Kelahiran anak pertama merupakan kebahagiaan tak terkira bagi orangtua. Tercurah cinta kasih demi hal terbaik baginya. Kaigiri, anak laki-laki pertama yang tumbuh terpisah jarak dari kami. Kewajiban melanjutkan pendidikan di Thailand mengharuskan meninggalkan Kaigiri di usia dua bulan. Sadar akan terpisah jauh dari Kaigiri, saya mulai mempersiapkan segala hal demi kesuksesan memberi ASI walau tidak menyusui langsung. Pompa, botol, kantong, media ASI sudah dipersiapkan di dalam tas persalinan. Beberapa jam usai persalinan berlatih memerah ASI secara manual setelah bayi belajar menyusu. Tetes demi tetes ASIP dikumpulkan. Saya sadar harus menyimpan tabungan ASIP untuk Kaigiri. Khawatir saat itu “Apakah cukup?”, botol isi ASIP masih sedikit. Dirasa letih memerah dengan tangan, sayapun memakai pompa manual. Hari berganti hari, botolpun lambat mengisi freezer “Belum, belum cukup!”
Genap dua bulan, tabungan ASIP mencapai empat liter. Saatnya berpamitan dengan Kaigiri, meminta Tuhan supaya dicukupkan, dicukupkan nutrisi ASI. Hitungan manusia meleset, Tuhan merencanakan hal lain. ASIP sudah habis sebelum jadwal kirim ASIP. Puluhan kantong ASIP beku, gel pendingin dan boks pendingin harus ditenteng melintasi negeri. Puluhan ribu kilometer ASIP ini berkelana, masih kondisi beku. ASIP yang sangat dijaga demi asupan terbaik Kaigiri. Doa Ibu yang sederhana untuk anak pertama, eksklusif ASI 6 bulan. Dua minggu sekali menenteng ASIP tak selalu mulus dilalui. Bermula maskapai domestik yang melarang membawa ASIP di dalam pesawat, boks pendingin yang pecah di bagasi, hambatan saat pengecekan imigrasi, hingga perasaan was-was di dalam pesawat belum memompa ASI.
Semua dilalui demi ASI Kaigiri. Bulan berganti dan enam bulan terlalui, masih kuat raga ini memompa ASI. Berhasil eksklusif! memompa sepuluh kali sehari menjaga suplai ASI. Konsultasi relaktasi dijalani, kadang iri rasa ingin menyusui. Penolakan, tangisan, teriakan Kaigiri menghambat relaktasi. Kaigiri si bayi botol menggagalkan relaktasi. Tekad kuat tak terhenti, makan pompa makan pompa yang selalu dijalani. Beruntung satu tahun terjalani oleh Kaigiri. Hampir setahun tanpa sakit ceria sepanjang hari karena ASI, mengASIhi melintasi negeri.
Kisah inspiratif oleh :
Bunda Indy Bulakana