NWP dan Tandem Nursing

NWP dan Tandem Nursing

Kembali mendapat amanah untuk hamil, di saat usia anak pertama baru saja menginjak 4 bulan, terasa sangat…. Apa ya? Wondering. Apakah saya mampu mengasuh dua bayi? Bagaimana nasib anak pertama saya nantinya? Apa saya harus berhenti menyusuinya dan menuruti omongan orang-orang? Bagaimana juga perhatian saya untuk kedua anak ini kelak? Apa saya harus menyusui mereka bersama-sama? Caranya? Serba bertanya-tanya. Dan ternyata saat dijalani, semuanya tidak serumit yang dikhawatirkan. Setelah mendapat persetujuan dari obgyn saya kala itu, saya semakin membulatkan tekad, bahwa si kakak tidak boleh berhenti menyusu hanya karena saya hamil. Saya tahu, ada resiko yang akan saya hadapi jika saya nekad melakukannya. Dari resiko medis, hingga resiko disebelin sama orang. Hehe…

Alhamdulillah, selama hamil kedua, saya sama sekali tidak berhenti menyusui si kakak, karena memang tidak ada masalah medis apapun yang saya alami. Hanya saja saat menginjak trimester akhir, prosduksi ASI mulai berkurang drastis. Terpaksa, saat si kakak jatuh sakit, saya memutuskan untuk menyambung dengan susu formula demi terpenuhinya asupan gizi.

Menyusui Dua Bayi

Selama hamil, hingga si adik lahir, saya tidak pernah absen sehari pun untuk menyusui si kakak. Bahkan pagi hari setelah malam harinya saya lahiran, si kakak sudah menyusul saya di tempat bidan, dan langsung menyusu pada saya setelah semalaman tidur tanpa saya. Begitu pulang ke rumah, saya mulai sedikit bingung. Bagaimana cara saya menyusui ya? Akan sangat melelahkan sekali jika menyusui secara bergantian.

Saya buka Youtube, cari artikel di Google, minta pendapat suami. Akhirnya saya putuskan, bahwa saya harus mencoba menyusui dua bayi ini secara bersamaan. Si adik lahir saat si kakak baru mau menginjak 1 tahun, dan belum bisa berjalan, tapi sudah merangkak dengan cepat. Asumsi saya, tulang-tulangnya sudah sempurna. Maka saya iringkan badan saya ke kiri, menyusui si adik. Kemudian si kakak telungkup di atas saya untuk menyusu. Awalnya ribet. Tapi melihat si kakak yang tidak ada masalah dengan itu, saya jadi lega.

Satu hal yang saya pastikan di awal-awal kelahiran si adik, adalah tiap si adik minta ASI, saya harus langsung memberikannya tanpa menunda. ASI harus lebih banyak diminum adik, untuk memastikan bahwa si adik mendapatkan kolostrumnya.

Saya tidak menyusui kedua bayi saya bersamaan dengan cara duduk. Selalu sambil tiduran, dengan saya memiringkan badan menghadap si adik. Entahlah, saya merasa dengan begini saya lebih rileks. Karena dengan posisi ini, saya bisa sembari berselancar di dunia maya, atau malah tertidur pulas. Hehe… Sedangkan jika dengan posisi duduk, saya pernah melakukannya dan merasa sangat tidak nyaman. Mungkin akan sangat berbeda dengan ibu-ibu yang lain ya.

Sekarang, usia adik sudah hampir 6 bulan, dan si kakak hampir 18 bulan. Saya masih melakukan tandem. Hingga kapan? Hingga si kakak siap untuk disapih, entah di usia berapa nanti. Saya masih menikmati peran saya sebagai ibu dari dua bayi yang seringkali harus menyusu secara bersamaan.

Kisah inspiratif oleh :
Bunda Ninik Nastiti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *