Perkenalkan nama saya Lara Setiari, 33 tahun. Saya ibu 2 orang putri, yang pertama Mei besok usia 5y. Dan yang kedua saat ini usia 13 bulan. Saya ingin berbagi kisah menyusui anak kedua saya yang tidak mudah bagi saya, karena saya harus terpisah dari anak. Tapi alhamdulilah hingga tulisan ini saya buat, saya masih diberikan kesempatan untuk tetap memberikan asi bagi anak saya. Saya gagal memberikan asi untuk anak pertama saya, penyebabnya karena kurangnya ilmu tentang per-Asi-an. Karena itu pulalah di trimester akhir kehamilan kedua kemarin saya mendatangi klinik laktasi dan menceritakan tentang kegagalan saya di anak pertama dan ingin berhasil di anak kedua ini. Singkat kata saya pun di jelasin A-Z tentang dunia per-Asi-an.
Dan akhirnya lahirlah anak kedua saya. Setelah melahirkan, asi saya tidak langsung keluar. But is OK, berbekal ilmu dari klinik laktasi saya pun nggak worry dan intinya tetap disusukan. Alhamdulilah akhirnya saya pun lancar menyusu dan bisa nyetok asip persiapan masuk kerja. Hingga suatu ketika, pada saat adek usia 5 bulan saya dimutasikan ke kota lain. Syok, bingung, sedih, campur aduk. Surat penundaan mutasi sudah diajukan, tetapi ditolak. Setelah mengulur-ngulur waktu selama kurang lebih satu bulan, akhirnya dengan berat hati saya tetap harus berangkat. Kebetulan saya tidak perlu kost karena ada rumah saudara yang kosong jadi bisa saya tempati dan alhamdulilah ada kulkas disana.
Hari-hari pertama adalah episode drama bagi saya.. Kenapa?? Tiap hari selalu saja saya menangis, pengen resign aja rasanya. Hasilnya apa? Hasil pumping droooopp…. Untungnya suami dan ibu saya selalu support saya dan selalu menguatkan saya. “Ayooo… Ami pasti bisa”. Butuh perjuangan, support dan kekuatan luar biasa dari orang-orang disekitar hingga akhirnya di minggu berikutnya saya mulai bisa terima kenyataan dan mulai bangkit bahwa saya pasti bisa dan mampu untuk tetap berjuang mengAsihi anak saya walaupun terpisah jarak kurang lebih 110km. Perlahan-lahan supply asi mulai kembali normal. Terimakasih yang tak terhingga pokoknya bagi suami saya dan juga ibu saya hingga saya bisa mampu melalui ini semua.
By the way, dulu saya punya impian untuk punya se freezer asip seperti ibu-ibu diluar sana, apa daya keadaan tidak berpihak pada saya. Asip yang saya bawa pulang minggu ini akan habis dalam seminggu dan di refill lagi minggu depannya, begitu seterusnya… Saya menyebut diri saya sebagai “eping jadi-jadian”. Kenapa?? Karena di hari kerja saja saya eping, sedangkan weekend saya direct breastfeed. Bagi saya, manajemen stress itu sangat penting. Terutama bagi saya ketika harus terpisah dengan anak, eping pula. Banyak tantangannya. Rasa kangen, rasa bersalah karena tidak bisa bersama setiap saat. Belum lagi kadang suka skip jadwal pumping. Pernah beberapa kali kelupaan dan skip jadwal, akhirnya payudara bengkak dan demam. So, buat ibu-ibu eping jangan sekali-kali skip jadwal deh, akibatnya ituloh bikin aduhai….
Setiap weekend saya pulang dengan menggunakan kereta api dengan menenteng cooler box yang lumayan berat buat saya, banyak cerita yang menyertainya. Yang paling sering adalah saya dikira nakes yang sedang bertugas, bahkan pernah pula saya hampir diperiksa oleh polsuska karena curiga dengan bawaan saya. Ketika saya bilang isinya asi, mereka hanya mengerutkan dahi dan akhirnya membiarkan masuk, hehehehehe….. Salah satu cerita yang paling berkesan adalah ketika saya bersebelahan dengan seorang ibu, yang kemungkinan seusia ibu saya. Saya lupa bertanya nama kepada beliau. Beliau menanyakan apa isi box yang saya tenteng itu, dan ketika tahu bahwa itu asip beliau sangat kaget. Putri beliau juga seorang WM, saat ini sedang hamil. Dan beliau bertanya panjang lebar seputar pengalaman saya berjuang memerah asip walaupun terpisah jarak dengan anak. Beliau juga berjanji akan menceritakan kisah saya kepada putrinya, agar menjadi inspirasi untuk tetap bisa mengAsihi walaupun seorang WM. Menyenangkan ya ternyata ketika bisa berbagi pengalaman dengan orang lain.
Sampai saat ini, salah satu penyemangat saya adalah ibu-ibu di grup facebook “Exclusive Pumping Mama Indonesia”. Ternyata banyak ibu-ibu yang senasib dengan saya, ada yang terpisah pulau bahkan antar negara. Luar biasa sekali perjuangan mereka, benar-benar memberikan inspirasi bagi saya. So, buat ibu-ibu diluar sana yang mengalami keadaan yang sama dengan saya, janganlah berputus asa. Mintalah dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat anda. Tetaplah menyusui dengan keras kepala. Karena bagi ibu-ibu yang menyusui anaknya, insyaAllah telah dijanjikan pahala berlipat dan ampunan bagi dosa-dosa kita oleh Allah SWT… Amiiieenn….
Tetap semangat, tetap menyusui apapun keadaannya.
Salam nenen…With Love From Berly and Mira’s Mom…
Kisah inspriratif oleh :
Bunda Lara Setiari