Setiap ibu menginginkan anak yang dilahirkannya dalam kondisi sehat, normal tanpa kekurangan sedikitpun. Takdir Allah seringkali berbeda dengan keinginan kita. Saat bayi saya lahir, jangankan IMD bahkan dokter tak memperlihatkannya pada saya meski saya meminta minta. Ada apa dengan bayi saya? Bagaimana kondisinya? Ada perasaan yang muncul bahwa anak saya berbeda dengan bayi lainnya.
Saya paksa suami saya untuk bercerita, mengalirlah cerita kondisi bayi saya bahwa ia memiliki kelainan Celah Bibir Langit Mulut dan Gusi (CBL). Kaget, sedih, bingung bercampur menjadi satu. Saya istigfar dan mencoba mengingat bahwa Allah yang memiliki kuasa. Allah sebaik baiknya penjaga dan pelindung.
Muhammad Rifqy Emirkariim Hippy. Setelah saya tahu kondisi Rifqy, saya minta suster untuk membawa Rifqy pada saya karena saat itu saya belum bisa bergerak. Namun permintaan saya ditolak. Saya kesal dan marah,saya minta suster menanyakan kembali kedokter namun tetap dokter anak tak mengizinkan saya melihat.
Perjuangan saya dimulai. Malam itu meski setelah operasi ,SC saya tak tidur dan mencari solusi yang bisa dilakukan ke depan utk Rifqy, tahapan apa yg mesti kami jalani. Saya browsing tentang proses menyusui bayi CBL. Disitu saya menyadari bahwa bayi CBL jarang menyusu langsung kebanyakan lewat feeder. Namun, tekad saya bulat utk bisa tetap ASIX. Satu satunya jalan adalah memberi ASIP. Saya mencari info tentang pemberian ASI pada bayi CBL, tentang perah ASI, penyimpanan ASI,dan segala hal tentang ASI perah. Saya juga mencari tahu penanganan medisnya, dokter bedah, komunitasnya dll.
Keesokan paginya saya juga belajar cara memerah ASI dgn tangan dari teman saya yang datang menjenguk . Awal awal ASI yg keluar hanya beberapa tetes meski sudah perah 1 jam. Ketika dapat 1 ml, saya berikan ke suster untuk diminumkan pada Rifqy. Duh ya Allah, malah dapat kata kata ‘cuma segini?’ Saya keukeuh meminta suster untuk memberikan ASI tersebut . Sempat diragukan oleh suster karena saat itu kebutuhan Rifqy sekitar 8cc. Kemudian, saya konsisten perah tiap 2 jam. Tidur hanya sekitar 10 menit dan terkadang tidak tidur. Waktu perah dari kedua payudara berkisar 1-1.5 jam supaya ada hasil ASI
Saya baru bisa menemui Rifqy hari kedua setelah bisa berjalan. Bahagia sekali. Produksi ASI dari 1 ml kemudian meningkat 5ml, 10 ml, 50 ml dan ketika saya pulang 1minggu kemudian setiap perah bisa menghasilkan 100 ml hingga saya punya stok ASIP. Sehingga saat pulang ke rumah, ada ASIP yg menjadi stok dan ada yg dikonsumsi. Alhamdulillaah bersyukur sekali. Ketika di RS bagaimana Rifqy menyusu? Rifqy dulu menggunakan sonde (selang sampai ke lambung) yg membuat bibir nya iritasi. Saya sampaikan ke dokter kalau saya ada dot khusus anak CBL tp karena dokter blm pernah menangani , dokter dan suster tidak berani. Sampai di rumah, Rifqy tarik keluar sonde nya sendiri, yang membuat saya nekad belajar cara meminumkan ASI utk anak CBL via youtube. Memang berbeda, badan bayi mesti setengah duduk dan agak tegak 45 derajat supaya tidak tersedak. Dotnya pun khusus, dimana aliran susu nya bisa diatur. Tidak bisa dibilang dot sih, bentuknya saja yang seperti dot namun lebih ke feeder. Saat ini Medela dan Pigeon yg mengembangkan dot khusus CBL. Rifqy kala itu memakai M karena lebih awet.
Saat beradaptasi dgn keadaan baru, kondisi Rifqy yg butuh penanganan khusus,sedikit baby blues, mesti belajar ini itu, luka jahitan SC yg masih amat terasa, gerak terbatas, tetap mesti perah tiap 2 jam, kondisi emosi naik turun, kondisi fisik belum pulih, ditambah mesti berdamai dgn pikiran dan perasaan karena mendengar keluarga dekat meragukan Rifqy sebagai anak saya dan mempertanyakan kemungkinan tertukar serta menyatakal hal tidak enak lainnya, lalu kabar duka datang. Ayah saya meninggal 1 minggu pasca saya melahirkan. Perasaan saat itu tak tergambarkan. Shock
Jika ada yang bertanya apa Rifqy pernah mencoba menyusu langsung? Ya, Rifqy pernah mencoba menyusu langsung. Meski daya hisapnya lemah, ia mau mencoba. Bahagia hati saya saat itu. Namun disatu kesempatan tiba tiba ia tersedak walau menyusu dengan posisi setengah duduk, gelagapan dan tidak bisa bernafas hingga agak membiru. Mungkin karena aliran ASI yang terlalu deras. Semenjak itu saya tak pernah menyusui ia secara langsung. Mungkin saya penakut tapi pernah melihatnya membiru membuat saya tidak mau bermain main dengan nyawa anak saya sendiri.
Operasi pertama Rifqy adalah operasi bibir diusia 10minggu. Alhamdulillah ia mencapai BB yang diharapkan yakni 5kg, walau hanya ASI. Setelah operasi, Alhamdulillah lekas pulih dan daya tahan tubuhnya bagus. Meski awal-awal setelah operasi sempat beradaptasi untuk menghisap. Saat itu kebutuhan ASIPnya mencapai kurang lebih 1.2L.
Saat berumur 4 bulan, Rifqy mulai tidak mau ASIP beku atau yang sudah ditaruh dikulkas. Ia lebih memilih yang baru diperah. Stok 300an botol saya habiskan amat sangat pelan pelan dgn diminumkan bergantian dengan yang segar. Di usia nya yg 11.5 bulan Rifqy menyusu sebanyak 7-8x dimana tiap menyusu sekitar 150-200ml.
Sewaktu Rifqy belum operasi, saya pernah bercita-cita untuk melakukan relaktasi. Dokter bedahnya menyarankan untuk menyusui langsung 3 bulan pasca operasi. Setelah 3 bulan, saya mencoba merelaktasi, namun Rifqy menolak. Setiap kali saya membuka baju dan menyodorkan payudara, ia menolak menggelengkan kepala dan menutup baju saya. Begitu terus menerus. Daripada saya stres, akhirnya saya tetap Exclusive Pumping hingga kini Rifqy berusia 21 bulan. Walau Rifqy sudah jarang menyusu dalam sehari karena banyak makan, Alhamdulillah Allah masih memberikan rezeki ASI untuk Rifqy.
Kisah inspiratif oleh :
Bunda Gita Lestarini