WE ARE THE GREAT TEAM

WE ARE THE GREAT TEAM

Seperti layaknya ibu baru, ditengah sakitnya luka abis operasi cesar, aku berusaha menyusui anakku. Ya sejak hamil aku memang sudah sibuk mencari semua informasi tentang kesehatan bayi. Dulu kupikir menyusui sesimple tulisannya, keluarkan payudara, masukan kemulut bayi, selesai. Tetapi siapa sangka justru perjuangan baru dimulai, bayiku menangis keras, mungkin haus, sementara Asiku tak kunjung keluar ditambah puting yang mandep kedalam. Anakku berusaha, aku berusaha, tapi asinya tak kunjung keluar. Ah, bukankah bayi bisa bertahan 2-3 hari di kehidupan pertamanya tanpa makanan kan? Bukankah bayi menangis bukan hanya karena lapar, tapi banyak faktor lain yang mungkin membuatnya tidak nyaman..

Entahlah, yang aku tau sekarang bayiku menangis tanpa henti siang dan malam sehingga membuat seluruh perawat selalu berjaga di kamarku, membuatku, suamiku, papa dan mamaku panik. Mama yang selalu berusaha menenangkanku, papa yang berusaha menenangkan bayiku hingga akhirnya di hari ketiga, tepat disaat kami diperbolehkan pulang, bayiku demam tinggi sehingga harus di rawat. Ya Allah betapa perihnya hatiku melihat bayi semungil itu ditusuk jarum untuk diambil darahnya, ingin rasanya aku yang menggantikan  posisinya. Tenang ya Nak, Mama akan berusaha memberi yang terbaik buatmu.  Akhirnya aku pulang tanpa bayiku, dan suami menandatangani surat pemberian susu formula untuk bayiku. Di rumah, aku berusaha memompa asi. Awalnya beberapa tetes selama 30 menit, tak putus asa ku pompa lagi sepuluh menit kemudian, berhenti lalu pompa lagi sampai akhirnya aku melihat cairan kuning itu didasar botol, golden liquid yang kutunggu dari hari pertama aku menyandang status menjadi seorang ibu.. Alhamdulillah asiku sudah keluar, tetapi muncul masalah lain, pihak rumah sakit mengabarkan bahwa anakku alergi susu formula dan cenderung tidak mau minum susu. Pihak rumah sakit meminta kami segera mengirimkan asi.

Panik, pasti tapi orang tuaku berusaha menenangkanku, memberi makanan yang dipercaya melancarkan asi, dan jadilah kerjaanku di hari pertama dirumah cuma makan dan pumping, hehehe.. Akhirnya terkumpul setengah botol kaca hari itu, sekitar 40ml untuk dibawa kerumah sakit., begitu terus sampe akhirnya anakku diperbolehkan pulang di hari ke tiga. Tetapi masalah baru pun datang, ketika berusaha menyusui anakku, putingku pun lecet dan luka, perih tak terkira sampai aku merasa setiap jadwal menyusui adalah waktu yang menyiksa. Karena gak tahan sakit ditambah putingku sudah luka dua-duanya akhirnya aku kembali memompa asi dan memberikan ke anakku melalui dot, jadi aku memompa 2 jam sekali sesuai  jadwal menyusu anakku.

Kurang tidur, capek, pegal karena harus memompa setiap 2 jam sekali sepanjang hari membuatku berubah menjadi monster. Aku pernah memberikan bayiku ke mamaku agar aku bisa tidur disaat bayiku nangis, aku gak peduli, aku capek dan bayiku tak berhenti menangis. Pelan- pelan mama menasehatiku dan mengajarkan “cara menjadi seorang ibu”. Dua minggu dirumah akhirnya aku harus kembali ke kota tempatku bekerja, memulai rutinitas memompa untuk stok selama anakku kutinggal bekerja nanti. Aku rutin memompa asi setelah anakku menyusu dan akhirnya 30 botol terkumpul dan kini datanglah saatnya kembali bekerja. Diusia anakku yang ketiga bulan, masalah lain datang, tiba tiba bagian payudaraku sakit, aku memang tidak pumping selama 6 jam karena tadi ada rapat mendadak, sampai dirumah kucoba memompa payudaraku tapi yang ada malah putingku lecet dan payudaraku bengkak, memerah dan sekeras batu.

Aku  cuma bisa menangis saat mertuaku mengerok payudaraku yang bengkak itu. Mungkin karena penanganan awal yang tidak tepatlah akhirnya mastitis ini menjadi penyakit langgananku. Setidaknya seminggu dua kali aku pasti merasakan payudara yang bengkak, sekeras batu dan memerah. Tak jarang payudaraku mengeluarkan darah bahkan nanah ketika aku memijit dan mengompresnya disela tangisanku. Setiap mastitis menyerang aku selalu datang ke dokter kandungan langgananku dan mandapatkan obat demam plus pereda nyeri.

Dokter itu pun berulang kali menawarkan obat pengering asi agar payudaraku tak sakit lagi dan selalu kutolak. Akhirnya seorang kenalan dari grup Exlusive Pumping Mama Indonesia menyarankanku untuk ke rumah sakit swasta yang ada klinik laktasinya (Itu adalah klinik laktasi satu-satunya dikota kami) dan mastitis ini kualami sampai anakku berumur 15 bulan. Karena trauma dengan sakitnya mastitis, aku selalu mematuhi jadwal memompa asi yang kubuat sendiri, tak peduli dimanapun dan kapanpun. Lagi meeting, lagi pengawasan, lagi bertemu penguna jasa, di mobil, lagi melakukan pengawasan ke kandang ayam, kandang sapi, tak satupun kulewatku waktu memompaku, sampai rekan kerjaku sudah paham banget melihatku dengan gembolan cooler bag beserta perlengkapannya.

Bersyukur akhirnya aku berhasil, anakku sekarang sudah berumur 2 tahun 2 bulan dan sampai sekarang masih menyusu disaat aku di rumah, kami belum berhasil WWL (weaning with love), menyapih dengan cinta dan ini menjadi targetku selanjutnya setelah target menyusui ekslusif 6 bulan (gak bisa dikatakan ekslusif juga sih karena Althaf minum 20ml susu formula di awal kehidupannya, tapi aku tak peduli, toh ini juga karena alasan medis dan menurutku 20ml susu formula itu tak menggugurkan predikat asi ekslusif anakku), berhasil memberinya MPASI home made tanpa gula garam sampai anakku berusia setahun, dan berhasil memberikan asi selama 2 tahun. Sungguh anugrah Allah yang terbesar buatku. Ya kita berhasil nak. We are the great team..

Kisah inspiratif oleh :
Bunda Sandella Dewi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *