASI, atau memompa dan memberi ASI dengan tambahan media sebanyak mungkin.

Verywellfamilly menyebutkan walau angka kegagalan menyusui tinggi, namun banyak ditemukan busui tidak selalu memiliki masalah IGT pada kedua payudaranya. Ada kemungkinan hypoplasia tersebut hanya pada salah satu payudara saja ataupun di keduanya namun masih memiliki kelenjar tisu susu walau sedikit.

Dengan adanya kondisi ini menyusui masih memungkinkan terjadi. Hanya saja, pada awalnya mungkin membutuhkan suplemen tambahan atau PASI (pendamping ASI) yang direkomendasikan oleh dokter.

Berapa pun jumlah ASI yang mama berikan kepada bayi akan tetap bermanfaat. Menyusui juga memberi bayi kenyamanan, keamanan, dan ikatan khusus yang diciptakan melalui menyusui.

Selain itu, operasi perbaikan kelenjar payudara juga bisa dilakukan sebagai alternatif untuk memperbaiki kondisi hipoplasia agar dapat mensukseskan ASI.

Terkadang, keinginan belum tentu berjalan sesuai dengan realita. Walau bukan artinya mama harus menyerah, namun bila tanda tidak cukup ASI terlihat dan membahayakan bayi sebaiknya konsultasikan segera untuk mendapat tindakan terbaik dengan ASI donor maupun tambahan pendamping ASI lain seperti susu formula.

 

(nyanya)

Sumber : berbagai sumber

foto : berbagai sumber (google)