Apa yang kalian rasakan saat sudah lama menikah tapi belum juga dikaruniai anak? Berapa banyak kalian dengar kata sabar diucapkan? Berapa banyak teman, saudara dan keluarga yang selalu saja mempertanyakan hal yang sama “udah ngisi belum?”.
Aku.. Aku 6 tahun.. Ya, 6 tahun dengan setia mendengar pertanyaan, ejekan atau bahkan cibiran. Mungkin bagi sebagian orang ini belum seberapa, tapi bagi aku 6 tahun sudah cukup lama.. Setelah pernah keguguran 1 kali di Desember tahun 2012, Alhamdulillaah Agustus 2013 aku diberi kesempatan lagi untuk bisa mengandung buah cinta kami.
5 Mei 2014 lahirlah seorang bayi mungil buah hati kami dengan selamat lewat proses operasi. Kenapa operasi? Menurut 2 dokter yang aku datangi, dengan infertilitas lebih dari 5 tahun dan usia diatas 30 tahun, lebih baik SC untuk mengurangi tingkat resiko bagi ibu dan bayi. Karena kami sudah lama menunggu, jadi kami pikir it’s ok, karena per vaginam atau sc toh sama lahiran juga. Bayi mungil yang kami beri nama Dzakiyya Shafwatunnisa Wirawerdhana ini lahir dengan BB 2.442gr dan PB 46cm, sempet cek ini itu untuk memastikan kondisi nya, karena termasuk BBLR.
Hari pertama ASI belum keluar sama sekali, Kiyya udah nangis kejer nyari nenen. Walaupun belum ada ASI nya, tapi aku diajarin suster dan bidan untuk tetap disodorin nenen biar baby kenal dulu. Dibantu pijit sama suster RS tapi belum keluar juga, dan disini aku baru tahu kalau ternyata aku ini FLAT NIPPLE. “ya ampun bu ini sih putingnya ga ada sama sekali, tapi ntar kita tetep coba ya, semoga adeknya pinter tetep bisa nyusu”. Oh my, kenapa aku ga sadar kalo putingku ga ada? Bingung, resah dan gelisah. Tapi Alhamdulillaah Suster dan bidan RS tetep ngebantu aku biar si baby bisa dapet ASI., kata pihak RS, bayi bisa bertahan sampai 3x24jam. Putingku ditarik pakai Nipple Puller, subhanallaah rasanya sakiiiiitttttt sampe teriak dan nangis minta ampun. Kataku, “udahlah sus, aku sendiri aja nanti, sakit banget ini” (padahal aku ga tahan karena sakit). Sampai malam kiyya belum dapet ASI aku, disosdorin dia mau, tapi begitu tau ternyata ngga ada isinya, nangis kejer banget. Aku sedih, nangis, kecewa sama diriku sendiri.
Alhamdulillaah dikelilingi keluarga yang sangat sayang dan peduli. Di RS aku dibuatin sayur katuk sama bibi, di beliin obat pelancar ASI sama suami dan dipijit oksitosin. Hari kedua suami sudah hampir putus asa, bagaimana kalau kiyya haus, lapar, dan sakit? Apa kita kasih susu formula aja? Aku jawab, “Jangan ayah, Insyaa Allaah ASI ibu keluar, kata suster sama bidan bayi baru lahir bisa tahan sampai 3x24jam walaupun belum mimik ASI. Sambil terus usaha, puji syukur kepada Allaah, malamnya tiba-tiba bajuku basah. Masyaa Allaah ini ASI kah? Begitu kuintip, ah iyaa ada air di payudaraku yang menetes-netes, alhamdulillaah akhirnya ASI ku keluar juga, tapi kiyya tampaknya sudah tak semangat. Kiyya tidur terus dan malas untuk menyusu, sampe aku yang nangis membangunkannya.
Ternyata bilirubin Kiyya di angka 17, duh gusti apa lagi ini. Aku udah boleh pulang, tapi kiyya masih harus di sinar. Sedih lagi nangis lagi, akhirnya diputuskan aku ngga akan pulang sampai kiyya juga pulang. Inilah saat pertama aku pumping dengan BP elektrik punya RS, alamak sakitnya ga nahan, nipple juga jadi merah merekah. Singkat cerita, BP diganti sama yang manual alhamdulillaah lancar jaya. Kiyya mimik pake sendok, karena katanya kalau pake dot khawatir bingung puting.
Cuti tinggal 1 bulan lagi, baru ngeh kalau belum ada stok ASIP buat kiyya kalau ditinggal kerja. Alhamdulillaah sekali lagi beruntung dikelilingi orang-orang yang sangat peduli dan sayang sama kami, ada seorang teman yang menghadiahkan Breast Pump Manual. Berbekal BP itulah, aku kumpulkan tetes demi tetes ASIP untuk kiyya, dengan harapan kiyya mau minum ASIP tapi juga masih mau tetap menyusu langsung dari payudara ku.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Si nipple ternyata ngga nongol-nongol juga, dia masih tetep ngumpet (yang keliatan cuma ujungnya aja), hehehehehe. Payudara bengkak, puting lecet berdarah merah merekah, puting ngumpet, GS, pumping di perjalanan, pumping di mobil yang isinya cowok semua, pumping di meja kerja, pumping saat rapat, pumping di angkutan umum, pumping di bis jemputan, itu semua sudah pernah terjadi dan dilakukan.
Saat ini usia Dzakiyya sudah 2 tahun 9 bulan 16 hari, aku sudah ngga pumping tapi Kiyya masih menyusu langsung. Entah sampai kapan kami berdua siap menyapih dan disapih. Nah, siapa bilang Ibu dengan FLAT NIPPLE itu tidak bisa menyusui? Yang harus diingat dan diperhatikan adalah : Menyusui itu bukan di puting tapi di Areola, daerah gelap di sekitar puting payudara. Jadi puting datar pun bisa sukses menyusui jika perlekatan bayi nya benar.
Menyusuilah dengan keras kepala, yakin kita berdua (ibu dan bayi) bisa melewati masa 2 tahun yamg singkat ini. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Minta dukungan dari keluarga terdekat, terutama suami. Karena berjuang tanpa mereka itu akan terasa lebih berat.
Masalah medis Insyaa Allaah bisa diatasi, bisa diobati kalau memang ada niat untuk memperjuangkannya. 2 tahun itu cukup singkat untuk seorang ibu bisa menyusui anaknya, karena kita tidak tahu kapan kita berpisah, kapan anak kita meninggalkan kita dan kapan kita meninggalkan anak kita. Selagi masih bisa diusahakan, usahakanlah. Selagi masih bisa dijalani, jalanilah. Selagi masih ada waktu, lakukan dan berikan yang terbaik untuk buah hati kita, berikanlah ASI, golden liquid yang mungkin saja bisa berhenti setiap waktu, atau malah bisa menjadi berlimpah tanpa kita minta. Semoga bisa diambil manfaatnya. Terimakasih.
Kisah inspiratif oleh :
Bunda Fielda Ermafhiaranny