“Anak Ibu harus diopname!” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari dokter anak yang kutemui siang itu. Kupeluk tubuh anakku yang lemas dengan nafas yang sesak. Anakku divonis terserang asma karena alergi susu sapi.
Teringat pada masa itu, 2010 silam…
Bayiku hanya sempat minum ASI selama dua minggu. Surat tugas untuk LPJ di Jogjakarta sampai padaku dua minggu pasca melahirkan. Aku masih dalam kondisi yang lemah dan jahitan yang belum kering. Pihak BKD hanya memberikan aku waktu 3 hari untuk mempersiapkan segala akomodasi dan berkas penting lainnya. Bahkan, aku hanya diberi cuti melahirkan selama satu bulan. Tak bisa kubayangkan, sepulang LPJ nanti, aku sudah harus bekerja meninggalkan bayiku di rumah. Tak cukup ilmuku saat itu. Tak ada tempat untukku berkeluh kesah. Aku sadar bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk anakku. Sambil berurai air mata, aku mencoba untuk menggali informasi lewat internet. Di sana kutemukan sebuah artikel, bahwa aku harus memompa ASIku sebanyak-banyaknya agar bayiku masih bisa minum ASI tanpa tersentuh sufor. Tapi…tapi…kapan? kapan aku lakukan itu? Tiga hari adalah waktu yang sangat singkat untukku.
Selain itu, di kota tempatku tinggal belum ada toko yang menjual peralatan untuk memompa ASI dan sebagainya. Ibu muda yang baru saja melahirkan seorang bayi, tanpa bekal yang mumpuni. Ah, kemana aku harus mengadu. Ibu dan kakakku sudah menyarankan untuk membelikan bayiku dot dan susu formula. Dengan berat hati, sehari sebelum keberangkatanku, bayi mungilku yang tak tahu apa-apa ini harus belajar minum susu formula melalui dot. Betapa hancur hatiku. Namun, Bayiku anak yang sangat manis, dia sangat cepat beradaptasi dengan dotnya. Dia tidak rewel saat kutinggal mengurus berkas-berkas di luar rumah.
Malam menjelang keberangkatanku, kususui bayiku tanpa henti. Sambil menahan air mata, kupeluk tubuh mungilnya. Kuciumi wajahnya. Ya Rabb…sungguh aku belum siap berpisah darinya. Tak sanggup aku meninggalkannya. Kuatkan aku ya Allah. Jaga anakku. Suamiku tak berhenti menenangkan batinku yang gundah. Dia menguatkanku. Dia meyakinkanku bahwa bayi mungil ini akan aman bersamanya, bersama nenek dan tantenya. Aku semakin tenang meninggalkan bayiku. Kukuatkan hatiku, bahwa bayiku lebih aman bersama orang-orang yang menyayanginya.
Ternyata dampak dari susu formula sangat tidak baik untuk kesehatan anakku. Hampir setiap bulan aku membawanya ke rumah sakit. Batuk, pilek, sesak, dan ruam disekujur badannya selalu menyerang tubuh anakku. Awalnya itu kuanggap wajar. Namun, lama-kelamaan aku semakin khawatir dengan kesehatannya. Anakku mengidap asma. Dokter anak yang kutemui memarahiku habis-habisan. Beliau menyuruhku untuk relaktasi. Hah? Relaktasi? Apalagi itu? Dokter anakku menyarankan kepadaku untuk menyusui kembali. Tapi relaktasi itu tak berjalan lancar. Ibuku tak suka melihat aku menyusui anakku. Setiap aku mencoba untuk menyusui anakku, ibuku selalu melarangnya. Dia tidak tega mendengar jeritan anakku yang bingung puting. Sampai-sampai putingku lecet karena pelekatan yang salah. Aku semakin stress dan menyerah dengan keadaan.
Aku ingin mengakhiri penderitaan dan kebodohan itu untuk anak keduaku kelak. Aku ingin menjadi ibu yang pantas untuk anak-anakku. Disaat anak pertamaku sudah berusia tiga tahun. Asma dan alergi susu sapinya berangsur membaik. Kuhentikan pemberian susu formula untuknya. Kubiarkan dia tumbuh alami dengan makan-makanan rumah. Tak ada susu formula lagi untuknya. Aku dan suami berniat untuk program anak kedua. Alhamdulillah, kami dikaruniai bayi perempuan yang cantik. Semua proses IMD kulalui dengan lancar.
Semua keluarga di rumah sudah teredukASI dengan baik. Kami belajar dari pengalaman membesarkan anak pertama. Perjalananku menuju ASI hingga dua tahun lebih berjalan dengan lancar. Aku sangat bersyukur, bisa bertemu dengan ibu-ibu seperjuangan denganku. Saat diusia kehamilanku masuk trimester ketiga, aku iseng bergabung digrup khusus ibu menyusui di facebook. Sampai akhirnya, ada satu member di sana yang mengajakku bergabung digrup Exclusive Pumping Mama Indonesia. Alangkah bahagianya hatiku, di grup ini aku sangat termotivasi. Tidak ada bully atau dipandang sebelah mata. Member-member di sana sangat baik dan langsung akrab. Aku mendapatkan banyak ilmu digrup ini.
Kuawali perjuangan mengaASIhi dengan membeli pompa second. Saat itu, aku belum memiliki cukup uang untuk membeli pompa ASI yang baru. Suamiku sangat mendukung keinginanku ini. Dia membelikanku penghangat ASI secara diam-diam. Tak kuduga sebesar itu perhatiannya terhadap perjuanganku ini. Suamiku sangat merasakan perbedaan dari kedua anak kami. Si abang yang selalu bolak-balik rumah sakit. Entah berapa banyak uang kami terkuras hanya untuk membelikan dia susu dan popok sekali pakai. Belum lagi obat-obatan yang tak murah harganya. Sekarang, si adik yang anak ASI ini alhamdulillah satu tahun diawal hidupnya tak pernah sakit. Kalaupun demam itu karena dampak imunisasi.
Tempatku bekerja dipimpin seorang ibu kepala sekolah yang sangat mendukungku dalam memberi ASI. Bahkan beliau sangat antusias melihat botol-botol ASIku penuh terisi. Beliau mempersilakan kulkas yang berada di dalam ruangannya untuk menyimpan ASIP-ASIPku sampai pulang sekolah. Aku semakin bersemangat mengumpulkan setetes demi setetes ASI untuk putri kecilku.
Betapa ilmu mengASIhi ini sangat penting untuk seluruh perempuan di dunia. ASI adalah rezeki terindah yang diberikan Allah untuk seorang anak manusia melalui ibunya.
Dengan penuh cinta, kisah ini kupersembahkan untuk para emak Eping yang berbahagia. Aku merasa tersanjung dan sangat bersyukur bisa nyemplung di grup yang super duper keren ini. Mungkin, tanpa support dari kalian aku tak bisa sesemangat ini. Terima kasih atas cinta dan semangatnya. Atas banyolan dan kerusuhan dan racun-racun cinta untukku. Berkat kalian semua, aku sukses mengASIhi hingga dua tahun. Terhitung 28 Januari 2017, putri cantikku lulus ASI 2 tahun. Terima kasih tak terhingga untuk kalian Mak…
Semoga jalinan ukhuwah ini selalu dan selamanya, hingga maut memisahkan dan berkumpul kembali di JannahNya. Semoga kebaikan-kebaikan yang sudah kalian tularkan untukku, mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Peluk erat dariku untuk kalian semua.
Kisah inspiratif oleh :
Bunda Ummu Rayhan