Apakah benar sering USG saat hamil berbahaya bagi janin?
Banyak sekali moms yang bertanya-tanya apakah USG berbahaya dilakukan saat hamil. Namun, apakah benar USG bisa berbahaya bahkan menyebabkan keguguran saat hamil?
Kita pelajari bareng yuk moms!.
Sebenarnya, apa sih USG itu?
Cleaveland Medical Center, dalam situsnya menyebutkan USG merupakan ultrasonografi, atau ultrasound, gelombang suara frekuensi tinggi dikirim melalui perut oleh alat yang disebut transduser.
Gelombang suara ini melalui proses rekam dan diubah menjadi sebuah tampilan video atau gambar fotografi bayi.
Situs ini menambahkan manfaat USG lainnya yaitu untuk menunjukkan gambar kantung ketuban, plasenta, dan ovarium.
Idenya berasal dari teknologi sonar, yang memanfaatkan gelombang suara untuk mendeteksi objek bawah air.
Dengan demikian, moms tidak perlu khawatir. Karena sampai saat ini belum ditemukan korelasi penggunaan USG pada tuli pada bayi ketika lahir.
Menurut American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), gangguan pendengaran adalah cacat lahir yang paling umum pada bayi baru lahir.
Keadaan ini diakibatkan oleh tabrakan Genetik, komplikasi pada masa kehamilan salah satunya infeksi virus
cytomegalovirus (CMV), dan kelahiran prematur.
verywellfamilly dalam tulisannya berpendapat bahwa USG dapat memberikan informasi penting kepada dokter tentang usia kehamilan dan kehidupan janin selama kehamilan.
Menurut situs tersebut, ultrasonografi merupakan cara yang sangat akurat untuk menentukan usia kehamilan.
Pada kehamilan normal, ultrasound dapat memberikan perkiraan usia kehamilan hingga akurasi lima hingga tujuh hari.
Dengan USG ketika seorang wanita mengalami gejala keguguran, dokter bisa menentukan apakah kehamilan itu masih dapat dipertahankan atau tidak.
Pendapat yang mengemukakan USG mengandung radiasi yang membahayakan bagi janin adalah tidak benar. Karena bersifat gelombang suara, bukan radiasi seperti X-ray USG direkomendasikan sebagai alat deteksi aman untuk ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
Jenis dan Perbedaan USG
Ada beberapa jenis USG yang dapat digunakan selama kehamilan yang disesuaikan kebutuhan masing-masing ibu hamil. Yaitu:
1. USG 2D
USG standar atau USG 2 dimensi merupakan yang paling umum dilakukan pada tes kehamilan.
USG ini berbentuk transduser yang diletakan pada perut untuk hasilkan gambar 2 dimensi kandungan moms, untuk mengukur usia, ukuran janin dan kondisi ketuban.
Walau sering disepelekan dan dianggap tidak sebaik 3D dan 4D, USG 2 dimensi dapat mendeteksi kelainan fisik bayi, dengan tingkat akurasi mencapai 80%.
2. USG Transvaginal
USG jenis ini merupakan teknologi ultrasound yang dapat mendeteksi kehamilan atau janin yang sangat kecil atau letaknya sulit agar terlihat lebih baik. Biasanya digunakan pada awal-awal kehamilan.
USG jenis ini sangat membantu untuk ibu obesitas untuk mengetahui dengan jelas detak jantung bayi dalam rahim.
Transvaginal juga dinilai mampu menilai adanya masalah pada rahim. Khususnya perubahan leher rahim yang berpotensi komplikasi kehamilan yang memicu keguguran atau prematur.
Situs Halodoc menambahkan, USG transvaginal lebih ditujukan untuk memeriksa organ reproduksi wanita, baik sebelum atau selama masa kehamilan.
Pemeriksaan dengan USG ini di luar masa kehamilan berguna untuk mendeteksi adanya pertumbuhan kista atau tumor pada ovarium, perdarahan pada Miss V, atau nyeri panggul yang tidak normal.
Namun, jenis USG ini hanya bersifat pelengkap bukan USG utama.
3. Advance Ultrasound
Pemeriksaan USG lanjutan / diagnosis Janin.
Ultrasonografi Anatomi Terperinci adalah jenis ultrasound khusus untuk menilai kelainan struktural/anatomi janin dan perkembangannya. Pemeriksaan ini dilakukan pada pusat perinatal oleh spesialis pemindaian ultrasound.
USG ini dikenal juga sebagai fetomaternal, karena dilakukan oleh spesialis fetomaternal. Sub spesialisasi yang berfokus pada deteksi dan mendignosis kelainan pada fetal (janin) dan maternal (ibu).
Pemeriksaan fetomaternal disarankankan untuk dilakukan pada kehamilan yang memiliki risiko tinggi seperti adanya kelainan jantung, diabetes, keguguran berulang yang tidak diketahui sebabnya, penyakit asma, paru, lupus, atau thalasemia.
4. USG 3D
USG 3D mampu mendeteksi pertumbuhan janin lebih baik dari 2D hingga bagian organ dalam. Karna gambarnya yang lebih jelas dan terlihat utuh dalam bentuk 3D.
Jenis USG ini bisa mengetahui terjadinya lilitan tali pusar hingga mendeteksi kondisi tulang janin yang bengkok.
USG ini dipercaya sebagai salah satu upaya yang dilakukan sebagai pencegahan dini masalah pada kehamilan baik ibu hamil maupun janin yang dikandung.
5. USG 4D
USG 4D atau real time merupakan teknologi canggih dimana gambar yang ditampilkan berupa 3 dimensi dan bergerak.
Moms bisa memperoleh video gerakan janin, ekspresi wajah janin dan keadaan janin. Oh ya, agar hasil maksimal disarankan pemeriksaan USG 4D dilakukan ketika struktur organ janin sudah terbentuk atau setelah usia kehamilan mencapai 26 minggu.
Dengan begitu, hasil yang didapatkan akan sesuai dengan harapan karena bagian tubuh janin moms bisa lebih terlihat dengan baik.
6. Doppler Imaging
Berbeda dengan doppler yang digunakan oleh bidan, Jenis USG ini bertujuan untuk mengukur seberapa baik darah yang mengalir di dalam tubuh bayi Moms.
USG ini disarankan bagi Moms yang memiliki tekanan darah tinggi atau pertumbuhan bayi dalam janin menjadi lebih lambat dari biasanya.
Dengan melakukan doppler image, dokter dapat memperkirakan kondisi aliran darah melalui tali pusat dan area tubuh janin lainnya, seperti otak dan jantung.
USG doppler dapat membantu memastikan apakah janin mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup melalui plasenta atau tidak.
Apakah USG benar-benar aman untuk janin?
Pakar dan ahli sepakat untuk saat ini tidak ditemukan masalah pada kandungan maupun bayi setelah dilahirkan akibat multiple USG atau USG yang dilakukan berkali-kali.
Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian antara lain:
Situs Webmd menjelaskan melakukan beberapa pemeriksaan ultrasound selama kehamilan tidak mungkin menyebabkan kerusakan jangka panjang pada janin yang sedang berkembang.
Situs ini menyimpulkan, menurut sebuah studi baru menegaskan keamanan jangka panjang dari prosedur yang umum digunakan. Studi lanjutan ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan jangka panjang dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang terlibat dalam studi awal (selama 10 tahun studi berjalan).
Peneliti mengatakan hasil ini harus memberikan jaminan bahwa beberapa USG prenatal tidak memiliki efek negatif pada pertumbuhan atau perkembangan janin.
Ultrasonografi aman untuk ibu dan bayi jika dilakukan oleh dokter. Karena ultrasound menggunakan gelombang suara daripada radiasi, ini lebih aman daripada sinar-X. Medis telah menggunakan USG selama lebih dari 30 tahun, dan mereka belum menemukan risiko berbahaya. Jelas situs March of Dime.
“Keamanan ultrasound telah ditetapkan dengan baik,” kata Dr. Allison Hill, OB-GYN and author of Your Pregnancy, Your Way, kepada Romper dalam sebuah wawancara email.
“Sebuah tinjauan terhadap lebih dari 50 penelitian medis menunjukkan bahwa ultrasound tidak menimbulkan bahaya bagi ibu atau janin. Mereka tidak menyebabkan cacat lahir, masalah perkembangan atau intelektual masa kanak-kanak, atau kanker,” ungkap situs Ccrmivf.
Dokter Hills menambahkan memang benar adanya USG dapat meningkatkan resiko panas 1,5 derajat dari sebelumnya. Namun, bila USG tersebut dilakukan nonstop selama 4 jam. Sehingga melakukan berkali-kali dengan durasi singkat saat konsultasi dengan dokter tidak ada pengaruh resiko panas sama sekali dikarenakan durasinya pendek.
WHO menguatkan argumen para ahli dengan pengumpulan data pada pencarian elektronik yang dilakukan telah berhasil mengidentifikasi 6716 kutipan, dan 19 diidentifikasi dari sumber sekunder. Sebanyak 61 publikasi melaporkan data dari 41 studi yang berbeda dimasukkan: 16 uji coba terkontrol, 13 kohort dan 12 studi kasus-kontrol.
Ultrasonografi pada kehamilan tidak terkait dengan hasil ibu atau perinatal yang merugikan, gangguan perkembangan fisik atau neurologis, peningkatan risiko keganasan pada masa kanak-kanak, kinerja intelektual di bawah normal atau penyakit mental.
Menurut uji klinis yang tersedia, ada hubungan yang lemah antara paparan ultrasonografi dan tidak kidal pada anak laki-laki (rasio odds 1,26; 95% CI, 1,03-1,54).
Pada penelitian dan pencarian yang dilakukan WHO seluruhnya diatas, kesimpulannya,
menurut bukti yang ada, paparan ultrasonografi diagnostik selama kehamilan aman sesuai yang tertulis pada situs WHO tahun 2009.
Baby center UK menegaskan, studi tidak menemukan hubungan antara USG dan berat lahir, kanker masa kanak-kanak, disleksia, atau masalah dengan penglihatan atau pendengaran.
Dikarenakan efek buruk USG tidak ditemukan kebenarannya, Moms tidak perlu khawatir lagi untuk melakukan USG saat memeriksa kandungan ya.
(Nyanya)
Sumber : berbagai sumber
Foto : berbagai sumber