Kisah NWP dan Tandem Nursingku

Kisah NWP dan Tandem Nursingku

Pengalaman hamil dan melahirkan anak pertama sangat memberikan banyak pelajaran berharga untuk saya dan suami. Saya melahirkan pada saat usia kandungan 31 minggu dikarenakan ketuban pecah dini (KPD). Berat badan lahir anak saya hanya 1465 gram, sehingga mengharuskan untuk dirawat intensif di inkubator Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Persyaratan di Rumah Sakit tempat saya melahirkan untuk bayi bisa dibawa pulang ke rumah berat badan minimal 1800 gram. Anak saya dirawat di inkubator selama 1,5 bulan.

Dari awal melahirkan saya tidak bisa langsung menyusui karena harus dilakukan penanganan khusus terhadap anak saya di inkubator, seperti dipasang alat bantu pernafasan, alat rekam jantung,infus,dll. Kondisi seperti itu mengharuskan anak saya puasa untuk beberapa hari, setelah bisa diberi ASI, diberikan melalui selang sonde NGT secara bertahap dimulai dengan  2 mL per 2 jam, lalu dinaikkan jumlah ASI yang diberikan disesuaikan dengan kondisi tubuh anak. Dikala anak saya drop (apnea) kembali lagi menggunakkan alat bantu pernafasan dan harus dipuasakan lagi.  namun saya tetap pumping untuk mendapat kolostrum dan saya bersyukur ASI yang keluar cukup banyak.

Selama 1,5 bulan saya rutin pumping, kemudian mengantarkan ASIP ke rumah sakit untuk anak saya. Setelah 1 bulan kondisi anak saya mulai membaik, sehingga tidak menggunakan alat bantu pernafasan, selang sonde Nasogastric Tubes (NGT), dll. Untuk pertama kali saya bisa memeluk langsung, Kangoroo Mother Care dan menyusui secara langsung. Rasanya campur aduk bahagia dan sedih menggendong anak yang ternyata kecil sekali. 1,5bulan anak saya diperbolehkan pulang karena berat badan sudah mencapai 1825 gram. Saat itu juga saya memutuskan untuk berhenti bekerja agar bisa merawat sendiri anak saya yang memang membutuhkan perhatian lebih. Alhamdulillah, hingga saat ini anak saya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Waktu berlalu, saat anak saya berusia 9 bulan, saya telat menstruasi dan test pack menunjukkan hasil positif. Rasanya kaget dan belum bisa menerima kenyataan.apalagi dengan pengalaman anak pertama rasanya masih trauma jikalau harus melahirkan anak dengan kondisi belum cukup bulan. Komentar orang sekitar yang tahu saya hamil yaitu melarang untuk menyusui anak pertama, wah rasanya sedih banget anak baru berumur 9 bulan tetapi harus disapih. Berhubung saya memiliki tekad untuk menyusui anak hingga 2 tahun, saya konsultasi dengan dokter spesialis kandungan, kalau tidak menyebabkan kontraksi saya diperbolehkan melanjutkan menyusui anak pertama.

Menyusui saat hamil sungguh tidak mudah, lebih cepat lelah, lebih cepat lapar dan lebih cepat emosi. Porsi makan saya menjadi 2 kali lipat, frekuensi makan 4-5 kali sehari, buah, multivitamin, minum air putih kurang lebih 3 liter sehari. Memasuki usia kandungan 6 bulan kondisi perut semakin membesar dan begah. Posisi menyusui yang paling nyaman yaitu posisi tiduran/lying down.

Saat lahiran, anak saya sempat tinggal di rumah mertua selama 5 hari, lagi-lagi orang sekitar menyuruh saya untuk sapih anak pertama saya. Namun gagal lagi karena saat bertemu dengan saya, sang anak langsung meminta menyusu dan mungkin faktor belum ikhlas dari diri saya sendiri untuk menyapihnya. Akhirnya berlanjut menyusui tandem anak pertama dan kedua. Bagaimana cara menyusui tandem? Kakak di payudara sebelah kanan dan adik sebelah kiri atau bisa juga bergantian, kakak dulu yang menyusu kemudian adik. Lelah sudah pasti, kadang merasa penat karena kerjaan seharian hanya menyusui anak-anak saja. Seminggu setelah lahiran saya sempat drop dan dirawat di Rumah sakit, anak-anak minum ASIP yang saya pompa selama 5 hari di RS. Saya sadar pentingnya memperhatikan asupan ketika menjadi ibu menyusui.

Anak pertama saya sudah berumur 2 tahun dan sudah disapih dengan ikhlas dari saya sehingga saat menyapih tidak terlalu sulit, diberitahu kalau nenen untuk adik saja.Sekarang saya masih melanjutkan perjuangan menyusui adik, semoga bisa menyusui hingga 2 tahun. Menjadi ibu menyusui itu tidak mudah. Namun, jika dilakukan dengan ikhlas dan senang hati akan dimudahkan walau betapa sulitnya perjuangan menyusui. Semoga Allah SWT menjadikan ladang pahala bagi ibu-ibu yang memperjuangkan ASI untuk kebutuhan anak-anaknya.

Kisah inspiratif oleh :
Bunda Ristiana Mega Pratiwi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *