Menjadi seorang ibu itu ternyata luar biasa. Apalagi saya adalah ibu baru untuk anak saya Alisha. Selama kehamilan saya menunggu-nunggu waktu saat saya bertemu dengan bayi saya. Rutin memeriksakan kandungan setiap bulan dan berkosultasi dengan dokter. Saya konsen sekali dengan kandungan saya, setiap kali kontrol dengan dokter yang saya perhatikan adalah bagaimana perkembangan janin saya. Berapa beratnya, berapa panjangnya, bagaimana gerakan janinnya. Saya juga mulai sibuk mempersiapkan keperluan untuk anak saya, dariĀ mulai popok, minyak telon, tempat tidurnya dan masih banyak lagi.
Satu kesalahan saya saat mempersiapkan persalinan adalah saya lupa untuk memperhatikan proses menyusui. Padahal menyusui adalah hal yang sangat penting setelah melahirkan. Tanggal 14 juli 2016, akhirnya anak saya lahir dengan persalinan normal. Saat itu saya juga melakukan IMD (inisiasi menyusui dini), walaupun hanya sebentar. Karena masih ada tindakan yang harus dilakukan maka anak saya diambil alih oleh bidan yang menolong persalinan saya. Setelah semua proses selesai saya mulai belajar menyusui, walaupun ASI belum keluar.
Saya mulai khawatir karena 3 jam setelah persalinan ASI saya belum juga keluar. Tapi saya tetap menyusukan kepada bayi saya. Bidan terus menganjurkan dan mendukung saya untuk tetap terus menyusukan kepada bayi agar merangsang ASI cepat keluar. Sampai saya diperbolehkan pulang dan sampai di rumah ASI saya belum keluar. Saya mulai stres, dan ditambah bayi saya sering menangis setelah berada di rumah. Apalagi saat malam tiba, anak saya terus menangis, saya gendong masih menangis dengan kencang. Kemudian ibu mertua saya mendorong saya untuk memberikan susu formula kepada bayi saya karena ASI saya belum keluar. Tapi saya tetap dengan pendirian saya, bahwa bayi bisa bertahan samapi 3 hari.
Beda pendapat dengan mertua dan orang sekitar yang mendorong saya untuk memberikan susu formula membuat saya semakin stres dan membuat ASI semakin tidak lancar. Tapi alhamdulillah suami saya mendukung saya untuk terus berusaha memberikan ASI pada anak saya. Saya mulai mencari produk-produk pelancar ASI, mulai dari susu menyusui, cookies, susu kedelai, teh boster asi, sayur daun katuk, kacang tanah, marning, legen, dan produk-produk pelancar ASI lainnya sudah saya coba. Tapi ASI masih saja belum lancar. Mulailah mertua saya dan juga para tetangga menyarankan saya untuk memberikan susu formula untuk anak saya. Mereka membandingkan dengan kondisi mereka saat melahirkan di bidan dulu , bayi langsung diberi susu formula karena ASI belum keluar. Menceritakan bahwa ada bayi meninggal karena mengikuti saran untuk tetap menunggu sampai ASI keluar dan bermacam-macam cerita lainya.
Kisah inspiratif oleh :
Bunda Risky Nurhayati