Menjelang melahirkan sang buah hati, hal pertama yang saya lakukan mempersiapkan mental. Lalu biaya yang harus dikeluarkan. Saya memakai bpjs. Untuk pakaian dan popok saya dibelikan sodara dan teman. Saya tinggal beli yang lainnya.Awal awal kelahiran bayi, saya bertemu konselor laktasi untuk belajar cara menyusui, cara memerah ASI, dan makanan apa yang harus saya konsumsi. Bayi saya sempat kuning dengan kadar bilirubin 10, sehingga harus disinar. Dulu awal menyusui saya seperti bingung harus liat waktu setiap saat. Karena setiap dua jam saya harus sebisa mungkin menyusui. Ketika menyusui baby sayabedong. Supaya tangannya anteng. Karena takut tangannya kenapa-napa.
Saya Ibu bekerja, saya menyusui langsung kalau sedang dirumah. Tapi kalau sedang bekerja baby tetep full asi. Tapi masih memakai dot, memang ada resiko bingung puting dan lainnya namun saya ambil resiko tersebut. Saat bekerja, saya memompa ASI, pernah terfikir formula, namun sebaik – baiknya ciptaan manusia pasti lebih baik ciptaan yg menciptakan manusia. Saya baca saya tanya sana sini saya curhat tetap asi terbaik.
Saya selalu ber mindset positif agar ASI cukup, walau terkadang banyak tekanan pekerjaan yang membuat stress dan alhasil ASI perahan menurun. Sekarang usia bayi saya 8 bulan, semoga sampai usia 24 bulan saya masih bisa konsisten menyusui dan pumping.
Banyak suka duka yang dilewati saat menyusui, sukanya kalau melihat anak sehat dan hasil pumping melimpah. Dukanya kalau hasil pumping sedikit. Dan saya pernah sekali teledor mematikan kulkas. Dan 9 botol asi dibuang sia sia. Alhamdulillah saya menyimpan asi di kantor. Pagi pagi saya berangkat dan ambil asi untuk di berikan ke baby.
Alhamdulillah sampai saat ini saya ingin anak saya asi full. Saya pumping memakai pompa manual. Awalnya tangan terasa kesemutan dan sekarang terasa pegal. Tapi saya tetap ingin memberikan asi.Saya percaya anak yg diberikan asi menjadi anak yg sehat tidak gampang sakit dan lebih dekat hubungan antara baby dan bunda.
Kisah inspiratif oleh :
Bunda Lina Ristiawati