Tongue Tie, Lip Tie dan Buccal Tie : Pengaruh Saat Menyusui dan Cara Mudah Mengeceknya

 

Bila bayi mama mengalami kesulitan pelekatan menyusui dengan baik. Coba mama lakukan cek sederhana pada lidah dan bibirnya.

Kenapa sih harus demikian? Bisa saja, karena bayi mama mengalami tongue tie, lip tie dan buccal tie.

Agar mama tidak salah mengenal permasalahan tersebut, kita pelajari bersama yuk.

Ketiganya merupakan salah satu permasalahan fisik bayi yang dapat mempengaruhi proses menyusui.

Tongue-tie (ankyloglossia) adalah kondisi saat lahir yang membatasi rentang gerak lidah, jelas situs Mayo Clinic.

Tongue tie disebabkan oleh frenulum atau pita daging tipis yang menempelkan lidah ke bagian bawah mulut (disebut frenulum lingual).

Stanley Smile menjelaskan, anak dengan tongue tie, frenum lingual-nya kurang berkembang. Di dalam rahim, potongan daging tersebut tidak pernah menipis. Ini yang membuat lidah tidak bisa bergerak dengan baik. Keadaan ini dapat mempengaruhi kesulitan makan dan berbicara mereka.

Lip Tie adalah potongan jaringan di belakang bibir atas dan disebut frenulum labial. Ketika membran ini terlalu tebal atau terlalu kaku, mereka dapat membuat bibir atas tidak bergerak bebas. Kondisi ini disebut dasi bibir atau lip tie.

Berbeda dengan tongue tie, riset mengenai lip tie sangat minim. Namun penanganannya diyakini sama seperti tongue tie.

Beberapa jenis lip tie dan tongue tie pada bayi bisa mempengaruhi cara menyusui. Terutama bila bayi mengalami salah satu atau kedua masalah tersebut. Dalam kasus tertentu keduanya menghambat kenaikan berat badan bayi.

Selain permasalahan tongue tie dan lip tie, kita juga wajib mengenal buccal tie.

Buccal tie merupakan frenulum bukal yang terdapat pada rahang menempel pipi. Umumnya masalah ini ditemui di atas. Namun, bisa juga ditemui di rahang bawah.

Ikatan bukal secara teoritis dapat mengganggu menyusui dan stabilisasi puting pada bayi (walaupun menurut situs Alabama Tongue Tie Centre, tidak ada penelitian berkualitas yang mendukung hal ini).

Buccal tie dapat menyebabkan resesi gusi pada orang dewasa, ketegangan yang berlebihan di sekitar mulut (lebih sulit untuk menggerakkan bibir), dan penyebab lesung pipit! Dengan lesung pipit, pipi tertarik ke dalam, karena frenulumnya sangat kencang.

 

 

Pengaruh Lip Tie, Tongue Tie dan Buccal Tie Saat Menyusui

Frenulum lingual yang ketat atau pendek (selaput yang menahan lidah ke dasar mulut) pada tongue tie, dapat membatasi mobilitas lidah. Ada hubungan antara langit-langit yang tinggi atau tidak biasa dan ikatan lidah, karena gerakan lidah yang terbatas dapat mempengaruhi bentuk langit-langit. La Leche League Internasional mengungkapkan masalah ini lebih umum terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.

Organisasi inipun menyebutkan, tongue tie mempengaruhi gerakan lidah dengan derajat yang berbeda-beda. Semakin pendek dan ketat, semakin besar kemungkinan untuk mempengaruhi menyusui.

Beberapa bayi dengan tongue tie menyusu dengan baik sejak awal, yang lain melakukannya ketika posisi dan perlekatan ditingkatkan. Tongue tie umumnya membatasi gerakan lidah normal. Seorang bayi harus dapat menggerakkan lidahnya dengan bebas dan menjulurkannya ke atas gusi bawah dengan mulut terbuka lebar untuk dapat menyusui dengan baik. Sedangkan bayi tongue tie akan kesulitan menggerakkan lidahnya seperti bayi dengan lidah normal lainnya.

 

 

Penderita tongue tie umumnya mengalami puting susu yang lecet, transfer ASI buruk dan berat badan bayi yang rendah, dan kemungkinan saluran tersumbat atau mastitis karena pengeluaran ASI tidak efektif. (Australia Breastfeed Association)

National Health Service (NHS) United Kingdom mengemukakan, ankyloglossia (baik tongue tie anterior klasik atau restriksi submukosa) 3 dan frenulum labial superior yang diikat (lip tie atas) menyebabkan perubahan mekanisme penguncian dan penghisapan.

Proses menyusui adalah kompleks dan multifaktorial, dan disfungsi dapat menyebabkan tanda dan gejala yang beragam pada pasangan menyusui.

Kesulitan pelekatan dan mekanisme mengisap yang kurang optimal dapat mengakibatkan transfer ASI yang tidak efisien, penambahan berat badan yang buruk, suplai ASI yang sedikit, nyeri puting susu, dan trauma.

Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) mengevaluasi kumpulan bukti yang ada mengenai frenotomi lingual dan frenektomi labial rahang atas, menyimpulkan bahwa kekuatan bukti berbasis hasil yang mendukung prosedur tersebut “umumnya rendah hingga tidak cukup.”

Kualitas penelitian yang tidak mencukupi sebagian besar karena kurangnya uji coba terkontrol secara acak. Penelitian sebelumnya telah meneliti dampak frenotomi lingual pada nyeri ibu, peningkatan kualitas perlekatan, dan perbaikan keluhan menyusui.

Beberapa spesialis menyusui telah mendokumentasikan peningkatan efikasi diri ibu, peningkatan efikasi diri ini merupakan prediktor yang mapan untuk melanjutkan menyusui.

Pada anak-anak dengan gejala refluks, perbaikan klinis telah disarankan setelah frenotomi. Karena sifat refluks bayi yang kompleks dan multifaktorial, dan karena kurangnya publikasi studi mencoba untuk menentukan korelasi antara tongue tie dan gejala refluks, penyelidikan lebih lanjut diperlukan.

 

Hisapan bayi dengan lip tie

 

Bayi yang memiliki tongue tie dan lip tie yang parah mungkin terus mengalami kesulitan makan saat gunakan sendok atau finger food, menurut American Speech –  Language Hearing Association (ASHA).

Lip tie tidak memiliki banyak komplikasi di kemudian hari. Beberapa dokter anak percaya bahwa lip tie yang tidak dirawat dapat menyebabkan kemungkinan kerusakan gigi yang lebih tinggi pada balita.

FirtsFoodforBaby menulis, buccal tie atau ikatan mukosa abnormal yang memanjang dari pipi ke gingiva, bisa mengganggu proses menyusui. Dalam beberapa situasi, ikatan bukal lebih lanjut dapat membatasi kemampuan bayi untuk mencapai pelekatan yang memadai untuk menyusui.

Seperti halnya ikatan bibir atas, ikatan bukal juga dapat menampung bakteri yang menyebabkan risiko gingivitis dan gigi berlubang. Ikatan ini pada akhirnya dapat berkontribusi pada resesi gusi.

 

 

Ciri dan Kapan Harus Mengecek Tongue Tie, Lip Tie dan Buccal Tie

Dalam situsnya Healthline, merekomendasikan orangtua untuk mencurigai adanya masalah ini bila bayi terlihat :

1. Berjuang untuk menempel pada payudara
2. Kesulitan bernafas saat menyusui
3. Membuat suara klik saat menyusui
4. Sering tertidur selama menyusui
5. Mudah kelelahan saat menyusui
6. Kenaikan berat badan yang lambat atau kurangnya penambahan berat badan
7. Sering kolik

Serta ciri yang mudah terlihat pada ibu seperti:

1. Sering nyeri selama atau setelah menyusui
2. Payudara yang terasa membesar bahkan setelah menyusui
3. Saluran susu tersumbat atau mastitis
4. Kelelahan karena menyusui terus-menerus dan bayi terlihat tidak kenyang

Sedangkan ASHA merilis pendapatnya, masalah ini dapat mempengaruhi pola makan bayi baik menyusui melalui payudara maupun botol. Yaitu:

1. Payudara

Perlengketan yang tidak memadai sehingga bayi harus melebarkan bibirnya untuk menciptakan hisapan yang cukup. Juga dapat menyegel di sekitar jaringan yang mencakup areola dan bukan hanya puting.

Sangat penting bahwa bayi mengambil jaringan payudara yang cukup untuk mengaktifkan refleks menyusu, merangsang reseptor sentuhan di bibir dan di rongga mulut posterior untuk mengekstrak cukup ASI tanpa melelahkan.

Ketika bayi menyusu lebih sedikit jaringan, rasa nyeri terjadi. Salah satu tandanya (tidak selalu ada) adalah adanya kalus (garis halus) di bibir atas bayi, tepat di garis tengah. Meskipun tidak selalu merupakan indikator masalah, biasanya terkait dengan lip tie atas.

2. Botol susu

Bentuk nipple botol dan dot baiknya dipilih dan disesuaikan untuk mengimbangi segel bibir yang buruk.

Agar proses menyusui tidak menyakitkan, buat bayi frustrasi, atau kenaikan berat badan yang buruk.

Situs ini juga menambahkan ciri khas bayi dengan masalah tersebut dapat terlihat pada:

1. Rasa kembung, mudah rewel kecerewetan karena kolik
2. Refluk atau gumoh berulang
3. Kelelahan mengakibatkan tertidur di payudara saat menyusui
4. Ketidaknyamanan bagi bayi dan ibu, sehingga menyusui menjadi lebih singkat
5. Perlu lebih sering menyusui sepanjang waktu
5. Koordinasi pola menghisap, menelan, bernafas yang buruk
6. Ketidakmampuan untuk mengambil dot, seperti yang direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics.

Permasalahan saat Mpasi dengan sendok :

1. Ketidakmampuan untuk membersihkan sendok dengan bibir atas
2. Asupan kalori yang tidak memadai karena inefisiensi dan kelelahan
3. Sensitivitas oral taktil sekunder terhadap stimulasi terbatas jaringan gusi yang tersembunyi di bawah dasi
4. Pembatasan bibir dapat mempengaruhi pola menelan dan menyebabkan gerakan motorik kompensasi yang dapat menyebabkan komplikasi tambahan

Permasalahan Mpasi dengan tangan :

1. Ketidakmampuan untuk memanipulasi makanan dengan bibir atas untuk menggigit, mengunyah dan menelan
2. Kemungkinan berkembang menjadi l, ragu-ragu atau selektif makan karena makan makanan tertentu itu menantang untuk dimakan
3. Pembatasan bibir dapat mempengaruhi pola menelan dan menggunakan strategi kompensasi (misalnya mengisap pipi untuk mendorong makanan ke posterior untuk ditelan) yang dapat menyebabkan komplikasi tambahan

Masalah Gigi dan Mulut:

1. Kerusakan gigi dini pada gigi atas di mana sisa susu dan makanan sering terperangkap
2. Kesenjangan yang signifikan antara gigi depan (lip tie)
3. Penyakit periodontal di masa dewasa
4. Kemungkinan perubahan gigi dengan metode kompensasi tertentu untuk mendorong bolus posterior untuk menelan, seperti mengisap jari.

 

Penanganan Tongue Tie, Lip Tie dan Buccal Tie

Dokter gigi Lawrence A. Kotlow, telah menciptakan sistem klasifikasi mengidentifikasi, menjelaskan, dan mempertimbangkan kebutuhan perawatan dengan lebih baik.

 

Dalam klasifikasi ini tidak semua level perlu dilakukan prosedur operasi.

Perawatan yang dilakukan untuk masalah lip tie dan tongue tie dapat menggunakan dua cara yaitu:

1. Frenotomi

Frenektomi adalah prosedur yang dilakukan untuk memotong jaringan tipis penghubung lidah ke dasar mulut atau gusi bagian atas mulut.

Ahli bedah akan melakukan frenotomi untuk meningkatkan pergerakan lidah.

2. Frenuplasti

Pada masalah ini, frenuloplasti merupakan prosedur memotong atau membuang frenulum bayi. Setelah itu, luka bekas operasi akan ditutup dengan jahitan.

Prosedur frenuloplasti dilakukan setelah bayi dibius. Operasi ini bisa dilakukan jika frenulum tebal dan memiliki banyak pembuluh darah.

Sedangkan untuk buccal tie, perlu penanganan ahli dikarenakan sifatnya yang tinggi resiko pendarahan. Buccal tie bisa tumbuh kembali bila setelah penanganan tidak melakukan perawatan yang rutin. Oleh karena itu pengawasan ahli sangat perlu.

Untuk masalah tongue tie pada kasus tertentu bisa mempengaruhi cara dan masalah komunikasi anak. Untuk itu perlu dipertimbangkan untuk konsultasi pada dokter tumbuh kembang dan terapi wicara.

 

(Nyanya)

 

Artikel : Berbagai Sumber

Foto : Google

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *