Awal mengurus bayi dengan kebutuhan khusus seperti adek,,,
Stress?? Iya… Sedih? Banget!! Pesimis? Sempet… Bingung? Tentunya…
Saya bersyukur pemulihan tubuh saya terbilang cepat hingga 2 hari setelah operasi caesar saya dapat nemuin bayi saya yang masih terbaring di ruang khusus. Inilah kunjungan kali pertama. Rasa kangen dan penasaran bagaimana wajahnya menjadi kekuatan melawan segala nyeri pasca operasi.
Keadaan adek saat itu cukup memprihatinkan, tidur pulas di dalam inkubator dengan 2 selang menempel di hidung dan mulut serta beberapa kabel indikator di badannya. Lahir dengan berat badan rendah, hanya 1,9 kg (akibat pre-eklamsi dan harus dikeluarkan paksa sebelum tanggal perkiraan kelahirannya). Dan yang menjadi pusat perhatian adalah celah bibirnya. Sungguh, bukan karena malu atau tidak menerima kenyataan jika adek lahir dengan celah bibir dan langit-langit. Yang terlintas dipikiran saat itu hanya bagaimana nanti dia bisa makan? Bagaimana nanti dia bicara?
Sebelum mendapatkan informasi yang cukup lengkap tentang merawat anak CBL, menyusui adalah prosesi yang ‘horor’. Siapa yang tidak sedih saat melihat adek menyusu lewat selang sonde? Sampai kapan dia akan bertahan dengan selang itu? Alhamdulillah, selang itu hanya bertahan 2 hari. Setelah selang sonde dilepas, kemudian adek minum degan dibantuan pipet kecil. Untuk 10 ml butuh waktu setengah jam. Saya sempat pesimis dengan berat badan adek yang turun menjadi 1,7 kg. Padahal saya harus bisa mengejar target BB 3kg dalam 3 bulan (syarat minimum dilakukannya operasi perbaikan bibir sumbing). Sampai akhirnya dot khusus untuk anak CBL terbeli.
Alhamdulillah, dengan menggunakan dot khusus adek bisa menyusu dengan baik, dan target 3kg tercapai dalam usia jalan 4 bulan. Walaupun terkadang masih batuk, bersin, gumoh, atau susu keluar dari hidung. Awalnya ngeri saat melihat ekspresinya yang terkadang seperti orang mau tenggelam karena kehabisan nafas waktu nyusu dengan terburu-buru atau saat susu keluar dari hidung. Tapi kata dokter itu bukan muntah, itu cuma susu tumpah. Yang normal saja bisa tersedak, apalagi adek dengan CBLnya. Untuk mengurangi resiko tersedak, jangan biasakan bayi minum susu sambil tiduran, bayi harus duduk dengan posisi rebahan kira-kira 45 derajat.
Anak dengan CBL didesain dengan daya juang tinggi, dipaksa berusaha lebih untuk bisa minum susu. Dia juga didesain adaptif, dengan cepat menyesuaikan bagaimana posisi yang nyaman untuk minum, bagaimana mengatur kecepatan ngenyot dan menelan agar tidak habis nafas, bagaimana minum sambil kepala miring biar susu tidak tumpah ke sisi yang bercelah. Saya rasa adek juga didesain kuat, karena dia harus tahan sakit saat tersedak, atau tahan capek saat cegukan sampe satu jam, terlebih lagi dia kuat karena nantinya dia akan berkali kali dioperasi dan menjalani terapi.
Yah begitulah,,, beberapa pikiran idealis saya tentang menyusui dan ASI terpentok dengan keadaan.
Pertama, saya tidak dapat segera menyusui karena ASI saya baru keluar di hari ke 4 setelah melahirkan. Nutrisi pertama yang diberikan ke adek bukan ASI tapi Sufor.
Kedua, Untuk kasus bayi dengan hanya celah bibir saja masih memungkinkan untuk bayi bisa menyusu langsung dari puting, namun untuk bayi dengan celah langit-langit kecil kemungkinan bayi bisa menyusu langsung dari puting. Sedih rasanya, semoga bounding antara saya dan adek tetap kuat meskipun adek tidak langsung minum dari puting.
Ketiga, Saya gagal memberikan ASI eksklusif 2 tahun. ASI saya sedikit hingga harus disambung dengan sufor. Ini mungkin karena dari awal kurang stimulus (hisapan pompa dan hisapan dari mulut bayi tetap berbeda) atau saya yang kurang telaten pompa. Sempat saya menyesal dan mencoba relaktasi tapi tidak berhasil.
Satu hal yang saya pelajari, bahwa informasi dan pengetahuan tentang menyusui merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui bagi orang tua baru yang belum memiliki pengalaman seperti saya. Jangan sampai ada perkataan menyesal yang keluar akibat ketidak-tahuan kita. Semangat MOM!!
Kisah inspiratif oleh :
Bunda Pramesti Kusumaningtyas