Saat itu dua hari usiamu, tapi aku belum juga bisa memberimu ASI. Kecewa tentu saja, terlebih ketika aku terpaksa mengizinkan para suster memberimu susu botol. Namun, aku berjanji akan menebus kecewaku ini. Hasil tidak pernah berkhianat pada kerja keras, nak. Dihari ketiga, ASIku keluar. Tentu saja tidak mudah. Semalam sebelumnya badanku meriang, kepala pusing tak karuan. Tanpa ku sadari payudaraku sudah membengkak. Beberapa suster membantuku mengompres dan memijatnya. Hingga keluarlah cairan emas itu. Ku fikir masalahku selesai.
Suster bergegas membantumu menyusu padaku, nak. Tapi kamu menolak ku berkali-kali. Yang pada akhirnya ku tau, kamu bingung puting. Suster bilang, ini bukan masalah besar, kamu hanya perlu latihan. Ahhhh, ternyata tak semudah itu nak, berkali kali pula aku kewalaham membimbingmu agar menyusu langsung dan membuatku menyerah pada botol susu.
Diantara kebingungan dan stress yang ku hadapi, aku bertemu dengan seorang sahabatku di sosial media Facebook. Kuceritakan padanya masalahku. Dari nya ku kenal komunitas Exclusive Pumping Mama Indonesia di jejaring Facebook. Komunitas para ibu yang memiliki konsentrasi untuk memberikan ASI pada buah hatinya. Disana aku belajar banyak hal, disana tumbuh keyakinanku bahwa, yaaaa, kamu akan bisa menyusu langsung kepadaku, dan, yaaaa, kamu pasti bisa stop dari susu formula.
Tiap kamu menangis, ku arahkan putingku padamu. Aku tau kamu tampak kesal karena sulit, tapi percayalah, kamu tidak berjuang sendiri, kamu akan bisa secepatnya. Aku janji. Dan benar saja, sedikit kesabaran membuahkan hasil. Masalah bingung puting terselesaikan. Namun, entah mengapa rasanya kamu tak pernah kenyang menyusu padaku. Belum lagi aku harus menelan bulat bulat komentar ibuku bahwa ASI-ku-sedikit! Statment itu membuatku berprasangka bahwa ASI ku tak cukup untukmu. Tiap selesai kamu menyusu, aku langsung menyiapkanmu botol kecil berisi larutan susu formula. Tapi aku masih yakin mampu melepaskanmu dari susu formula.
Berbekal keyakinan itu, aku mengatur jadwal untuk memompa dan menyusuimu. Setiap satu jam setelah kamu menyusu, aku memompa. begitu seterusnya. Tengah malam sebelum aku menyusulmu tidur, aku memompa. Sebelum kumandang Adzan subuh terdengar, aku pun sudah terbangun untuk kembali memompa. Lelah? tentu saja. Putus asa? jangan sampai. Hal terpenting, aku tak lupa bersyukur berapapun hasil perah yang ku dapatkan. Perlahan, konsumsi susu formulamu semakin berkurang, dan terbayar lunas di hari ke sebelasmu. Ibarat kata judul film, ‘ku ceraikan engkau dengan hamdallah, wahai sufor’. hahahah
Kini, 15 bulan usiamu. Anak ASI ku tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan ceria. Tak pernah ku sesalkan sebelas hari pertamamu, karena di sebelas hari itu aku belajar banyak hal. Terutama bahwa perjuangan seorang ibu mengASIhi anaknya bukanlah hal yang sia-sia. Tampak mudah bagi sebagian Ibu, tapi banyak pula yang berjuang habis-habisan demi itu. Percayalah, bahwa ASI yang terbaik untuk bayi Ibu. Yakinlah selalu bahwa ASI ‘diproses’ sesuai kebutuhan bayi. Dan, mengASIhilah dengan keras kepala.
Dear Anakku,
Ketika kamu besar nanti, menyusuimu akan menjadi hal yang paling kurindukan.
Dimana aku bisa menatapmu dengan jarak terdekat.
Dimana aku bisa merasakan bahwa aku-lah duniamu.
Kisah inspiratif oleh :
Bunda Putri Dharmika