Perjuangan Menyusui si Kembar Nata dan Sasa

Perjuangan Menyusui si Kembar Nata dan Sasa

16 Oktober 2014 pukul 23.45 WIB diriku bangun seperti biasa untuk kekamar mandi. Alangkah kagetnya ketika kasur sudah penuh dengan air. Awalnya kukira hanya sedang mengompol, siapa menduga bahwa itu air ketuban pertanda anak-anakku akan lahir ke dunia. Kutelpon suamiku mengatakan bahwa aku keluar cairan banyak sekali setengah jam kemudian barulah suamiku tiba dirumah. Kami bergegas ke rumah sakit bersalin tempat biasa aku memeriksakan kandungan, tanpa persiapan apapun.

Pukul 01.00 dini hari aku menerima tindakan mulai pemasangan infus, pengambilan sampel darah,  suntikan pematangan paru, dan injeksi antibiotik, ya saat itu kandunganku baru 30 minggu 2 hari. Setelah semua selesai dilakukan dan kondisiku stabil,  aku dipindahkan keruang rawat. Sayangnya semua ruang rawat penuh kecuali kelas 3,  akhirnya aku dititipkan diruang rawat kelas 3 hingga ruanganku tersedia.

Pagi hari aku baru bertemu dokterku,  beliau belum visit saat itu. Hanya sedang mengecek kelengkapan alat rumahsakitnya, sambil berkelakar untuk menenangkanku,  beliau menegaskan bahwa akan diusahakan mempertahankan bayiku hingga usia kandungan matang. Tapi rencana manusia hanyalah sebuah rencana,  setelah injeksi penguat paru yang ke 3 ternyata sudah bukaan 8. Pukul 17.45 aku masuk VK,  saat itu bukaan lengkap. Nata dan Sasa lahir 15 menit kemudian dengan jarak kelahiran 15 menit.

Bahagia sekaligus sedih saat itu, bahagia karena telah melahirkan sepasang bayi yang lucu, sedih karena rencana kelahiran yang indah gagal total. Ya,  setelah mengetahui aku sedang mengandung bayi kembar banyak sekali rencana yang kususun,  seperti IMD dan persiapan menyusui walau saat itu diriku masih tergambar bahwa memiliki anak kembar akan tetap membutuhkan susu formula. Nata  mengalami gagal nafas sesaat setelah dilahirkan,  bahkan diriku belum sempat melihat wajah mereka ketika dilarikan ke NICU.

Aku bersyukur bertemu dokter kandungan dan dokter anak yang menyuportku untuk memberikan ASI. Dokter kandunganku terus menyemangatiku untuk memerah ASI selama twin masih di NICU. Aku bertemu twin di hari kedua kelahirannya, nafasnya sangat dalam saat itu dan mereka masih dipuasakan. Hari ketiga aku boleh pulang ke rumah,  tapi twin masih berjuang di rumah sakit. Selama twin dirawat,  kulakukan exclusive pumping sehingga ketika nanti ketika mereka pulang harapanku aku mampu menyusui bayiku. ASI hasil perahankupun ku kirim setiap hari ke rumah sakit. ASIku mencukupi dan aku bahagia.

Untuk mengurangi rasa jenuhku,  aku mulai mencari grup-grup yang mendukung proses menyusui dan luar biasa inilah yang membuatku yakin untuk menyusui Nata dan Sasa hingga detik ini tanpa tambahan asupan susu formula. Perjuanganku belum sampai di sini,  22 hari twin di rawat dan pulang dengan tidak bisa menyusu langsung karena puting payudaraku terlalu besar untuk mulut mereka. Aku mulai stress mendengar tangis mereka,  belum lagi perasaan takut kehilangan mereka juga suami yang belum berdamai bahwa dia seorang ayah.

Jadwal pumping mulai kacau,  ASI mulai berkurang,  rumah tangga kacau karena merasa terabaikan satu sama lain,  belum lagi masuknya pihak ketiga. Aku ingin bunuh diri. Kuurungkan niatku karena mendengar tangis anak-anakku,  kubuka stok ASIP tinggal 12 botol lagi. Mulai kutata lagi hatiku,  ayo kita memerah. Sedikit demi sedikit stok ASIPku bertambah. Aku bahagia. Usia 4 bulan aku dicoba lagi. Nata mengalami infeksi telinga penyebabnya si jahat DOT. Dan ini adalah awal baru,  mari relaktasi. Relaktasi bukanlah hal yang mudah,  twin terus saja menangis. Tapi aku harus kuat. Ku awali relaktasi dengan skin to skin,  kupaksa mereka menyusu langsung walau ditolak. 5 menit kemudian ku berikan asip dengan media sendok, terus menerus kuulangi. Dan di hari ke 5 Sasa sudah pandai menyusu disusul nata di hari ke 7.

Hal yang paling pertama ku syukuri adalah ternyata menyusui langsung lebih mudah dari pada exclusive pumping. Walaupun pola tidurku berubah. Awalnya aku menyusui bayi secara bergantian,  namun ketika semua menangis aku sangat stress dan sulit tidur. Belum lagi suami masih belum mendukungku dengan baik,  beliau marah saat anak-anak rewel tapi sangat mendukungku memberikan ASI saja. Lalu tanpa sengaja diriku melihat iklan bantal menyusui,  dan dari sana aku belajar cara tandem nursing menggunakan alat yang ada di rumah. Buatlah lingkaran dengan bantal kepala disekeliling badanmu dan taruhlah bayi di bawah ketiak kanan dan kiri dengan kepala sejajar payudara ibu. Dan itu sangat menolongku. Aku bisa tidur lebih baik dan stresku agak berkurang. Namun ada hal lain yang ku sedihkan,  semua orang termasuk mertua dan ibu kandungku meragukanku, mereka masih menganggap bahwa aku butuh susu formula. Walaupun seiring waktu mereka percaya bahwa ternyata aku bisa menyusui mereka. Diusia twin 6m, aku dan suami mulai berdamai dengan keadaan. Kami mulai menyesuaikan diri dan mulai jadi tim yg solid. Dia bertugas untuk mengedukasi mertuaku hingga bisa mempercayakan pengasuhan anak-anak padaku. kini usia mereka 28m dalam proses WWL, aku,  suamiku,  mertua,  dan ibuku masih jadi tim solid untuk mendukungku melakukan WWL. Terimakasih keluargaku.

Kisah inspiratif oleh :
Bunda Gusty Ayu Devy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *